Hari sudah siang, seharusnya keluarga Lee sudah tiba di kediaman keluarga Kim. Miyoung sampai menunggu mereka di balkon lantai dua yang tersambung dengan kamarnya. Melihat apakah ada rombongan mobil yang tiba. Namun, Miyoung justru dikejutkan dengan suara motor yang memasuki area halaman depan. Miyoung melihat lebih detail motor itu, Sebuah motor Ducati dominan biru. Miyoung tahu persis itu motor milik siapa. Ia berlari keluar dari rumah untuk menemui pemilik motor itu.
"Miyoung sayang... Jangan berlari." tegur Doyoung, kakak Miyoung.
"Aku buru-buru kak, maaf." Miyoung tetap keluar dengan berlari.
"Siapa yang akan ditemuinya? Apa laki-laki yang berhenti di area parkir tamu tadi?" lirih Doyoung.
"Jeno-ya! Akhirnya kamu datang. Kita jadi kan?" tanya Miyoung.
"Hah? Iya kita jadi... Sepasang kekasih." kata Jeno berniat menggoda.
"Kau ini!" pipi Miyoung bersemu merah.
"Kamu tidak mau? Ya sudah aku akan pulang lagi." Jeno memakai helmnya lagi.
"I...iya aku mau." Miyoung mengerucutkan bibirnya.
"Aih kau curang... Kau melakukannnya saat aku sudah memasang helmku. Jika belum aku akan menciummu." Jeno meraih helm yang ia simpan di jok belakang. "Pakai ini. Naiklah dengan benar."
Miyoung tertawa kecil karena berhasil membuat Jeno kesal. Miyoung naik ke atas motor Jeno. Beruntung kali ini Miyoung memilih menggunakan celana panjang. Sehingga tak akan mengganggu. Jeno meraih tangan Miyoung dan meletakkannya ke pinggangnya. Miyoung terkejut dengan perlakuan Jeno.
"Kau akan jatuh kalau tidak berpegangan padaku. Aku seperti Valentino Rossi atau Marc Marquez jika berkendara." jawab Jeno.
"Yak! Kau ingin orang yang memboncengmu ini mati?" Miyoung memukul helm Jeno.
"Tidak! Kita baru resmi jadi sepasang kekasih. Aku tidak akan membiarkanmu mati. Makanya pegangan." Jeno sedikit kasar.
Miyoung tersenyum karena Jeno terdengar serius meskipun tetap sedikit kasar. Miyoung memeluk pinggang Jeno agar lebih meyakinkan. Bagian depan helm Jeno terangkat menandakan kalau si pemakai tersenyum. Jeno sudah lama tidak tersenyum pada orang. Andai saja Miyoung tahu ia tersenyum, ini akan jadi heboh.
Jeno mulai melaju dengan motornya. Miyoung hanya bisa pasrah ketika apa yang dikatakan Jeno benar. Mereka melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Miyoung langsung memeluk Jeno erat karena takut terjatuh. Jeno tetap melaju dengan cepat hingga memasuki pusat kota yang ramai.
***
Ketika tiba di sebuah pusat perbelanjaan, Jeno dikejutkan dengan mobil milik Taeyong yang terparkir menyendiri di area parkir bertingkat. Jeno langsung memberhentikan motornya di slot parkir motor yang lebih ramai.
"Ayo masuk, kau akan menikmati ini." Jeno menggandeng Miyoung yang baru saja merapikan rambutnya.
Miyoung hanya mengikuti kemanapun langkah Jeno. Miyoung hanya menuruti kemauan Jeno pada awalnya. Hingga ia menemukan apa yang menarik di matanya. Permen gula kapas karakter Cony Line Friend. Miyoung merengek pada Jeno untuk mendekati stand penjual permen gula kapas itu.
"Kamu ingin itu? Kamu sudah manis. Aku bisa diabetes kalau kamu beli itu." jawab Jeno ketika mendengar rengekan Miyoung.
"Jeno-ya, aku ingin. Aku janji ini saja." pinta Miyoung.
"Baiklah, demi kekasihku." Jeno pun mengantar Miyoung membeli permen kapas itu. "Karakter Cony satu." katanya pada penjual itu.
Penjual itu langsung memberikan permen kapas karakter tanpa menyebutkan harga yang wajib dibayar. Miyoung yang mengeluarkan dompetnya ditahan oleh Jeno. Isyarat kalau Miyoung tak perlu membayarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy (Lee Jeno)
Fanfic[Finished(+bonchapt)] Urakan tapi cerdas? Apa mungkin? Cerdas tapi bodoh dalam hal cinta? Bisa saja terjadi. Lee Jeno, seorang anak yang rusak karena rumah tangga orang tuanya berantakan. Di sisi lain sebenarnya ia adalah anak yang cerdas dalam bid...