Kupelihara lukaku, agar aku tetap waras.
Bahwa....
Pernah mencintai kamu
Seberdarah ini.
_______________________Drttttt...drttttt...drttttt....
Aku tersentak kala suara getaran dan nada dering HP yang sangat familar merambat di telinga.
Karena masih mengingat di mana semalam menaruhnya, tanganku dengan sigap terjulur menarik benda persegi panjang produksi negeri gingseng itu.
Hal pertama yang kutemui setelah menatap layar lima inci tersebut adalah gambarku bersama mas Sayhan ketika acara Family Gathering tahun lalu diadakan oleh perusahaan kami.
Pada permukaan layar berlapis tempered glass itu, telihat gambar mukaku yang tengah memejam mata dengan senyum lebar nan centil memamerkan gigi. Tak lupa menempelkan dua jari membentuk peace di pipi kiri. Sekitar lima meter di belakang mas Sayhan muncul memposisikan diri seolah sedang mencium pipi kananku.
Setahuku waktu itu, aku foto seorang diri, sehingga ketika kemudian mataku terbuka dan mendapati tangkapan camera, seketika aku mendelik kesal pada pria yang tebahak-bahak berlari menjauh.
Namun, alih-alih menghapusnya, aku justru menjadikannya wallpaper. Berita baiknya, mas Sayhan pun tak sungkan untuk menjadikan profil WA.
Hal kecil seperti inilah yang akhirnya membuat beku di hati pelan-pelan bisa menerima kehadirannya. Aku seperti dianggap dan diakui setelah sekian lama terkurung dalam cangkang kesendirian.
Hanya melihat gambar kami, dan tahu-tahu pipiku sudah menghangat karena efeknya. Aku merindukan pria itu, sungguh.
Saat mengedarkan pandangan, lalu menemukan suasana kamar berbeda dengan yang aku tempati beberpa hari belakangan ini. Aku seperti disiram bertandon-tandon air dingin. Mataku terbelalak dan refleks memeriksa seluruh tubuh. Tak puas dengan hasilnya, netraku kembali memindai keberadaan pria yang paling ingin kusingkirkan dari muka bumi.
Dalam temaram cahaya lampu, kudapati sosoknya sedang meringkuk beralaskan tilam kecil tepat di bawah ranjang. Spontan bibirku berdecak kala melihat ia masih menggunakan baju kemarin. Dasar, jorok!
Baiklah, aku masih berbaju. Dia juga sama. Aku di atas dan dia di bawah. Kami tidur di tempat berbeda, meski dalam ruangan yang sama. Maka, kusimpulkan semalam tak terjadi apapun. Kutarik napas lega juga ngeri, mimpi semalam terasa nyata.
"Auuuh..." Aku membanting tubuh bersembunyi di balik selimut kala pekik kesakitan Yusuf pecah di telinga.
Sambil mengintip dari dalam selimut, aku menahan napas tatkala sosoknya sempoyongan terduduk menatapku.
Sial, sewaktu terangun tadi daerah di bawah perutku sedikit nyeri. Kemungkinan tamu bulananku sebentar lagi akan datang. Karena nyeri itulah, aku terhuyung dan menginjak jari Yusuf.
"Jangan sembunyi. Aku mengenali kaki besarmu."
Kubuka selimut dengan kasar hingga dada, lalu memiringkan kepala menatap nyalang padanya.
"Apa? Minta morning kiss?" Tantangnya.
"Jangan kurang ajar!"
"Dulu kamu suka."
Aku mendengus tak ingin meladeninya. Masih terlalu pagi dan mood-ku akan buruk seharian jika terlanjur tersulut. Hari ini pernikahan keponakan mamak, aku tak ingin sepanjang hari memasang tampang masam di acara sakral tersebut.
"Kamu ingin salat?" Yusuf bertanya sewaktu melihatku membuka koper dan mengeluarkan mukenah.
"Hem." Kujawab sambil mengeluarkan sikat gigi dan pasta gigi yang katanya memiliki kandungan Mikro Kalsium aktif dan fluoride yang membantu agar gigi lebih kuat dan nafas lebih segar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANYELIR KUNING
RomanceANYELIR KUNING (TAMAT) "Mari kita bahagia, bahagia dengan tidak bersama. Aku membencimu sampai-sampai setiap sendi dalam tubuhku seakan terbakar ketika melihatmu," kataku. "Jangan lupa! Dalam tubuh seseorang... Mengalir darah kita berdua, darahku da...