"Jangan sentuh aku. Atau kau akan mati." ancam Miyoung ketika dirinya akan turun ke ruang makan keluarga. Dirinya bersama dengan Taeyong sekarang.
"Gadisku pintar memarahi orang sekarang. Siapa yang mengajarimu? hah?" Taeyong memegang ujung dagu Miyoung sensual.
Tangan Miyoung dengan cepat menepis tangan Taeyong. Miyoung melepas high heels yang ia pakai demi mempercepat langkahnya. Ia langsung mendekat pada Jeno yang menunggu di bawah tangga. Miyoung tersenyum. Begitupula Jeno, ia tersenyum hingga membuat garis matanya seperti bulan sabit. Miyoung langsung menggandeng Jeno sperti sepasang kekasih pada umumnya.
"Lepaskan peganganmu dari berandal itu." ucap ibu tiri Miyoung yang datang entah dari mana.
"Dia bukan berandal! Kau jangan sembarangan bicara." bantah Miyoung keras.
"Kau berani membentak ibumu ini? Dimana sopan santunmu?" tanya ibu tiri Miyoung.
"Kau bukan ibuku! Kau adalah penyihir!" kata Miyoung.
"Lepaskan atau tidak?" paksa ibu tiri Miyoung.
"Keributan apa ini? Miyoung sayang, jangan kasar pada ibumu. Ada tamu di rumah." Minseok turun dari tangga dengan diiringi Taeyeon, ibu Jeno dan Taeyong.
"Lihat siapa yang dipeluk dan dirangkulnya, Minseok. Bukan Taeyong. Tapi si Berandal." adu ibu tiri Miyoung.
"Biar saja, kulihat Jeno tidak seperti apa yang kau katakan. Dia kelihatan seperti anak yang baik." Minseok membenarkan jam tangannya.
Taeyeon tersenyum. Anak bungsunya yang selama ini selalu jadi bahan cercaan baru saja mendapat pujian. Jeno yang melihat ibunya tersenyum justru tertunduk. Malu. Baru kali ini ia disanjung.
Jeno memegang erat tangan Miyoung, takut kalau dirinya akan mendapat cercaan lagi. Terutama dari mulut pedas Taeyong yang menatapnya tajam sejak tadi. Baru Taeyong membuka mulutnya, Taeyeon langsung menginterupsi.
"Jangan katakan apapun yang merendahkan nama keluarga. Kau anak tertua."
Taeyong langsung berdecak sebal.
"Ingat soal hubungan kita, Lee Taeyong. Kita selesai!" tegas Miyoung sambil menatap jengah lawan bicaranya.
"Ya, oke. Waktu makan malam sudah hampir tiba. Mari kita ke ruang makan." kata Minseok mempersilakan para tamunya masuk ke ruang makan lebih dulu.
***
Sesi makanan pembuka diisi dengan obrolan-obrolan yang tampak serius antara Jaejoong dan Minseok serta Taeyeon. Ibu tiri Minyoung, Dara Park lebih banya diam. Ketika ingin buka suara, ia lebih sering diinterupsi oleh suaminya sendiri. Hingga akhirnya Dara lebih baik pergi sebentar dengan alasan ke kamar mandi.Dara berada dalam kamar mandi untuk berkirim pesan dengan mantan suaminya, Jaejoong. Entah apa yang mereka rencanakan. Yang pasti itu ada sangkut pautnya dengan kerja sama keluarga Kim dan Perusahaan Lee. Ia kembali setelah dirinya merasa cukup berdiskusi dengan Jaejoong lewat ponselnya.
Diam-diam sebenarnya Jeno mengikuti Dara. Jeno melihat Dara dari pantulan kaca wastafel yang ada di samping kamar mandi. Jeno kembali lebih cepat agar tak dicurigai.
"Jeno sayang, duduklah. Makanan utama akan datang." kata Miyoung dengan nada yang sangat manis.
"Tunggu, jadi kalian saling kenal? Bahkan jadi sepasang kekasih?" tanya Taeyeon antusias.
"Iya, Bu. Baru hari ini kami resmi jadi sepasang kekasih. Beberapa hari setelah dia putus dari Taeyong." Jeno tersenyum licik pada Taeyong.
"Kenapa kalian bisa putus? Miyoung? Tae..." Dara menatap tajam pada Taeyong.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy (Lee Jeno)
Fiksi Penggemar[Finished(+bonchapt)] Urakan tapi cerdas? Apa mungkin? Cerdas tapi bodoh dalam hal cinta? Bisa saja terjadi. Lee Jeno, seorang anak yang rusak karena rumah tangga orang tuanya berantakan. Di sisi lain sebenarnya ia adalah anak yang cerdas dalam bid...