tujuh

7.5K 686 1
                                    

Taeyong masih terjebak di ruang bawah tanah rumahnya sendiri. Kakinya masih terantai. Sudah cukup lama ia terjebak di sana. Hampir seharian. Taeyong sudah terkulai lemas di lantai berdebu ruang itu karena kehabisan tenaga. Ia tak lagi sanggup untuk berdiri.

Ada seseorang yang menyelinap masuk ke ruang gelap itu. Menimbulkan suara tembok yang dipukul-pukul. Pada akhirnya ruangan itu menyala terang. Menampilkan sesosok Taeyong yang tergeletak lemas. Orang itu langsung mendekati Taeyong dan membuka jeratan rantai dari kakinya.

"A... Ay...Ayah?" Taeyong menyadari sosok yang menyelamatkannya.

"Siapa yang menjebakmu di sini?" Donghae jelas panik karena Taeyong begitu lemas.

"Jae...joong..." jawab Taeyong sebelum akhirnya pingsan.

Donghae segera keluar dari tempat itu sebelum diketahui siapapun. Dengan membawa Taeyong yang jatuh pingsan tentunya. Donghae keluar dari rumah itu sebelum ada yang memergokinya telah kembali dari perasingan.

***

"Aku akan ke rumah sakit. Menjenguk Miyoung sekaligus belajar dengannya. Ada yang mau ikut? Ujian tinggal menghitung hari jika kalian ingat." Jeno mengambil tasnya sebelum keluar dari markas.

"Hei kau jangan ingin pintar sendiri. TUNGGU KAMI." laki-laki berambut cokelat bermarga Na itu bergegas mengambil sepatunya lalu memakainya.

Jeno hanya melihat kelakuan temannya yang tak ingin ditinggal. Ia keluar dari markas untuk sekadar memanaskan mesin motornya. Ia memandangi rumah yang berada tepat di seberang markasnya ini. Rumah Miyoung. Ingin rasanya Jeno masuk ke sana untuk mencium aroma khas pengharum ruangan yang mirip dengan aroma asap rokok elektriknya.

"Baiklah pangeran, kapan kita akan ke rumah sakit?" tanya Renjun yang menenteng tas yang besar dan penuh.

Jaemin dan Jeno malah tertawa. Mereka tertawa dengan penampilan Renjun yang seperti anak kecil menenteng karung. Tubuhnya yang lebih kecil daripada temannya serta tas besar yang dibawa berhasil membuat Jeno dan Jaemin lebih keras tertawa. Bahkan Jaemin bisa terpingkal-pingkal dan berguling di tanah.

Tentu saja, Renjun terdiam karena tertawaan dua sahabatnya itu.

"Tunggu... Kau hahaha... Mau belajar atau memungut sampah? HAHAHA." Jeno berbicara diselingi tawa.

"Yak! Aku harus membawa bekal buku cukup banyak! Kau tahu kita sudah rajin membolos selama tiga tahun?" Renjun berkilah.

"Jangan membawa buku banyak-banyak. Kau akan membuat kekasihku bertambah sakit saja." Jeno menaiki motornya.

"Lagipula, tak semua materi dari buku yang kau bawa akan keluar di ujian nanti." Jaemin menyusul Jeno dengan motornya sendiri.

"Akan kukembalikan dulu." Renjun masuk lagi ke dalam rumah.

Jeno dan Jaemin berniat jahil dengan meninggalkan Renjun sendirian. Mereka melaju dengan motor masing-masing begitu sosok Renjun menghilang dibalik pintu rumah.

Renjun merasa aneh dan langsung berteriak begitu sadar. Ia merasa sangat geram.

"YAK! KALIAN BERNIAT MENINGGALKANKU?"

***

Doyoung membujuk Miyoung untuk makan. Sedari tadi, Miyoung hanya minum saja tanpa ada asupan makanan yang masuk. Doyoung terus membujuknya agar ia mau makan. Namun, kegiatannya itu terinterupsi dengan kehadiran ayah mereka, Minseok.

"Apa yang terjadi pada Miyoung? Kenapa tidak memberitahu ayah soal ini?" Minseok terlanjur naik darah.

"Miyoung terluka karena Taeyong, ayah. Saat kemarin Taeyong memilih singgah di rumah ketika ayah dan tuan Jaejoong pergi." jawab Doyoung.

Bad Boy (Lee Jeno)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang