PROLOGUE

389 20 0
                                    

Mulut boleh berkata,Tapi hati tidak bisa berbohong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mulut boleh berkata,
Tapi hati tidak bisa berbohong.


|Happy Reading|

"ARISHA! INI BUKU MERPUTNYA SIMPEN DI SEKRE!" gila! baru juga duduk. Aku berjalan ke arah rekanku yang bernama Velicia, lalu mengambil buku berwarna merah putih itu dan kusimpan di dalam lemari sekre; markas organisasi.

"Aris! Itu junior udah nunggu di lapangan!" ucap rekanku yang bernama Keira, aku hanya mengangguk kemudian mengambil topiku lalu berjalan ke arah lapangan.

Sesampainya di lapangan aku melihat kumpulan adik kelas yang aku yakini itu adalah Calon Anggota organisasi yang aku ikuti.

"Mau di PBB in?" tanya seseorang di belakangku, Ezra.

"Hah? Iya." ucapku lalu mengangguk mengiyakan pertanyaannya.

Ezra berjalan ke arah mereka lalu membariskan mereka semua.

Fyi, aku mengikuti sebuah organisasi paskibra, jabatanku hanyalah seorang koordinator kurikulum; yang bertanggung jawab atas penyesuaian materi kepelatihan.

"Aris, lo jelasin perubahan yang akang bilang kemarin aja." ucap Keira sambil menepuk pundakku.

Ya, apa boleh buat aku tidak bisa menolak. Jabatan Keira adalah Koordinator Umum sedangkan aku hanyalah Koordinator Kurikulum. Di dalam organisasi yang masih menjunjung tinggi tingkatan dan kedudukan jabatan itu, semua yang berada di bawah harus menuruti siapapun yang berada di jabatan atas.

Aku berjalan ke arah depan dan berdampingan dengan Ezra. Dia menatapku, seakan-akan bertanya apa yang akan dilakukanku kepada pasukan calon anggota itu.

"Ajarin perubahan," ucapku tanpa ekspresi, sungguh, aku tidak memiliki suasana hati yang bagus hari ini.

"Lencang kanan grak!" Ezra memberi aba-aba.

"Naik tangannya dek!" tegurku lalu mengoreksi beberapa orang yang salah.

"Tegak grak!"

BUKK!

"Gak usah ditepuk tangannya! Gak ada yang nyuruh nepuk!" ucapku lalu melayangkan tatapan tajam pada angkatan bawahku itu.

POV END

✧・゚: *✧・゚:*

"Ezra, ada papa lo nyari," ucap Rey diikuti lelaki paruh baya di belakangnya, Firman; papa Ezra.

Lelaki bertubuh tinggi itu menoleh dan menyambut kedatangan ayahnya.

"Pa." Sapa Ezra seraya bersalaman.

"Arisha mana?" tanya Firman sambil menatap putranya.

"Gak tau," ucap Ezra sambil mengendikan kedua bahunya.

"Kok gak tau?" tanya Firman kebingungan.

"Aris, besok pagi materi harus udah beres." ucap Reyna berjalan berdampingan dengan Arisha.

"Tuh Arisha." ucap Ezra sambil menunjuk Arisha dengan dagunya.

"Santai, nanti malem gue beresin," ucap Arisha dibalas anggukan oleh Reyna.

"Eh, papa!" Arisha menghampiri Firman lalu bersalaman dengannya. Firman mengacak rambut Arisha.

"Pulang jam berapa?" tanya Firman.

"Bentar lagi." ucap Ezra yang berdiri di belakang Arisha, memperhatikan gadis itu dengan tatapan mengintimidasi khasnya.

"Aris! Lo bisa pulang sore kan? Soalnya Koordinator divisi harus rapat" ucap Helina selaku Koordinator Sekretaris.

"Ih anjir, gue pengen pulang!" ujar Arisha sambil mengerucutkan bibirnya.

"Jadi gimana?" tanya Firman.

"Pa, aku pulang sore kayaknya." ucap Arisha sambil menatap Firman.

"Ya udah, Ezra temenin sampe pulang ya, Nak. Papa pulang duluan." ucap Firman sambil menatap putranya. Sedangkan yang ditatap hanya mengangguk samar.

Firman pergi meninggalkan mereka menuju gerbang untuk segera keluar dari kawasan SMA Neo.

"Kamu mau kemana sekarang?" tanya Ezra kepada Arisha.

Gadis cantik itu terlihat berpikir sejenak lalu menggeleng samar, "gak tau."

"Udah makan?" tanya lelaki itu.

Arisha hanya menggeleng lalu duduk di depan pintu sekre. Tubuhnya remuk, suasana hatinya pun tidak baik-baik saja, entahlah hari ini ia merasa sangat lelah.

"Kok belum sih. Mau makan apa?" tanya Ezra sambil menatap gadis itu.

"Nggak laper." ucap Arisha sambil mengerucutkan bibirnya.

"Jangan gitu. Gemesin." ucap Ezra lalu tertawa geli.

"Apasih!"

"Ris, tolong revisi in, gue udah revisi setengahnya," ucap Hira rekan divisi Arisha sambil memberikan laptop berwarna hitam. Kemudian ia melenggang pergi.

"Gue yang ngetik, gue yang revisi!" gerutu Arisha sambil menatap jengah laptop di hadapannya.

"Sini sama aku aja," ucap Ezra. Kedua tangan lelaki itu tergerak untuk mengambil alih laptop dari pangkuan Arisha.

"Kamu gak ada kerjaan?" tanya Arisha pada Ezra dan hanya dibalas gelengan.

"Logistik kan babu." ucap Ezra. 

Lelaki tampan itu menyisir rambutnya ke belakang dengan tangan. Menunjukan keringat yang mengalir pada dahi.

"Kamu kan Ketua Angkatan juga, Zra." ucap Arisha yang merasa tidak terima dengan ucapan lelaki itu.

"Kaang kan babu juga." ucap Ezra seraya tersenyum pada gadis di sebelahnya.

Arisha menghela nafasnya, memilih diam dan memperhatikan lelaki yang sedang mengerjakan pekerjaannya.

"Kegiatan minggu ini Evaluasi Calon Anggota?" tanya Ezra tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop.

"Iya. Aku shift PBB lagi." ucap Arisha sambil menatap layar laptop dengan jengah. 

Jujur saja ia ingin pulang karena merasa tubuhnya terlampau lelah.

"Kamu ini kenapa sih? Badmood? Atau lagi PMS? Perasaan ini bukan jadwal kamu. Bawaannya kok marah terus, gak biasanya loh." ucap Ezra. Ia meletakkan laptop lalu berjongkok di hadapan Arisha. Ia menatap gadis itu dengan tatapan lembut.

"Zra, aku cape. Semua pekerjaan dibebanin ke aku, kapan sih angkatan kita bisa solid. Yang kerja itu itu aja, gimana organisasi mau maju?" keluh Arisha sambil menatap Ezra dengan mata sayunya.

"Heh berduaan mulu! Ris, nanti lu jadi ketua pelaksana ya, terus ini tolong print in. MAKASIH SAYANG!" Ucap Melisa, ia menyerahkan flashdisk putih lalu kembali meninggalkan Arisha dan Ezra.

Ezra hanya menatap flashdisk itu, kemudian ia melenggang pergi ke arah lapangan. 

Menurutnya ini sudah terlalu kelewatan, memperhatikan kondisi organisasi akhir-akhir ini membuat Ezra merasa beberapa orang terlalu over dalam meng-handle tupoksi, salah satunya Arisha.

"Dipikir gue babu apa anjing?" Arisha mengambil laptop itu lalu melanjutkan pekerjaan Ezra sambil duduk di ujung ruangan.

---TBC---

Jangan lupa vote dan komen!
Yuk belajar menghargai authornya :)

Can't Be Together (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang