Chapter 45 : Aku bukan Ayahmu!

7.5K 493 72
                                    



Berdiri tepat di depan rumah Bella, pria botak itu melihat sekeliling lingkungan untuk memastikan semua aman. Memutar tubuhnya, dia melihat belasan anak buahnya dan menunjuk dua orang. “Kamu. Kamu. Tunggu di sini! Yang lainnya, ikuti aku masuk ke dalam dan siapkan semuanya sesuai rencana!”

“Siap Bos!” teriak mereka dengan kompak.

“Buka kunci pagarnya dengan paksa!” perintah Jodi dengan tidak sabar untuk masuk ke dalam.

Mendengar perintah Jodi, salah satu anggota geng Bald Head maju menuju pagar sambil mengeluarkan alat-alat dari saku celananya. Dia adalah salah satu ahil pembongkar kunci di dalam gengnya. Jika dia mengaku sebagai yang nomor dua, tidak akan ada yang berani mengaku sebagai nomor satu. Semua kunci bisa dengan mudah dibukanya. Tapi hanya satu yang tidak bisa, yaitu kunci hati wanita.

Setelah memeriksa pagar dengan hati-hati, dia sedikit bingung sambil sesekali mengerutkan kening saat mencoba membuka gembok yang tergantung di pagar. Ini adalah pertama kalinya dia melihat rumah mewah yang memiliki gembok seperti ini.

Melihat gelagat anak buahnya yang sedikit mencurigakan, pria botak itu sedikit tidak senang bertanya, “ Apa yang membuatmu begitu lama? Apakah ada pengamanan khusus di pagar ini?”

“Bukan Bos... Itu...”

“Apakah kunci pagar ini menggunakan teknologi baru yang canggih?” tanya lagi pria botak itu sambil mengerutkan kening.

“Bukan juga Bos,” jawab anak buahnya sambil menggelengkan kepalanya.

“Lalu apa?! Cepat katakan! Jangan membuatku menunggu terlalu lama!” bentak pria botak itu yang mulai merasa sedikit kesal.

“Anu Bos... Pagarnya gak dikunci,” jawab anak buah pria botak itu dengan wajah tak berdaya.

“Goblok! Klo gak dikunci, cepat buka pagarnya! Ngapain kamu diem aja!” teriak pria botak itu dengan emosi. Walaupun dia memiliki anak buah yang cukup banyak, rata-rata mereka hanya pria berotot tanpa otak.

Melihat Bosnya yang meledak karena amarah, dia dengan cepat menganggukkan kepalanya seperti ayam yang sedang memakan beras di tanah. “Iya... Iya, tunggu sebentar Bos.”

‘Kenapa aku yang dimarahi? Bukankah tadi aku diperintahkan untuk membuka pintu dengan paksa? Bagaimana aku bisa membuka pintu dengan paksa, jika pintunya saja tidak dikunci? Seharusnya Bos menyalahkan kuncinya...’ gerutu pria itu di dalam hatinya sambil membuka pagar.

“Apakah semua anak buahmu seperti ini?” tanya Herry dengan sedikit tidak senang sambil menatap pria botak di sebelahnya.

Ditatap oleh Herry, pria botak itu mengelus kepala botaknya dan tertawa canggung, “Hahaha... hanya sebagian... hanya sebagian... bukankah yang penting itu tenaganya... hehehe”

Melihat pagar yang telah dibuka, pria botak itu dengan cepat mengalihkan topik dan dengan eksperesi menjilat di wajahnya, dia mempersilahkan Herry untuk masuk ke dalam. “Ayo... Ayo, Bos pasti sudah tidak sabar untuk masuk.”

“Hmph!” Melihat wajah menjijikkan pria botak itu, Herry mendengus dingin dan berjalan menuju rumah.

Dengan wajah dingin di wajahnya, pria botak itu menatap anak buahnya dengan mata tajam.

“Masuk! Dan jangan bertingkah bodoh seperti tadi! Memalukan!” perintah pria botak itu dengan dingin yang sangat berbeda dengan cara dia berbicara kepada Herry.

Berhenti di depan pintu rumah, pria botak itu maju ke depan dengan alat-alat di tangannya, “Bos Herry tunggu sebentar. Biar saya yang bukakan,”

Setelah beberapa saat, pria botak itu sedikit mengerutkan kening dan bergumam di dalam hatinya, ‘Kenapa rumah ini aneh sekali?’

“Ada apa lagi sekarang?” tanya Herry dengan sedikit tidak senang.

“Pintunya gak dikunci Bos,” jawab pria botak itu dengan sedikit bingung.

“GOBLOK!! Kalian semua sama saja bodoh! Minggir! Biar aku sendiri yang membuka pintunya!” teriak Herry dengan geram dan membuka pintu di depannya. Dia sekarang mulai bertanya-tanya, apakah dia salah mengenali orang atau dia salah memilih orang.

Memasuki rumah, Herry melihat ke arah lantai dua dan berteriak dengan sekuat tenaga, “ Bella! Keluar kamu sekarang! Bawa juga bajingan itu keluar! Suruh dia bersujut dan minta ampun di depanku jika dia ingin hidup sedikit lebih lama!”

Mendengar teriakan Herry yang cetar membahana, Bi Inah dengan panik bergegas keluar dari kamarnya. Melihat Herry bersama sekelompok pria dengan wajah menakutkan dan berbadan kekar, Bi Inah dengan gugup bertanya, “Tuan besar. Apa... Apa yang ingin Tuan besar lakukan di sini?”

“Bawa wanita tua itu kembali ke kamarnya! Dan jangan biarkan dia keluar!” perintah Herry sambil menunjuk Bi Inah yang mulai gemetar ketakutan.

“Bella cepat keluar! Apakah kamu ingin aku yang menyeretmu keluar!” teriak Herry sekali lagi dan mengabaikan Bi Inah yang menjerit dan meronta-ronta saat dibawa oleh salah satu bawahan pria botak itu.

Memikirkan apa yang akan dilakukan Herry, Bi Inah menangis dan memohon, “Tuan! Tolong jangan apa-apakan Nona! Dia tidak pernah melakukan kesalahan apa pun terhadap Tuan!! Biarkan Bibi yang menggantikan Nona! Tuan! Ingatlah, dia masih anak kandungmu juga!”

“Dasar wanita tua! Tutup mulutmu jika kamu ingin hidup lebih lama! Cepat, sumpal mulutnya dan kunci dia di dalam kamarnya!” teriak Jodi dengan marah saat melihat wajah Ayahnya sedikit berubah. Jika dia membiarkan Bi Inah lebih banyak bicara, semua rencananya bisa hancur berantakan.

“Tuan...! Eemmmm!! Emmmmm!!”

“Bos, apa harus kita habisi juga wanita tua itu?” tanya pria botak itu saat melihat Bi Inah yang meronta-ronta dengan mulut diikat.

“Tidak perlu! Dia masih berguna! Kunci dia di kamarnya!” perintah Herry dengan wajah tidak peduli saat dia melihat Bi Inah diseret dan dikurung di kamarnya dengan tangan terikat.

“Bella! Cepat keluar sekarang! Aku tahu kamu ada di dalam! Jangan coba-coba menguji kesabaranku! Jika tidak...”

Cekelek!

Masih mengenakan pakaian tidurnya, Bella keluar dari kamarnya dan dengan cepat keluar dari kamarnya. Dia sedikit terkejut dan segera terbangun saat mendengar teriakan Herry.

Menundukkan kepalanya, Bella melihat Herry dan segerombolan pria di belakangnya dengan tatapan tak percaya.

“Akhirnya kamu keluar juga! Bagus! Bagus! Di mana pria bajingan itu sekarang? Jangan bilang dia takut dan menyembunyikan ekornya. Cepat! Panggil dia keluar sekarang juga!” teriak Herry dan menatap Bella dengan tajam.

Di belakangnya, bawahan pria botak itu maju saat melihat Bella dengan mata rakusnya dan membisikkan sesuatu, “Bos, wanita ini kan...”

“Ya, aku tahu...” jawab pria botak itu dengan suara pelan saat mengamati wajah dan lekuk tubuh sempurna Bella yang dibalut kain tipis piayanya. Dengan senyum mesum di wajahnya, dia menjilat bibirnya dan dengan pelan berkata, “Kali ini, dia tidak akan bisa lepas dari tanganku!”

Sambil perlahan menuruni tangga, Bella melihat sekelilingnya dan sedikit mengerutkan kening. Menatap Ayahnya yang berada di depannya, Bella bertanya dengan sedikit keraguan yang mengganjal di hatinya, “Ayah, apa yang kamu lakukan? Siapa mereka? Dan di mana Bi Inah?”

“Hpmh!” sambil mendengus dingin, Herry menatatp tajam pada Bella dan dengan marah berkata, “Kamu masih berani memanggilku Ayah? Kamu bahkan sudah tidak menganggapku sebagai Ayah. Apalagi gunanya kamu memanggilku Ayah? Jangan pernah sebut aku dengan panggilan itu lagi di hadapanku! Kamu tahu, aku bahkan tidak pernah menganggapmu sebagai anakku! Karena aku tidak pernah memiliki anak pembawa sial sepertimu!”

“Ayah, apa yang kamu...”

“DIAM!! Aku tidak butuh omong kosong yang keluar dari mulutmu! Cepat! Panggil keluar pria bajingan itu dan suruh dia bersujud dan memohon ampun di depanku! Kalau tidak, kamu akan rasakan sendiri akibatnya!” ancam Herry saat dia dengan ganas menatap Bella.

“Kakak perempuanku yang baik... Oh... Tidak, tidak, Nona Bella yang terhormat, sebaiknya kamu menuruti perintah Ayahku dengan cepat. Karena, Ayahku bukanlah tipe orang yang penyabar. Hehehe...” kata Jodi sambil melangkah maju dan berdiri di samping Ayahnya dengan seringai lebar di wajahnya.

#Selamat menjalankan ibadah puasa# 😊😊
Jangan lupa siapin THR-nya ya buat... Ehheemm... Eheeemm...
...
...
...

Terima kasih telah membaca, jika berkenan,

- Pembaca diharapkan memberi penilaiannya pada cerita ini dalam skala 1 - 100 (silakan tulis di kolom komentar),
- Jika pembaca mendapati typo, salah dalam penempatan tanda huruf, atau yang lainnya, harap untuk mengomentarinya di kolom komentar. Untuk pembelajaran ke depannya.

Like & Share if you care

Pernikahan Kontrak 1 Milyar (Tunda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang