Chapter 1 : Penjual Rujak

33.3K 865 23
                                    


Di pagi hari, saat orang-orang sibuk beraktifitas. salah satunya adalah pasar tradisional di jakarta.
banyak jenis jajanan yang ditampilkan, suara-suara penjual yang mengiklankan dagangannya bercampur dengan suara ibu-ibu yang dengan bersemangat menawar barang incarannya.

Di dekat persimpangan, ada seorang pria yang tampak malas, membuat pembeli enggan untuk mendekatinya.

Dia adalah seorang pria muda yang menjual rujak.
memakai kaos hitam, celana jins pendek dan sendal jepit.
Pria itu terlihat tidak berbeda dari pedagang lainnya, walaupun dia memiliki wajah yang sedikit tampan untuk membuat wanita jatuh cinta pada pandangan pertama.

Meski begitu, dari banyak gadis-gadis yang lewat, mereka bahkan tidak meliriknya karena dia hanya penjual rujak.

Dan Jika diperhatikan dengan teliti, anda bisa melihat ekspresi ketidakpedulian terhadap orang-orang di sekitarnya.

Pria muda itu sedang memotong buah-buahan dengan cepat saat dia menggerakkan pisaunya dengan terampil seperti ahli profesional yang sudah lama menekuni bidang ini.

Tetapi walaupun dia pandai menggunakan pisau, belum ada satupun pembeli yang datang.
Namun wajah pria ini tidak menunjukan ketidaknyamanan, bahkan dia terlihat santai dan puas.

Menyelesaikan pekerjaannya, ia beristirahat di kursinya dan melihat jalanan yang sibuk di sekelingnya seolah itu adalah pemandangan yang indah .

"Hei Mang Untung, mana uang setorannya?!"

Tiba-tiba, terdengar suara kasar di samping kiosnya yang mengganggu lamunan indahnya.
Mereka adalah 3 orang yang berusia sekitar 30 tahun, pakaian mereka tidak berbeda dengan sekelompok preman, rambut di cat, telinga di tindik, badan bertato dan rokok di mulut mereka.
Mang Untung memiliki kios kecil di sebelah pemuda itu dan dia juga memiliki keadaan yang serupa, belum ada dagangannya yang terjual karena masih pagi.

Mang Untung yang duduk di kiosnya terlihat agak depresi "Ini..."

Menunjukan wajah yang terlihat agak sedih, Mang Untung berkata dengan lirih "Bos Billy, tolong mengerti, sekarang masih pagi, jadi belum ada yang membeli. bagaimana saya bisa punya uang untuk membayar setoran"

"Gw gak mau tau, pokoknya bayar setoran hari ini sama kemaren, klo enggak... mau kios ini kita bongkar? " kata Bos Billy dengan nada mengancam sambil menunjukan lengannya yang bertato.

Mang Untung bingung harus bagaimana.
dia mencoba mencari uang di kantongnya berharap akan ada uang yang tertinggal dan tidak diambil istrinya saat mencuci.

Walaupun dia membenci untuk memberi uang yang dia peroleh dari hasil kerja kerasnya, tapi apalagi yang bisa dia lakukan?

"Biar saya yang bayar" kata seorang penjual rujak tiba-tiba muncul sambil membawa uang kusut yang jumlahnya sekitar 20 ribuan.

"Saya cuma ada segini, Mang Untung sudah tua dan dia juga butuh uang untuk biaya sekolah putrinya, cobalah pengertian sedikit" kata pemuda itu dengan acuh tak acuh.

Bos Billy tertawa dan mengambil uang itu dengan kasar, lalu menghitungnya sebelum menyimpannya di kantong "Angga, lo mau jadi pahlawan? Lo aja belom bayar uang setoran hari ini, lo tau? "

Angga mengerutkan kening lalu mendesah. Sekelompok preman ini tidak pernah mau peduli kesusahan orang lain, tapi dia bukan siapa-siapa, sehingga dia hanya bisa diam sambil mendesah, dan dia juga tidak ingin menimbulkan masalah, jadi dia hanya menjawab acuh tak acuh "Besok, besok saya bayar"

"Bagus, selama lo mau kerja sama, semua bisa di atur, besok gw balik lg, jangan lupa siapin uangnya" kata Bos Billy sambil berjalan menuju kios lain bersama anak buahnya.

Pernikahan Kontrak 1 Milyar (Tunda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang