3. Mata Teduh

17K 1.5K 17
                                    

Temukan pasangan baru untuk melupakan luka lama, walau tak benar - benar menyembuhkan, setidaknya mampu membuatmu tetap hidup.
________________________

Empat bulan lalu...
♪♫
Dengarkanlah. wanita pujaanku
Malam ini akan, ku sampaikan
Hasrat suci, kepadamu dewiku
Dengarkanlah, kesungguhan ini
Aku ingin, mempersuntingmu

Tuk yang pertama, dan terakhir
Jangan kau tolak, dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang, tuk meminta
Satu keyakinanku, hatiku ini
Akulah yang terbaik, untukmu
♪♫

Janji suci milik Yovie and Nuno, mengalun menemani perjalanan kami menuju kantor. Pagi-pagi sekali pak Sayhan sudah menunggu di depan kontrakan.

Pak Sayhan dan aku bekerja di salah satu anak perusahaan Salim Grup, yang bergerak di bidang jaringan ritel waralaba yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari. Gelar pendidikan Diploma IV Jurusan Marketing, yang aku peroleh dari salah satu perguruan tinggi kota Samarinda hanya membawaku menduduki posisi sebagai kepala toko, berbeda dengan pak Sayhan yang memiliki jabatan sebagai Manager Location di perusahaan itu.

Awalnya aku dan pak Sayhan adalah dua orang yang tidak saling mengenal, pertemuan pertama kami terjadi saat ia mengunjungi tokoku dan untuk memudahkan komunikasi kami saling bertukar nomor telepon. Sampai suatu hari aku menerima satu pesan whatsapp darinya.

[Assalamualaikum, temani aku makan!
Malam ini. Jangan menolak, itu melukai perasaanku]

Aku mengamati deretan huruf yang terpampang di layar telepon tanpa berniat membalas.

[Subhanallah, gk ngerespon :(
Yuhuuuuuuuu...]

Pesan masuk untuk yang ke dua kalinya. Rasanya kurang sopan jika pesan kali ini aku acuhkan.

[Apa ada yang penting, yang ingin dibicarakan, Pak? Saya sedikit kurang sehat.]

Tak ada balasan.

***

Setengah jam setelah menerima pesan dari pak Sayhan, aku dikejutkan oleh ketukan pintu, melirik jam dinding di atas pintu utama, bertanya-tanya siapa yang bertamu semalam ini.

Begitu pintu terbuka, betapa terkejutnya, pak Sayhan berdiri di depanku dengan memamerkan senyum lima jari, dia tidak sendiri. Ada Ditha dan Nika bersamanya.

"Mba Aling beneran sakit?" tanya Ditha kasir tokoku memasuki rumah tanpa menunggu persetujuan.

"Iya Dit, tadi waktu pulang, Mba kehujanan di jalan."

"Mobil, Mba kemana?"giliran Niko bertanya.

"Ada, cuma tadi emang lagi pengen naik motor aja." Aku menggeser tubuh memberi jalan masuk Niko yang diikuti pak Sayhan.

"Oooh," guman Niko

"Mba, Ditha kedapur, buat minum. Mba di sini aja temani Pak Sayhan. Ayo Nik, bantuin." Kemudian mereka menghilang di balik pintu penghubung ruang tamu dan dapur.

Merasa hanya tinggal kami berdua, pak Sayhan berdehem untuk memecah kecanggungan.

"Jadi...?"

"Maksudnya?" Aku bingung.

"Apanya yang sakit?" tanyanya tepat di manikku.

"Nggak ada yang sakit, Pak. Hanya demam biasa." Aku tersenyum.

"Kau terlihat pucat. Sudah minum obat?"

"Belum. Dibawa tidur nanti juga bakal enakan kok, Pak." Bingung, itu sebenarnya yang kurasakan. Lima tahun bekerja di bawah naungan Salim Grup, ini kali pertama aku mendapat kunjungan dari atasan. "Bapak tidak perlu khawatir, sakit saya tidak akan mempengaruhi produktivitas toko." Aku merasa perlu menegaskan hal tersebut.

ANYELIR KUNINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang