Pagi hari tiba, Jeno belum pergi dari kediaman keluarga Kim karena khawatir akan kondisi Miyoung. Miyoung sendiri justru tidak mengindahkan kondisi perutnya yang mengalami pendarahan dalam. Ia tetap pergi ke sekolah di bawah pengawasan Jeno.
Kedatangan Miyoung yang disertai dengan Jeno di belakangnya membuat sebagian siswa ternganga. Jeno bagaikan bodyguard pribadi Miyoung yang siap melindunginya dari orang yang hendak mengganggu. Di balik tatapan sangarnya setiap melihat seluruh penjuru lorong sekolah, ketika melihat Miyoung yang berjalan dengan sedikit membungkuk dirinya merasa rapuh. Ia ingin sekali memeluk perempuan itu. Akan tetapi, ia akan jadi topik pembicaraan warga sekolah jika melakukannya di depan umum.
Herin melihat kedatangan Miyoung. Ia langsung mendekat karena khawatir. Miyoung masuk ke kelas dengan wajah yang terlihat sangat pucat sebab menahan rasa sakitnya.
"Astaga Miyoung, ada yang melukaimu? Siapa orang itu?" Herin menatap cemas Miyoung. Ketika Herin mendapati Jeno tepat di belakang Miyoung, Herin langsung marah. "Pasti kau yang membuatnya terluka."
Jeno hendak menjawab. Namun, ia seketika terdiam karena tangannya dipegang oleh Miyoung.
"Bukan, aku terluka karena usahaku menolongnya." jawab Miyoung.
"Sebaiknya kau ke rumah sakit sekarang. Olimpiade tinggal menghitung hari." Herin mengingatkan sahabatnya itu akan perlombaan.
"Aku akan persiapkannya. Tenang saja, aku masih kuat." kata Miyoung yakin.
"Cepat duduklah, sebentar lagi Jongin Seonsaengnim akan datang. Kau juga jangan membolos lagi Lee Jeno." Herin memberikan Jeno death glare, mengingat Herin adalah ketua kelas.
"Iya aku akan masuk, beri jalan. Aku harus menuntun pacarku ini." Jeno asal berbicara dan membuat Herin terperangah.
***
Jongin Seonsaengnim masuk ke dalam kelas dan memulai dengan kuis tertulis. Banyak anak yang panik karena guru mereka yang satu itu biasanya hanya mengadakan kuis lisan. Yang lain saling tengok kanan kiri, Jeno dan Miyoung yang duduk bersebelahan hanya diam. Tenang dan fokus dalam mengerjakan. Bahkan guru yang terkenal tak tanggung jika memberi hukuman itu mendekati dua orang itu memastikan kalau ketenangan mereka bukan karena siap dengan contekan atau semacamnya.
"Waktu selesai, kumpulkan semua kertas dengan apa adanya. Jangan ada tambahan tulisan sedikitpun." kata guru Jongin.
Jeno yang duduk tepat di samping guru itu dengan percaya diri mengumpulkan hasil kerjanya. Disusul Miyoung dan beberapa anak lain. Ketika pekerjaan Jeno dilihat sekilas oleh Jongin seonsaengnim, guru itu hanya tersenyum.
"Baiklah, sekarang waktunya kuis lisan untuk poin tambahan. Dimulai dari... Kamu Jeno." Jongin menunjuk Jeno.
"Saya Saem?" Jeno agak terkejut.
"Tentu saja, soalnya adalah sebagai berikut. Dari seratus orang siswa terdapat 45 orang mengikuti ekstrakurikuker olahraga, lima puluh orang ekstrakurikuler seni dan 25 orang ikut keduanya. Peluang siswa yang dipanggil tidak ikut keduanya adalah..."
Hening beberapa saat.
"Tiga persepuluh." Jeno cepat menjawabnya.
"Cara hitungnya? Miyoung, coba tulis." Jongin memberikan spidol pada Miyoung.
Jeno memperhatikan gerak Miyoung. Miyoung berdiri dengan menahan perutnya yang masih terasa nyeri. Ketika berdiri tegak, justru Miyoung seperti tersengat. Ia jatuh bersimpuh karena tak kuat menahan rasa sakitnya.
"Astaga, apa yang terjadi padamu Miyoung?" Jongin panik.
"Bawa saja dia ke rumah sakit sekarang. Luka dalamnya pasti cukup serius." Jeno menopang tubuh Miyoung keluar dari kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy (Lee Jeno)
Fanfiction[Finished(+bonchapt)] Urakan tapi cerdas? Apa mungkin? Cerdas tapi bodoh dalam hal cinta? Bisa saja terjadi. Lee Jeno, seorang anak yang rusak karena rumah tangga orang tuanya berantakan. Di sisi lain sebenarnya ia adalah anak yang cerdas dalam bid...