sebelas

6.1K 482 11
                                    

Bukannya berdiskusi, Jeno, Jaemin, Renjun malah menumpang tidur di kamar kosong yang ada di rumah Miyoung. Miyoung memaklumi mereka karena mungkin terlalu lelah berpikir keras. Miyoung pun mengusir rasa bosannya dengan memasak makan malam dalam porsi besar. Tentu saja untuk dibagi dengan tiga manusia yang mendengkur keras di kamar tidur.

Aroma masakan menyebar ke seluruh penjuru rumah. Melalui celah pintu, aroma itu menembus masuk ke dalam kamar tempat tiga makhluk adam itu tertidur pulas. Jeno yang pertama kali terbangun karena ingat aroma masakan itu adalah masakan yang sama ketika ia ada di rumah ini sebab babak belur. Jeno langsung pergi ke dapur untuk sedikit membantu Miyoung.

"Kita akan bicarakan yang di sekolah tadi saat atau setelah makan. Sini, aku bantu kamu menyiapkannya." ujar Jeno.

"Apa yang akan terjadi? Aku rasa akan menakutkan." Miyoung tertunduk.

"Tidak akan menakutkan jika kita dengan cepat mengatasinya. Kamu tenang saja." kata Jeno.

Makan malam akhirnya dilakukan dengan suasana yang sangat hening. Renjun dan Jaemin masih setia dengan muka bantal mereka saat datang ke meja makan. Wajah mereka langsung segar begitu merasakan makanan buatan Miyoung.

"Aku ada ide, aku akan panggil saudaraku yang baru saja selesai kuliah di Jerman. Dia sangat cerdas, umurnya sama dengan kita, tapi ia sudah lulus pendidikan magister teknologi dan intelejensi. Dia memang bercita-cita jadi mata-mata. Kita bisa pakai dia untuk memata-matai rencana ayah dan ibu tiri kalian berdua." kata Renjun.

Jaemin lagi-lagi terkejut. Ia menyembur air minumnya. Beruntung bukan ke arah makanan. "Ide gila lagi hari ini." katanya.

"Jangan pakai hanya satu mata-mata. Ini ada dua pihak yang terlibat jika kalian ingat." Jeno menyela.

"Bagaimana dengan aku menyewa Donghyuck, si mata-mata penuh taktik. Umur dia juga tak jauh berbeda dari kita. Mereka bisa berbaur dengan kita layaknya teman." usul Miyoung.

"Donghyuck? Maksudmu Haechan alias Fullsun? Si mata-mata muda beridentitas puluhan itu? Yang juga punya album lagu? Boleh juga." Jeno meyetujuinya.

"Mereka harus bertemu dengan kita secepat mungkin. Kau ingat musim gugur memang masih beberapa bulan lagi, tetapi waktu cepat bergulir." kata Jaemin.

Dengan kompak, Renjun dan Miyoung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi dua orang yang dimaksud tadi. Miyoung serta Renjun terkejut karena dua orang itu langsung menyanggupi dan siap bertemu esok.

***
Dua mata-mata muda tiba di kediaman Miyoung bersamaan. Jeno dan kawan-kawan terkejut karena tampilan mata-mata itu masih normal selayaknya anak seumuran mereka. Bahkan Donghyuck, bisa lebih cerewet dari Renjun yang memang banyak bicara. Bukan seperti mata-mata yang kebanyakan memilih diam atau membisu.

"Kalian saling kenal?" Miyoung terkejut ketika Donghyuck akrab dengan anak laki-laki berdarah campuran Jerman-China itu.

"Sebagai jaringan mata-mata tentunya kami saling kenal. Ah iya, perkenalkan namaku Donghyuck. Sebagian besar dari kalian mungkin mengenalku sebagai penyanyi. Tapi itu bukan pekerjaan asliku. Itu hanya samaran, ya meskipun memang aku juga hebat dalam bernyanyi. Dan yang ini Yangyang, dia hacker dan mata-mata berbasis di Jerman." Donghyuck memang terbukti banyak bicara.

"Kebetulan, aku saudara Huang Renjun." timpal Yangyang. "Sebelum kita ke sini, kita sempat mencari informasi mengenai keluarga Kim dan Lee. Kami menemukan data janggal di dalamnya. Ada dua ibu atau dua ayah dalam data keluarga. Bisa jelaskan? Mungkin anggota keluarga?"

Miyoung dan Jeno saling berpandangan. Berdebat siapa yang akan menjelaskan. Namun, akhirnya Jeno yang bersedia menjelaskannya secara rinci. Miyoung terlalu takut untuk melakukannya.

Bad Boy (Lee Jeno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang