Miyoung dan Jeno pun menghabiskan malam dengan belajar materi sekolah bersama. Miyoung tak menyangka kalau sebenarnya Jeno adalah anak yang pintar. Ia belajar semua materi yang ia tinggalkan hanya dalam satu malam. Miyoung cukup terkejut karena Jeno berhasil menyelesaikan satu buku tebal materi ujian yang sebentar lagi akan dihadapi.
Begitu melihat jam dinding kamar, Miyoung dan Jeno tersenyum. Pukul dua pagi. Jeno berhenti mengerjakan soal dari buku yang dihadapnya. Ia menyuruh Miyoung untuk segera pergi tidur.
"Terima kasih telah membantuku mengejar materi." kata Jeno. "Tidurlah selagi ada waktu untukmu beristirahat. Aku akan kembali ke ruang tamu." Jeno keluar dari kamar Miyoung. "Malam Miyoung"
"Malam Jeno"
***
"Motor Jeno tak ada di parkiran sekolah. Biasanya dia paling pagi datang dan langsung ke rooftop. Ke mana dia?" Jaemin terkejut ketika tak melihat motor sport Jeno yang berwarna biru mencolok.
"Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya? Dia sakit? Kalau iya, dia pasti tetap ke sekolah dan ke UKS. Ini berbeda dari Jeno yang biasanya." Renjun menimpali.
"Lebih baik kita ke kelas saja. Daripada kena masalah yang lebih besar." kata Jaemin sambil menarik Renjun pergi dari area parkir.
Di kelas, Jaemin dan Renjun melihat Miyoung, si Perempuan Olimpiade. Jaemin dan Renjun tak biasa melihat perempuan itu ada di kelas. Entah karena mereka terlalu sering membolos, atau Miyoung yang memang juga jarang di kelas.
Miyoung sendiri sibuk dengan ponselnya. Ia terus mengetikkan sesuatu di ponselnya. Miyoung berkirim pesan pada seseorang. Tak jarang ia tertawa sendiri ketika akan mengetik pesan. Pada akhirnya, Miyoung pun menelepon orang yang berkirim pesan dengannya itu.
"Astaga, kau takut mandi? Hanya karena luka kecil di tubuhmu?"
"Dasar payah, kau kan jagoan."
"Luka lebam tak akan membuatmu mati, tuan Lee."
"Pakai saja kalau kau ingin membuatnya."
"Sampai nanti, bel sekolah sebentar lagi."
Miyoung pun menyimpan ponselnya ke laci mejanya.
"Lee? Apa yang dihubungi Kim Miyoung itu Jeno?" Renjun curiga.
"Orang bermarga Lee di Korea ini ada ribuan, bodoh. Bisa saja itu temannya yang lain." Jaemin menjitak kepala Renjun.
"Tapi ada ciri khusus. Lebam dan... Jagoan." Renjun penasaran.
"Oh efek mabuk kemarin." Jaemin menaruh punggung tangannya ke jidat Renjun dan memukulkannya sebelum pergi. "Kau masih berhalusinasi" kata Jaemin yang sudah duduk di bangkunya.
Ketika istirahat, Miyoung tak beranjak dari kelas. Temannya, Herin penasaran kenapa Miyoung masih ada di dalam kelas. Bukannya pergi ke laboratorium Olimpiade untuk berlatih. Herin mendekati sahabatnya itu.
"Tentormu tidak datang?" tanya Herin.
"Mau dia datang atau tidak, aku tidak peduli. Aku belajar untuk olimpiadeku sendiri mulai sekarang." jawab Miyoung yakin.
"Hubunganmu dengan kak Taeyong retak?" pekik Herin tak terkontrol.
"Bukan lagi retak, sudah berakhir." jawab Miyoung.
"Olimpiade sebentar lagi, kau malah santai begini." kata seseorang yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas.
"Apa pedulimu? URUSI PACAR BARUMU SI JISOO ITU! JANGAN GANGGU AKU LAGI!" Miyoung berlari keluar dari kelas.
"MIYOUNG!" seru laki-laki itu.
"JANGAN IKUTI AKU LAGI! KAU BELUM PUAS MEMBUATKU BERHARAP PADAMU? LALU KAU TINGGALKAN AKU KETIKA AKU BERGANTUNG PADAMU?" Miyoung berteriak ketika Taeyong mengikutinya. "AKAN KU BUKTIKAN AKU AKAN BERHASIL DALAM OLIMPIADE TANPA BANTUANMU! PERGILAH!" usir Miyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy (Lee Jeno)
Fanfiction[Finished(+bonchapt)] Urakan tapi cerdas? Apa mungkin? Cerdas tapi bodoh dalam hal cinta? Bisa saja terjadi. Lee Jeno, seorang anak yang rusak karena rumah tangga orang tuanya berantakan. Di sisi lain sebenarnya ia adalah anak yang cerdas dalam bid...