--087--

1.8K 221 63
                                    


Inspired by: The Guardian Of Devangel

***

Delhi,

Di salah satu rumah mewah nan megah di suatu kota terkenal Delhi, Rio dan Cakka berjalan menyusuri halaman rumah yang luasnya menyaingi sebuah lapangan.

Rumput-rumput yang terawat terlihat menghampar hijau di pekarangan rumah, pohon-pohon langka berjejer rapi di dekat pagar rumah. Di bagian kiri Cakka dan Rio, terlihat taman bunga menghampar luas tengah bermekaran, aneka jenis dan warna bunga-bunga itu menjadi data tarik tersendiri bagi siapa saja yang melihatnya.

Di bagian kanan, terdapat air mancur dan sebuah gazebo yang tak jauh dari air mancur.

Tap

Rio dan Cakka berhenti di depan tangga teras rumah, menatap pintu utama yang masih berjarak 10 meter dari tempat mereka berada saat ini.

"Lo tunggu disini," kata Rio pada Cakka yang hanya berdehem malas sambil berkacak pinggang.

Sementara Rio sudah berjalan ke arah pintu. Sesampainya di sana, tanpa mengetuk pintu, Rio langsung membuka pintu. Melangkah masuk, Rio sama sekali tak menghiraukan keberadaan beberapa pelayan yang saat ini tengah lalu lalang.

"Tuan muda!" salah seorang pelayan menyadari kehadiran Rio langsung menyapa Rio, membungkukkan badannya seperti orang Jepang, memberi salam yang sama sekali tak ditanggapi oleh Rio.

Bukan hanya pelayan itu saja, tapi juga beberapa pelayan lainnya pun melakukan hal yang sama. Kemudian pelayan yang tadi menyadari kehadiran Rio pun meninggalkan pekerjaannya, berniat untuk memberitahu majikan besarnya.

Sedangkan Rio sendiri, kini tengah menapaki tangga. Wajah dingin juga tatapan datarnya cukup membuat siapa saja yang melihatnya menegang. Ekspresi wajah yang menunjukkan bahwa ada sesuatu hal yang tak disukai Rio tengah terjadi.

Rio berhenti tepat di depan pintu bercat putih dengan ukiran yang khas. Menatap datar pintu untuk sejenak sebelum akhirnya membuka pintu.

Ceklek

Pintu terbuka lebar, memperlihatkan sosok perempuan muda tengah duduk bersandar di sofa sembari membaca sebuah buku. Gaun sutra berwarna putih transparan yang dikenakan terlihat menjuntai menyentuh lantai.

"Ekhem," Rio berdehem, berjalan mendekat ke arah sosok perempuan itu.

Merasa ada seseorang selain dirinya, sosok perempuan yang sedari tadi sibuk dengan bacaannya menoleh. Kedua bola mata biru legamnya menangkap sosok Rio yang saat ini berdiri dengan datarnya diambang pintu sembari menyandarkan bahunya pada kusen.

Ia tersenyum, menutup bukunya. Berdiri kemudian berjalan menghampiri Rio.

"Kamu kesini kok gak bilang-bilang ke Mama sih, sayang?" kata perempuan itu dengan nada merajuk, namun intonasinya terasa begitu lembut.

"Surprise buat Mama. Dan," Rio menggantung kata-katanya, ia menoleh ke belakang seperti mencari seseorang lalu kembali menoleh ke sosok perempuan di depannya.

"Hm?"

Perempuan itu mengangkut sebelah alisnya, menatap Rio dengan tatapan bertanya.

"Aku kesini gak sendiri tapi berdua, bersama Cakka."

"Serius? Sekarang Cakka dimana?" tanya perempuan yang memiliki nama lengkap Wiandra Deanita Nuraga, Ibu kandung Rio sekaligus Ibu tiri Cakka.

"Hh, dia masih di lu-"

"Kenapa kamu gak suruh Cakka masuk, Abner?" potong Wiandra merajuk, Rio menghela napas.

"Mama ganti baju sana, aku ke bawah dulu." Setelah mengatakan kalimat perintah itu, Rio pun melenggang pergi meninggalkan  Wiandra yang menghela napas kesal.

The Reger's ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang