bonchapt 2

5.4K 415 8
                                        

Tiga tahun berlalu, sang putra pewaris pertama keluarga Lee sudah berusia dua setengah tahun. Lee Jaeyoon tumbuh jadi balita yang aktif di bawah pengawasan langsung Miyoung. Miyoung selalu menjaga Jaeyoon tanpa bantuan pengasuh atau siapapun. Semuanya ia lakukan sendiri beriringan dengan kesibukannya menjadi desainer ternama.

Desain gaya busana yang ia geluti kini tak hanya sebatas gaya busana orang dewasa. Berkat adanya Jaeyoon, Miyoung berani melebarkan sayap dengan merambah dunia gaya busana untuk bayi dan balita. Perusahaan fashionnya kali ini sangat besar dengan cakupan usia yang semakin luas. Miyoung masuk ke dalam daftar wanita yang paling berpengaruh di dunia karena ini.

Sang suami, Jeno, juga menggapai kesuksesan setelah serah terima jabatan dari Donghae. Donghae tak ingin ambil pusing lagi dengan urusan perusahaan di usia senjanya. Jeno berhasil membuat perusahaannya melesat jauh di atas menguasai hampir seluruh penjuru Korea. Bisnis alat olahraga elektronik masih tetap berjalan dan menjadi salah satu sumber penghasilan terbesar di perusahaan.

Jeno juga tak ragu untuk menjajal mendirikan agensi hiburan, JN Entertainment yang menaungi musisi, penyanyi, aktor, aktris, serta model. JN Entertainment menjadi tiga besar agensi tersukses masa kini meskipun usianya belum genap tiga tahun. JN Entertainment berdiri tepat saat Jaeyoon lahir.

"Mama..." panggil Jaeyoon kepada Miyoung dengan suara khas bayi yang menggemaskan.

"Iya sayang?" Miyoung merespon putranya itu cepat.

"Apa yang apan?" tanya Jaeyoon dengan kecadelannya yang masih parah. Dia bertanya kapan papanya(Jeno) pulang.

"Sebentar lagi sayang... Papa kan kerja." Miyoung berusaha membuat Jaeyoon tak menangis karena Jeno belum bisa pulang cepat.

"Hueeeekkk" Miyoung tiba-tiba mual.

"Mama... ntah" Jaeyoon khawatir. Jaeyoon menangis karena melihat Miyoung yang berwajah pucat.

Jeno mendengar suara tangisan Jaeyoon di area taman belakang rumah. Jeno langsung menghampiri asal suara tangisan tersebut dan melihat keadaan sang putra dan istrinya. Miyoung tampak pucat karena menahan rasa mual yang begitu hebat.

"Papa... Mama atit." Jaeyoon berusaha memberitahu kalau Miyoung sakit.

"Sayang... Kamu kenapa?" Jeno khawatir terhadap Miyoung.

"Aku... Hueeeekkk" Miyoung tak bisa menyelesaikan kalimatnya.

Jeno membawa masuk Miyoung dan Jaeyoon ke dalam rumah. Jeno memberikan Miyoung air hangat dan membuat Miyoung tenang serta membaik. Jeno menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Jeno menanyakan apa Miyoung selalu telat makan, siklus bulanannya terganggu atau apapun itu untuk mendapatkan alasan mengapa Miyoung bisa mual-mual.

"Siklus kewanitaan bulananku... Udah hampir tiga bulan ini aku engga menstruasi." jawab Miyoung blak-blakan.

"Udah coba cek pake testpack yang aku simpen di laci nakas?" tanya Jeno lagi.

"Emangnya kamu yakin aku hamil lagi?" Miyoung sangat ragu.

"Coba aja dulu sayang." Jeno menuntun Miyoung menuju ke kamar.

Miyoung mengambil testpack dengan ragu. Ia berjalan ke kamar mandi untuk mengetesnya. Lima menit lebih Miyoung berada di dalam kamar mandi. Ketika keluar dari kamar mandi, wajah Miyoung sudah basah dengan air mata. Ia menangis terharu karena di testpacknya terdapat dua garis yang artinya Miyoung positif hamil.

"Kita ke dokter sekarang. Ajak Jaeyoon juga. Hari ini juga kita akan mengunjungi Taeyong." kata Jeno tampak bahagia.

***

"Hasil USG menggambarkan kalau calon bayi anda kali ini kembar, Tuan, Nyonya." kata Dokter kandungan langganan keluarga Jeno.

"Kembar dok? Usianya?" Miyoung penasaran.

"Ternyata usia kandungan ibu juga sudah cukup besar, 8 minggu. Kenapa ibu baru bisa menyadarinya?"

"Entahlah dok, saya selalu merasa saat saya mual saya hanya sakit biasa." jawab Miyoung.

"Nyonya adalah wanita yang tangguh. Benruntungnya nutrisi untuk sang calon bayi sangat tercukupi." kata Dokter itu setengah tertawa. "Baiklah, kalau begitu selamat ya Tuan Jeno, nyonya Miyoung."

"Terima kasih dok." kata Jeno dan Miyoung berbarengan.

Jeno dan Miyoung pergi mengambil Jaeyoon yang mereka titipkan di penitipan anak rumah sakit. Jaeyoon tampak begitu gembira selepas keluar dari sana. Jaeyoon menjadi anak yang talkative secara tiba-tiba.

"ita au emana yadi?" tanya Jaeyoon menanyakan kemana mereka akan pergi lagi.

"Kita mau ketemu paman kamu. Paman Taeyong." kata Jeno yang menggendong Jaeyoon keluar dari area rumah sakit.

***
Perjalanan ke rumah sakit jiwa tempat Taeyong dirawat hanya memerlukan waktu sepuluh menit. Jeno membiarkan putranya itu berjalan sendiri digandeng olehnya. Mereka dikejutkan dengan pria berambut sedikit gondrong yang sangat rapi sedang membantu menenangkan pasien yang memberontak.

"Taeyong?" Jeno dan Miyoung memanggilnya.

Pria itu menoleh dan sedikit terkejut dengan kehadiran Jeno dan Miyoung. Ia tersenyum lalu mendekati dua orang yang menjenguknya itu.

"Akhirnya kalian menjengukku. Tapi lihat? Sekarang aku sudah sangat lebih baik dari sebelumnya." kata Taeyong. "Dan siapa pria kecil ini? Tampannya..." Taeyong membelai wajah Jaeyoon.

"Dia Jaeyoon, putra kami." jawab Miyoung.

"Berapa tahun aku berada di sini? Aku bahkan tidak tahu menahu kalau kalian sudah memiliki anak." Taeyong kebingungan.

"Kurang lebih sembilan tahun. Maafkan aku kak." Jeno memeluk Taeyong. "Pulanglah, Ayah menunggumu di rumah." kata Jeno terisak.

"Aku akan pulang saat misiku selesai. Aku masih harus banyak membantu pasien lain yang bernasib lebih parah dari aku waktu dulu." kata Taeyong saat kembali menangani pasien yang semakin meronta-ronta di belakangnya. "Titipkan salam saja kepada ayah, aku juga merindukannya." kata Taeyong.

"Eyun au eyuk Tae amcheon..." Jaeyoon memberitahu kalau dirinya ingin memeluk pamannya.

"Sesuai permintaan pangeran..." Miyoung menggendong Jaeyoon mendekat pada Taeyong. "Jaeyoon ingin memelukmu kak Taeyong." kata Miyoung.

"Anak pintar... Paman menyayangimu." Taeyong mencium Jaeyoon. "Sudah ya? Paman mau bekerja lagi. Sampai bertemu lagi Jaeyoon." Taeyong memberikan Jaeyoon ke pelukan Miyoung lagi.

***

Jeno dan Miyoung akhirnya pulang dengan tangan hampa. Taeyong belum berhasil mereka ajak pulang. Namun, Jaeyoon bercerita pada sang kakek bahwa Taeyong adalah paman yang baik. Paman yang suka membantu orang. Hal itu membuat Donghae tampak lega. Cara bercerita Jaeyoon yang masih cadel sana-sini berhasil membuat Donghae tertawa.

"Ayah, ada kabar gembira lagi. Miyoung mengandung lagi. Kali ini kembar dan sudah dua bulan." kata Jeno memberitahukan.

"Benarkah? Mengapa baru memberitahu Ayah?" Donghae sangat tertarik ketika Jeno membicarakan soal cucu atau calon cucu baru untuknya.

"Baru hari ini kami mengetahuinya. Sebelum kami bertemu Taeyong." jawab Miyoung malu.

"Selamat ya Miyoung. Kamu adalah ibu yang hebat. Dan... Untuk Jaeyoon punya Kakek... Kamu sebentar lagi jadi kakak... Jangan nakal pada dua adikmu." Donghae memeluk dan mencium Jaeyoon.

"Eyun ayang ade kok." Jaeyoon mengatakan kalau ia menyayangi calon adiknya.

"Cucu kakek memang pintar." Donghae memeluk Jaeyoon lebih erat.

Jeno dan Miyoung tersenyum ketika Donghae gembira berada di dekat Jaeyoon. Memang, obat untuk sakit tua Donghae ini hanyalah kelucuan sang cucu yang masih kecil.

Bad Boy (Lee Jeno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang