“Di sini cuma gue sendiri yang masih sendiri. Kenapa ya, kok gue susah bener nyari pujaan hati. Kadang-kadang gue malu dan iri kalau liat temen-temen sudah punya anak dan istri.” keluh Eko sambil menatap kosong ke awan dan menyandarkan dagu di kedua tangannya. Jika dia ingat dengan benar, semua teman-teman sekolahnya sudah memiliki keluarga kecilnya sendiri dan hanya dia yang masih begini.
Dia sudah mencari kesana dan kesini, tapi tetap saja, mereka hanya datang dan pergi. Dengan usianya yang terus bertambah dan tuntutan orang tuanya, dia semakin bingung, kemana lagi dia harus mencari?
Apalagi jika ada temen atau saudara yang bertanya ‘Kapan nikah Ko?’ bingung mau jawab apa. Pengen rasanya lari terus nangis di semak-semak.
“Kadang bingung kalau ditanya sama emak di kampung, apalagi kalau pas kumpul-kumpul sama saudara atau temen-temen. Malunya sampe mau nangis,” kata Eko sambil berharap ada orang yang mau peduli dengan penderitaannya.
Melihat Eko yang sedang gundah gulana memikirkan masa depannya, Angga sedikit tersenyum dan bertanya, “ Emang perempuan seperti apa yang kamu suka, Ko?”
Mendengar pertanyaan Angga, Eko mulai bersemangat dan menatap Angga dengan mata bersinar cerah. Dengan wajah Angga, dia percaya, Angga pasti punya banyak teman wanita cantik di luar sana, pikir Eko dengan jantung berdebar-debar dan semangat yang menggebu-gebu.
“Gue tau, loe itu sahabat terbaik gue Ga! Jadi gini Ga, gue tu pinginnya cewek yang putih, cantik, tinggi, sexy, pintar, kaya, penyabar, penyayang, jago masak dan yang paling penting itu, mencintai gue apa adanya dan sepenuh hati. Yah, secara fisik minimal seperti Raisa lah,” ungkap Eko sambil menghitung dengan jari-jarinya dan menghayalkan wanita cantik di dalam pikirannya.
“Oh... Itu sih gampang. Kamu cuma perlu 4B,” kata Angga dan menatap wajah pas-pasan Eko dengan serius.
Mendengar tanggapan Angga, Eko semakin bersemangat dan langsung menatap mata Angga dan dengan serius bertanya, “Apa itu 4B? Angga, cepet kasi tahu!”
“Iya, 4B itu apaan Angga? Jangan bikin orang penasaran dong, mana ceritanya pendek lagi!” timpa Udin yang juga ikut penasaran dan menatap Angga dengan tidak sabar.
Melihat Udin yang juga ikut bertanya, Angga merapihkan kerah bajunya dan mengangkat satu jarinya, “Eheem... Eheem... B yang pertama itu BERUSAHA... Apakah kalian sudah berusaha?”
“Kalau usaha sudah sering, semua gadis cantik sudah gue deketin. Tapi gak ada yang mau juga, bingung gue, padahal muka dah ganteng gini,” jawab Eko sambil menggaruk kepalanya dengan bingung.
Udin di sampingnya mendengarkan dengan seksama dan sesekali menganggukkan kepalanya saat mendengar jawaban Eko. Karena dia merasa senasib dengan Eko.
“Kalau begitu, lakukan B kedua yaitu BERDOA,” kata Angga sambil mengangkat dua jarinya.
“Kalau Doa mah, sudah setiap hari! Dari pagi sampai pagi lagi, gue selalu berdoa. Tapi tetep aja,” balas Eko sambil menggelengkan kepalanya.
“Lanjut ke B yang ketiga, BER-SA-BAR,” kata Angga sambil mengangkat tiga jarinya.
“Kurang sabar apa lagi coba gue? Udah 27 tahun gue single, tapi belum juga punya pacar,” jawab Eko dengan wajah sedih dan menyeka sudut matanya.
Merasa sedikit bersimpati atas nasib sial Eko, Angga melangkah maju dan menepuk bahu Eko, “Tenang aja, saya masih punya B yang keempat.”
“Apa itu Ga? Cepet kasi tau, jangan bikin ane penasaran,” kata Udin dengan tidak sabar.
“Iya, apaan tu Angga? cuma loe yang bisa bantu gue,” tambah Eko dengan wajah melas dan penuh harap.
Di bawah tatapan penasaran dan penuh harap dari Eko dan Udin, Angga berjalan keluar dari pos satpam dan memandang langit yang berwarna keemasan dengan tatapan melankolis. Setelah terdiam cukup lama, Angga berbalik menatap Eko dan berkata sambil mendesah, “hahh... Berarti ini satu-satunya cara terakhir untuk kamu, Ko.”
“Iya, apaan?”
“Iya, apaan? Ane juga pengen tau.”
“BERKACA... hahahaaa...” kata Angga sambil tertawa dan meninggalkan Eko dan Udin yang masih menatap tak percaya.
“Sialan loe Angga! Loe ngerjain kami ya?!” teriak Eko dengan marah dan kesal saat melihat Angga yang telah menjauh pergi.
...
Mengabaikan teriakan Eko, Angga berjalan menuju motornya dan tidak lupa menghidupkan mesin motor. Karena hari sudah petang, dia merasa ini sudah waktunya untuk pulang.
Mengendarai motornya di jalanan yang padat merayap, Angga tiba-tiba mengingat sesuatu dan memutar balik motornya. Melewati gang-gang kecil yang sering dia lewati, dia berhenti di depan rumah kecil yang terlihat tua dan kumuh.
Walaupun Bella sudah membelikan semua kebutuhannya, tetap saja, dia tidak bisa meninggalkan barang-barangnya begitu saja. Dan juga, dia belum memberitahu Ibu kontrakan soal kepindahannya.
Turun dari motor, Angga memasuki kontrakan kecilnya dan berjalan menuju lemari tua nan lapuk di depannya. Membuka lemari, tumpukan pakaian yang berantakan memasuki matanya.
“Bye bye pakaian berantakan,” kata Angga sambil tersenyum ringan saat dia mengingat kembali isi lemari di rumah istrinya dan dengan cepat mengemasi barang-barang dan pakaiannya.
...
Di saat para pegawainya pulang dan bercengkeraman dengan keluarganya di rumah, Bella sedang sibuk membaca laporan yang menumpuk di atas meja kerjanya dan sesekali menandatangani laporan yang telah selesai dia baca. Walaupun hari sudah semakin gelap, dia seperti tidak menyadarinya dan terus sibuk mengurusi pekerjaannya.
“Tok... Tok... tok...”
“Masuk.”
Memasuki ruangan dengan hati-hati, Anggi dengan kagum menatap Bella yang masih sibuk bekerja.
“Ada apa?” tanya Bella dengan dingin dan terus melanjutkan pekerjaannya.
“Bu Bella, proyek kita di Mandalika, Lombok. Hampir 60% berjalan dengan lancar, tapi pihak Dorona ingin meminta kita menambah jumlah tenaga kerja untuk mempercepat proses pengerjaannya, jika tidak, mereka ingin menghentikan kerja sama,” kata Anggi sambil membaca laporan yang dia bawa di tangannya dan bertanya dengan lembut,“ Apakah kita akan menurutinya?”
“Bukankah semua sudah berjalan sesuai dengan rencana? Kenapa mereka tiba-tiba ingin menghentikan kerja sama?” tanya Bella sambil mengerutkan kening dan merasa ada sesuatu yang tidak benar.
“Mereka hanya mengatakan bahwa, pekerjaan kita terlalu lambat dan mereka menginginkan kita untuk mempercepat proyek lebih cepat dari jadwal yang kita berikan,” jawab Anggi sambil membenarkan kaca matanya.
“Apakah hanya itu?” tanya Bella dengan dingin. Sebagai seseorang yang telah cukup lama berbisnis, Bella tahu bahwa ada sesuatu yang tidak benar dalam masalah ini. Dan seseorang yang bisa melakukan semua ini pasti bukan orang sembarangan yang bisa ditemukan di pinggir jalan.
“Ya, untuk saat ini, hanya itu keluhan mereka,” jawab Anggi sambil menganggukkan kepalanya. Sebagai seseorang yang berpendidikan tinggi, dia tentu saja mencurigai sesuatu pasti sedang terjadi. Tapi, dia tidak berani mengutarakannya sebelum dia mendapatkan bukti.
“Aku mengerti. Aku akan memikirkannya nanti, kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu.”
“Tapi Bu Bella, ini sudah waktunya jam pulang, apakah Bu Bella ingin lembur?” tanya Anggi dengan lembut dan prihatin saat dia melihat wajah Bella yang dingin dan sedikit kelelahan.
Mendengar pertanyaan Anggi, Bella sedikit terkejut dan menatap jam di tangan kirinya yang menunjukkan jam enam lebih dua puluh menit. Sedikit memijat keningnya, Bella menatap Anggi dan berkata, “Tidak, aku akan pulang sekarang. Kamu bisa pergi.”
“Baik,” balas Anggi dengan patuh dan berbalik pergi.
“Anggi... Bagaimana pekerjaan pria itu...?” tanya Bella dengan acuh tak acuh dan terkesan tidak peduli.
“Pria itu?” tanya balik Anggi dengan bingung.
“Angga, maksudku,” jawab Bella sambil memalingkan wajahnya....
...
...Terima kasih telah membaca, jika berkenan,
- Pembaca diharapkan memberi penilaiannya pada cerita ini dalam skala 1 - 100 (silakan tulis di kolom komentar),
- Jika pembaca mendapati typo, salah dalam penempatan tanda huruf, atau yang lainnya, harap untuk mengomentarinya di kolom komentar. Untuk pembelajaran ke depannya.Like & Share if you care

KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Kontrak 1 Milyar (Tunda)
RomanceMenceritakan seorang penjual rujak bernama Angga, namun dia memiliki identitas khusus yang tidak diketahui oleh orang biasa, dan tiba-tiba terjebak pernikahan kontrak selama 4 tahun dengan wanita dingin dan kaya bernama Bella. Ada juga wanita cantik...