dua belas

5.5K 463 13
                                    

Yangyang, Donghyuck berpakaian seragam seperti yang lain. Setelan hitam putih ditambah dengan dasi atau pita hitam bermotif bintang. Dibalut dengan rompi kuning dan jas yang berwarna sama. Ikat rambut berwarna kuning menemani Miyoung dengan seragamnya.

Mereka siap berangkat ke sekolah. Mereka sepakat berangkat bersama seperti rombongan. Jeno ada di depan dengan memberi tumpangan pada Miyoung. Lainnya ada di sisi samping dan belakang motor Jeno. Miyoung benar-benar dikawal mulai pagi ini. Mulai dari rombongan yang selalu merapatkan barisan, lalu ketika pergi ke kelas, Miyoung berada di depan dengan lima laki-laki di sekitarnya.

Miyoung dan lima laki-laki tadi jadi sorotan. Pasalnya, tiga diantara laki-laki itu adalah siswa paling bandel seantero sekolah. Dua lainnya adalah siswa yang nampak sangat asing. Miyoung hanya diam dan bersikap biasa saja. Otomatis Miyoung dan kawan-kawannya jadi bahan pembicaraan.

"Apa-apaan kau ini? Kau berjalan bersama tiga anak itu? Kau tahu kan siapa mereka?" Herin sempat khawatir.

"Herin, kamu ingat bukan kalau Jeno itu kekasihku? Lagipula mereka tak seburuk yang kalian bayangkan. Jeno adalah penyumbang medali emas dari olimpiade matematika. Tidak percaya, silakan. Medali dia ada di tanganku." Miyoung dengan bangga menunjukkan pigura medali yang didominasi kaca. Medali yang ada di dalam sana adalah milik Jeno yang diberikan padanya.

"Siapa dua anak super berisik di belakang tiga berandal itu? Aku tak pernah melihatnya?" tanya Herin.

"Oh, kenalkan, yang berambut cokelat dan wajahnya beraksen china itu Yangyang, saudara sepupu Renjun. Yang ini, Haechan. Kau pasti tahu penyanyi yang punya nama panggilan Fullsun, dialah orangnya." jelas Miyoung.

"Fullsun? Ah iya itu. Mereka pindah ke sini saat mendekati ujian? Kenapa?" tanya Herin.

"Ada yang harus mereka lakukan dan itu butuh ijazah Sekolah Menengah Umum Korea." jawab Miyoung.

"Ah begitu, selamat datang Donghyuck, Yangyang." sapa Herin hangat.

***
Pelajaran kali ini hanya fokus pada mata pelajaran yang diujikan dalam waktu dekat. Jeno, Jaemin, dan Renjun mengikuti kelas dengan seksama karena sadar harus memperbaiki diri. Miyoung tersenyum ketika melihat Jeno dan kawan-kawannya bisa belajar dengan normal di kelas mulai hari ini.

Di mata Miyoung, Jeno sangat menawan dibalik seragam lengkap seperti sekarang. Ditambah dengan kacamata yang bertengger di hidungnya. Membuat aura urakan seorang Lee Jeno lenyap begitu saja. Caranya memperhatikan guru dan mencatat juga sangat menarik di mata Miyoung.

Begitu menengok ke arah lain, bangku Jaemin, Miyoung sedikit terkejut. Tulisan seorang Na Jaemin bahkan lebih rapi dari tulisan perempuan. Memang sebagian besar sulit terbaca karena ukuran tulisan Jaemin cukup kecil dan rapat. Miyoung tak menyangka kalau saja ia tidak mengajak mereka benar-benar kembali sekolah dengan benar. Miyoung tak akan pernah melihat hal yang menurutnya adalah keajaiban ini.

Di tengah pelajaran matematika Jongin Seonsaengnim, pandangan Miyoung terasa berkunang-kunang. Tangannya yang memegang pulpen gemetar. Pulpennya jatuh dan menyita perhatian Jeno yang duduk tepat di sampingnya. Tangan Miyoung tiba-tiba menggenggam erat lengan atas Jeno. Jeno langsung beranjak dari tempat duduknya lalu memapah Miyoung keluar dari kelas. Jongin mengikuti langkah Jeno dan Miyoung yang menuju ke ruang unit kesehatan.

"Kenapa dia selalu seperti itu ketika pelajaran saya?" tanya Jongin ketika Miyoung tengah ditangani dokter sekolah.

"Baru dua kali ini, Saem. Sepertinya Miyoung kelelahan saat ini." jawab Jeno yang diakhiri dengan helaan napas yang kasar.

"Kelelahan? Stress karena masalah keluarga lagi? Saya tahu, Miyoung tertekan karena ibu kandungnya meninggal ketika dibawa pergi." Jongin menerka.

"Miyoung terancam diculik dan dia kunci keluarga kami hancur. JaeKim corp bisa bangkit lagi dari hasil menguras keluargaku dan juga Miyoung." jelas Jeno.

Bad Boy (Lee Jeno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang