--089--

1.9K 194 62
                                    


Inspired by: The Guardian Of Devangel

***

Seperti yang Alvin katakan kemarin, Rio dan Cakka kini sudah kembali dari Delhi. Kedua pemuda tampan itu kini sedang duduk di sofa, merebahkan punggungnya pada sandaran sofa.

Mengabaikan suasana hening di ruangan yang minim cahaya itu. Yah, tepat pukul 22:45 tadi, Rio dan Cakka sampai ke rumah mereka.

Masih terlihat lengkap dengan pakaian formal, semetara Cakka hanya melonggarkan dasi hitamnya yang melingkar di lehernya agar tidak terlalu mencekik. Sementara Rio, masih tetap terlihat rapi dengan pakaiannya.

"Lo ke kamar, gih." Suruh Rio menyenggol kaki Cakka dengan kakinya.

"Bentar, gue cape banget ini." Gumam Cakka mengeluh, Rio tersenyum sinis mendengarnya.

"Lo nyerah, eh?"

"Nggak."

"Bagus."

Baik Rio maupun Cakka kembali diam setelah terlibat dalam obrolan singkat itu. Terlihat berpikir.

"Hah," Rio menepuk pelan paha Cakka sembari berdiri, hendak meninggalkan Cakka.

"Gue duluan," ucapnya melenggang pergi yang diangguki pelan oleh Cakka yang saat ini sedang memijit pangkal hidungnya.

Rio berjalan dalam diam menuju kamarnya, terlihat malas juga enggan. Namun rasa sakit di tubuhnya akibat perjalanan panjang cukup membuatnya remuk.

Beberapa kali ia menggerakan lehernya ke kanan dan kiri sehingga bunyi kretek terdengar, sesekali ia juga memijit tengkuknya yang terasa pegal.

Ceklek

Rio membuka pintu kamar kemudian masuk. Salah satu tangannya meraba dinding dimana stop kontak berada, setelah menemukannya ia pun langsung menurunkan tombol hingga lampu menyala. Memberi cahaya pada ruangan yang dua hari lalu ia tinggalkan ini.

"Hh," Rio menghela napas panjang, mengamati dengan seksama keadaan kamarnya yang terlihat berbeda dari biasanya.

Berbeda dalam artian berantakan. Baju seragam yang tergeletak di sofa, buku-buku yang berhamburan di meja belajar, keset yang berpindah tempat beberapa senti dari tempatnya, sprei yang kusut, bantal yang tergeletak tak beraturan dan boneka-boneka Ify yang tersusun tak rapi.

"Huh! Sial!" umpatnya kesal seraya mendongak ke arah langit-langit kamar, terlihat pasrah juga lelah.

Ia ingin beristirahat, tapi matanya gatal dan menyiratkan ketidaksukaan saat melihat kamar pribadinya berantakan. Ia sangat membenci keadaan tersebut.

Melepas tuxedo dark blue yang dikenakannya, Rio pun akhirnya memilih untuk mengenyampingkan rasa lelah di tubuhnya yang sudah meronta. Ia harus merapihkan kamarnya terlebih dulu, setidaknya meskipun tidak rapi-rapi banget tapi masih sedikit nyaman untuk ditempati.

30 menit kemudian ....

Bruk!

"Hah! Akhirnya!"

Rio menghempaskan tubuhnya pada empuknya kasur, merentangkan kedua tangannya. Beberapa kali terdengar helaan napas lelah dari mulutnya. Tatapannya lurus ke arah langit-langit kamar.

"Lelah banget gue, Ya Tuhan!" gumamnya mengeluh.

Salah satu lengannya menutup keningnya, hembusan napas terdengar tak beraturan keluar dari hidung juga mulutnya. Tatapannya tak tentu arah, pikirannya bercabang kemana-mana.

The Reger's ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang