--049--

2.4K 210 66
                                    

Inspired by: The Guardian Of Devangel

***

Derai hujan malam ini masih terdengar, diikuti suara petir yang saling bersahutan. Para member DS terlebih para perempuan terlihat meringkuk ketakutan, terutama Agni yang terus-terusan menggumam kata aku takut.

Cakka yang sedari tadi terus menepuk juga mengusap pelan kepalanya merasa pusing sendiri, namun pemuda itu sama sekali tak bisa berbuat apa-apa. Ingin marah pun percuma, gadisnya pasti akan semakin meringkuk di pelukannya.

Sementara itu, Ify yang memeluk kedua kaki Rio terus-terusan menggumam doa. Membuat Rio risih sendiri dengan kelakukan gadisnya yang menenggelamkan wajahnya di kedua pahanya.

"Lo ngapain sih nemplok di kaki gue? Lepas!"

Ify menggeleng-geleng kepalanya, gadis itu lalu mendongak menatap Rio.

"Gue kaget Madu denger suara petirnya, kok lo malah ngusir, sih?"

Rio memutar kedua bola matanya, menatap tajam gadisnya yang cemberut.

"Aduh!!"

Rio terpekik saat tiba-tiba saja Ify menggigit pahanya. Entah apa yang gadis itu lakukan tapi tetap saja, kelakuan Ify benar-benar membuatnya emosi sendiri.

"Lo itu apa-apaan, sih?"

"Gigit lo, lah!"

"Lo?!"

"Apa?!!!"

Setelah tadi menggigit pahanya kini Itu malah memukul-mukul pahanya dengan brutal. Menghembuskan napas, akhirnya Rio pun menggenggam kedua tangan Ify dengan salah satu tangannya yang membuat Ify memberontak.

"Lepas!"

"Apa? Heh?"

Ify merengut sebal saat ditatap menantang oleh Rio. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain dengan bibir yang misuh-misuh merutuki Rio.

Meninggalkan Ify yang merajuk pada Rio, lain halnya dengan Shilla yang semakin merapatkan punggungnya pada kaki Gabriel.

Gadis itu sebenarnya tak terlalu takut akan suara petir, hanya saja ia selalu terkejut jika suara petir yang menggelegar itu terdengar. Berkali-kali ia menghela napas guna menetralkan degup jantungnya yang berdetak kencang.

"Hah... ini petirnya kapan berhenti, sih?"

Via menoleh pada Shilla saat mendengar gumaman gadis itu.

"Nanti juga berhenti, Shill."

"Tapi kapan? Kasian Agni,"

Via menoleh pada Agni yang meringkuk di pelukan Cakka, sahabatnya itu terlihat sangat ketakutan dan ia juga merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan Shilla, yaitu kasihan.

"Heem, sampe bergetar gitu badan Agni, Shill."

Shilla hanya mengangguk menanggapi ucapan Via. Ia hanya bingung ingin bicara apa selain berdiam diri.

Drrtt

Drrtt

Drrtt

Shilla tersentak saat merasakan getar ponselnya di saku bajunya. Ia yang saat ini mengenakan blouse putih lengan panjang dan rok selutut motif kotak-kotak.

Mengecek siapa yang menelponnya di tengah cuaca hujan ini. Saat melihat nama di layar touch screennya ia terbelalak ketika nama Mark Gilbert Fadert.

"MARK??!!!"

Shilla tanpa sadar memekik kaget dengan suara yang cukup keras sehingga menimbulkan rasa penasaran dari teman-temannya juga D'Stattlich. Mereka menatap penuh tanya Shilla yang melotot menatap layar ponselnya.

The Reger's ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang