--048--

2.3K 252 40
                                    

Inspired by: The Guardian Of Devangel

***

"Gue udah pernah bilang kan sama lo sebelumnya! Kalo lo mau aman, jaga sikap lo selama di sekolah. Gak usah bertingkah aneh-aneh, gak usah banyak ikut campur. Tapi hari hari ini? Dengan jelas gue liat lo sama geng cewek-cewek itu ribut. Otak lo dimana sih, hah?"

Ify hanya memanyunkan bibirnya saat Rio memarahinya. Sejak sampai di dalam kamar mereka, tak henti-hentinya Rio mengoceh bak burung beo. Memperingatinya akibat perseteruannya dengan Stella tadi.

Ia pikir pemuda itu tak mau ambil pusing karena sejak di sekolah hingga pulang tak ada tanda-tanda bahwa Rio akan menunjukkan taringnya. Tapi ternyata, ia salah. Pemuda itu memarahinya habi-habisan disini, yah di kamar mereka lebih tepatnya.

Sementara itu, Rio yang memang sejak tadi sudah menahan diri menatap tajam Ify yang hanya merengut sebal di sofa. Ia mendengus melihat tinggal Ify yang benar-benar menguji kesabarannya.

"Kenapa lo diem? Ngaku kalo lo itu salah, hah?" sembari membuka satu persatu kancing kemejanya, Rio bertanya dengan nada sinis.

"Ihhh... denger ya, Madu,"

Rio mendelik kesal saat Ify memanggilnya madu. Gadis itu sepertinya tak mengindahkan ucapannya yang melarangnya untuk tidak memanggilnya Madu lagi.

"Gu-"

"Harusnya lo jangan marahin gue, dong! Gue gak salah! Yang salah itu si nenek lampir Stella mini metik. Dari awal emang dia suka banget cari gara-gara sama gue. Dia gak pernah suka sama gue sejak pertama kali gue masuk DS, tau."

Rio hanya menggeleng heran mendengar ucapan Ify yang seenak jidatnya memotong kata-katanya. Akhirnya mau tak mau ia harus pasrah mendengar kicauan Ify.

"Dari dulu dia itu emang seneng banget cari ribut sama gue. Gak tau kenapa? Mungkin dia iri sama gue?! Tapi kan apa yang mau dia iri-in coba? Jelas-jelas secara fisik dia paling cantik. Hmmm???"

Rio memutar kedua bola matanya malas, sembari terus mendengarkan Ify ia mengambil baju di lemari. Menoleh sekilas ke arah Ify lalu kembali berkutat dengan kegiatannya.

"Makanya Madu, jangan marahnya sama gue! Tapi sama si Stella, dong! Kan dia yang duluan berarti dia yang salah, bukan gue." Tekan Ify dengan bibir manyun, mengakhiri kicauannya karena merasa cape.

Ia menoleh ke arah Rio yang sibuk di depan lemari, menundukkan kepala dengan bibir yang semakin manyun karena pemuda itu hanya diam saja. Dan semakin maju lagi saat mengingat bahwa Rio tadi memarahinya tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi antara ia dan Stella.

"Udah?" tanya Rio datar.

Ify mengangkat kepalanya untuk menatap Rio tapi yang ia lihat terlebih dulu bukan wajah Rio melainkan stelan baju padanya. Blouse brokat lengan pendek berwarna putih dan overall rok rempel selutut berwarna biru.

"Baju gue? Kok ada di lo?" Ify menatap cengo pada Rio yang mendecak seraya memalingkan wajahnya sejenak ke arah lain sebelum kembali menatap Ify.

"Lo sendiri yang minta gue buat ngurus keperluan lo, kan?! Lupa?! Cepet ambil!"

Ify mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa lalu sebelum akhirnya mengambil stelan baju di tangan Rio.

"Ke kam-" baru saja Rio hendak menyuruh Ify untuk mengganti baju di kamar mandi tiba-tiba saja terhenti saat melihat Ify yang dengan santainya membuka seluruh seragam sekolahnya di tempatnya duduk, tepat di depan matanya yang kini terbelalak tak percaya.

"Lo ngapain ganti baju di situ?!" Rio menunjuk Ify yang kini hanya memakai bra putih serata celana span super pendek.

"Kenapa? Kan gue lagi ganti baju." Ify menatap polos Rio yang menghembuskan napas berat.

The Reger's ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang