--071--

1.9K 190 22
                                    

Inspired by : The Guardian Of Devangel

***

Shilla tak pernah menyangka bahwa ia akan dibawa ke suatu tempat dimana tempat ini adalah tempat yang cukup asing baginya. Ia menoleh ke segala arah, di depannya berdiri bangunan kokoh dengan pagar menjulang tinggi.

Sebuah rumah mewah yang terletak jauh dari perkotaan, hanya rumah itu yang telihat mencolok diantara rumah-rumah lain yang ada di pedesaan terpencil ini. Rumah bercat putih dengan pilar-pilar besar menjulang tinggi sebagai penyangga, halaman rumah yang luasnya bagaikan luasnya lapangan sepak bola, di tambah dengan air mancur di depan teras rumah semakin menambah kesan wah pada bangunan megah itu.

"Kenapa lo cuma diem? Turun."

Shilla langsung membuka seatbelt saat mendengar suara datar Gabriel yang menegurnya karena ia melamun.

"Ini... rumah siapa?" tanya Shilla sembari mengamati bangunan mewah itu.

"Rumah nyokap Mark." Jawab Gabriel singkat.

Shilla mengangguk mengerti, lalu mengikuti Gabriel yang sudah berjalan terlebih dulu.

Kriett

Ceklek

Derit pintu yang dibuka secara perlahan terdengar begitu mengusik telinga, pertanda bahwa rumah ini jarang di tempati. Namun sepertinya perkiraan itu salah besar, karena nyatanya hampir 20 orang pelayan berbaju hitam putih berjejer rapi di kedua sisi pintu seolah menyambut kedatangan Shilla dan Gabriel.

"Selamat datang Tuan Muda Gabriela, dan Nona." Para pelayan itu membungkuk hormat.

Shilla mengangguk, sementara Gabriel tetap berjalan memasuki rumah megah bak istana itu lebih dalam lagi. Ada seseorang yang harus ia temui saat ini. Shilla sendiri lebih memilih melihat-lihat seisi ruangan ini, membiarkan Gabriel menemui seseorang itu.

"Gabriel..."

Suara lembut itu menyapa indera pendengaran Gabriel dan Shilla saat sampai di ruang utama. Mereka menoleh dan mendapat sosok wanita muda cantik nan anggun tengah berjalan menuruni tangga. Senyum manis merekah indah dikedua sudut bibirnya yang terpoles lipstik berwarna merah menyala.

"Akhirnya kamu kesini juga, sayang." Kata wanita itu sesampainya di hadapan Gabriel.

Kedua tangannya terulur hendak memeluk Gabriel, tapi terhenti ketika Gabriel mundur beberapa langkah. Menghindari kontak fisik dengan wanita itu yang kini berubah sendu.

"Kamu... masih benci Bunda?" tanyanya pelan, menatap Gabriel dengan sorot tak terbaca.

Gabriel memalingkan wajah ke arah lain, enggan menatap wajah murung wanita yang merupakan salah satu dari Ibu yang ia punya.

"Dimana Mark?" tanya Gabriel, memandang datar wanita bergaun putih itu.

"Mark? Bunda gak melihat Mark datang ke sini, sayang." Jawab wanita itu dengan penuh kehangatan juga keibuan, melupakan ekspresi murung yang tadi sempat terpasang di wajah ayunya.

"Gak usah bohong! Lo tau keberadaan Mark dimana, kan?" sarkas Gabriel menatap tajam wanita cantik yang saat ini kembali murung.

"Gabriel..." lirihnya menatap sendu putera yang selalu ia rindukan ini.

"Bunda bener-bener gak tau, percaya sama Bunda."

"Musyrik gue percaya sama wanita murahan kayak lo!"

Jleb

Sakit. Tentu saja. Ibu mana yang tak terluka saat anak yang ia cintai sepenuh hati memperlakukannya seperti seorang musuh. Meskipun Gabriel bukanlah darah dagingnya, tapi ia sangat menyayangi Gabriel melebihi ia menyayangi Mark, anak kandungnya sendiri.

The Reger's ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang