Chapter 36 : Geng bawah tanah

7.2K 409 26
                                    



“Hahaha... Sumpah, Ane gak bisa berhenti ketawa, perut Ane sakit,” ucap Udin sambil memegangi perutnya yang sakit. Dia sesekali melihat Eko yang duduk di sampingnya dengan wajah cemberut.

Setelah cukup lama tertawa, Udin menepuk punggung Eko dan berkata, “Jangan cemberut terus, tu muka dah jelek nanti tambah jelek, hahaha...”

“Udah puas belom ketawanya?” tanya Eko dengan kesal. Jika bukan karena Angga, dia tidak mungkin ditertawakan sedemikian rupa. Dan ini semua salah Angga!

Dan pelaku semua kejahatan ini dengan santainya memainkan ponsel seperti tidak pernah terjadi apa-apa sama sekali.

Melihat Angga yang sedang asik sendiri dengan ponsel di tangannya, Eko merasa sedikit tidak senang dan bertanya, “ Hei, anak baru. Bukannya loe orang kaya? Ngapain loe jadi satpam?”

‘Siapa bilang saya orang kaya? Istri saya yang orang kaya,’ jawab Angga di dalam hatinya. Tapi kata-kata itu tidak keluar dari mulutnya dan hanya senyum tipis yang menggantung di bibirnya.

“Sudah, sudah. Gak usah dibahas lagi,” potong Udin sebelum Angga bisa menjawab. Jika ini diteruskan, mungkin dia bisa mati tertawa.

“Kenalin, nama Ane Udin. Umur 34 tahun, Anak satu, Bini satu, rencana mau nambah. Hehehe,” kata Udin sambil menunjuk dan memperkenalkan dirinya. Sebagai orang yang paling tua di sini, dia merasa perlu untuk menengahi, jika tidak, bagaimana dia bisa menambah istri, jika masalah seperti ini saja dia tidak bisa mengatasi.

“Yang ini Eko, umur 27, jomblo gak laku hahaha...” kata Udin sambil Menunjuk Eko yang ada di sebelahnya. Dia merasa senang hari ini karena melihat Eko yang menderita.

“Gue Bukannya gak laku, single itu pilihan. Karena, Gue orangnya pemilih. Gue cuma mau sama cewek yang cantik, putih, bahenol dan bisa nyari duit sendiri,” ujar Eko yang tidak terima dikatakan jomblo tak laku oleh Udin. Walaupun wajahnya pas-pasan, sebagai lelaki, dia harus memiliki standar tinggi. Yah, walaupun kebanyakan mereka hanya menatapnya dan pergi. Tapi, bukan Eko namanya jika sekali gagal lantas tak berani mencoba lagi.

“Eleh, muka pas-pasan, kulit item, sok mau minta yang tinggi-tinggi. Ini akibat kalo kebanyakan ngehayal dan mimpi. Hahaha,” sindir Udin sambil menepuk-nepuk punggung Eko.

“Biarin, awas aja nanti kalo gue punya istri, jangan sampe iri...”

Melihat Udin dan Eko yang saling bercanda, Angga sedikit tersenyum dan memperhatikan wajah pas-pasan Eko dan Udin, walaupun mereka terlihat saling mengejek dan berkelahi, tapi dia tahu bahwa mereka tidak membawa amarah ke dalam hati. Setelah menunggu mereka berdua berhenti berbicara, Angga mulai memperkenalkan dirinya, “Saya Angga, umur 25, sudah punya istri hehe...”

Yah, mungkin pekerjaan barunya tidak seburuk pekerjaan lamanya. Dia bisa bersantai tanpa melakukan apa-apa dan yang terpenting, dia ditemani oleh dua orang yang bisa membuatnya tertawa. Lagi pula, dia tidak terlalu peduli pekerjaan apa yang akan dia terima, asalkan itu bisa membuatnya merasa nyaman dan bahagia.

Mendengar kata-kata Angga, Udin dan Eko sedikit tertarik dan menatap Angga. Terutama Eko, dia dengan sedikit penasaran bertanya, ”Istri loe cantik apa enggak?”

“Tentu saja cantik, tapi...” jawab Angga sambil menggaruk kepalanya sambil memikirkan kata-kata selanjutnya.

“Tapi? Tapi apa?” tanya Udin yang ikut penasaran setelah mendengar kata cantik keluar dari mulut Angga. Sebagai sesama pria, dia terkadang iri melihat pria lain memiliki istri yang lebih cantik dari pada istrinya, maka dari itu, dia masih bermimpi memiliki istri kedua.

“Tapi... Terlalu susah untuk didekati,” kata Angga sambil tersenyum kecut dan memikirkan wajah dan mata Bella yang dingin saat menatapnya.

“Susah didekati? Gimana sih? Kok istri susah didekati? Itu istri apa macan?” tanya Udin sambil bercanda. Dia hanya berpikir bahwa Angga hanya bercanda dengan mereka.

Mendengar candaan Udin, Angga hanya mengangkat bahunya dan tersenyum tanpa menjawab. Jika mereka tahu bahwa istrinya memang seperti macan betina, mereka pasti akan gemetar ketakutan dan tidak bisa bicara.

...

Di sebuah ruangan yang dihiasi benda-benda mahal dan mewah, Herry dan Jodi sedang duduk di sofa sambil menyandarkan tubuhnya dan menikmati minuman di tangannya. Di depan mereka, segerombolan pria dengan tubuh tegap dan kepala botak sedang berdiri dan berbaris rapi.

Dan seorang pria yang terlihat seperti bos dari gerombolan ini dengan santai tersenyum sambil menatap Herry, “Bos Herry, lama tidak bertemu. Apa yang membuat Bos Herry sampai-sampai harus memanggil saya yang kesepian ini? Saya kira Bos Herry sudah lupa dengan saya.”

“Jangan bicara basa-basi lagi, duduk dan dengarkan. Saya punya tugas untuk kamu,” kata Herry dengan acuh tak acuh sambil menegak minuman di tangannya.

Mendengar perintah Herry, pria botak itu dengan cepat memasang wajah menjilat dan duduk dengan patuh di depan Herry dan Jodi. Walaupun dia dan kelompoknya lebih kuat dari pada Ayah dan Anak di depannya, tapi kekuatan uang memang bisa mengalahkan segalanya.

“Hehehe... Tenang saja, Bos. Semua pekerjaan bakalan beres asal...” kata pria botak itu sambil tertawa dan memberikan kode ke Herry dengan jarinya.

Melihat pria botak di depannya dengan sedikit jijik, Herry merogoh saku jasnya dan melemparkan amplop tebal ke atas meja, “Ini uang muka 20 juta, kalau tugas yang saya beri berhasil, saya tambahin lagi 30 juta.”

Dengan mata yang berubah menjadi hijau, pria botak itu dengan cepat menyambar amplop dan dengan hati-hati mengecek dan menghitung uang yang ada di dalamnya.

Dengan senyum lebar di wajahnya, pria botak itu menatap Herry dan bertanya, “Bos Herry tinggal katakan saja seperti apa tugasnya? Semua akan beres dan rapi.”

“Saya mau kamu membunuh satu orang pria, terserah dengan cara apa. Yang pasti, saya mau orang itu secepatnya menghilang dari pandangan saya. Ingat, jangan sampai ini bocor, saya gak mau terlibat kalau terjadi apa-apa!” perintah Herry sambil menyipitkan matanya dan menatap tajam pada pria botak di depannya. Jika dia mengingat lagi perbuatan Angga yang telah dilakukan kepadanya, dia merasa marah dan terhina. Jika dia bisa, dia ingin menghabisi Angga dengan tangannya sendiri dan membakar jasadnya. Tapi sebagai seseorang dengan status yang tinggi seperti dirinya, itu hanya akan mengotori tangannya dan menodai status tingginya.

“Hanya satu orang? Hahaha... Bos Herry bisa tenang, saya bisa membereskannya sekarang ini juga,” kata pria botak itu dengan tawa penuh percaya diri sambil memukul dadanya. Dia telah terbiasa melakukan bisnis seperti ini dan hampir semua tugas yang dia terima selalu berhasil tanpa gagal.

Sebagai pemimpin dari geng Bald Head (kepala botak), namanya telah terkenal dan tersebar luas sebagai pembunuh kejam di dunia bawah tanah yang jarang orang awam bisa sentuh dan dengar. Dan saat dia mendengar target yang harus dia habisi hanya satu orang, dia sangat ingin menyelesaikan tugas ini dengan cepat dan kembali bersenang-senang sambil menikmati minuman dan wanita.

...
...
...

Terima kasih telah membaca, jika berkenan,

- Pembaca diharapkan memberi penilaiannya pada cerita ini dalam skala 1 - 100 (silakan tulis di kolom komentar),
- Jika pembaca mendapati typo, salah dalam penempatan tanda huruf, atau yang lainnya, harap untuk mengomentarinya di kolom komentar. Untuk pembelajaran ke depannya.

Like & Share if you care

Pernikahan Kontrak 1 Milyar (Tunda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang