[37]

875 125 10
                                    

🥀

Apa yang bisa Mark lakukan sekarang? Selain hanya bisa berdiri membatu dengan detakan jarum jam yang menjadi teman.

Apa yang bisa Mark lakukan dengan pintu kayu yang tingginya menjulang tersebut? Selain hanya berani memegangi gagangnya dengan terus mengeluarkan helaan nafas.

Apa yang bisa mereka berdua lakukan? Selain hanya bisa gemas sendiri dengan kecanggungan pria Kanada di depan mereka saat ini.

Seberapa banyak Mark membuang nafas pagi ini? Entahlah, yang jelas Jaehyun tampaknya jauh lebih banyak mengeluarkan udara dari rongga hidungnya.

"Sumpah demi apapun kalau Arin ngeliat Lo kayak gini. Auto dikubur Lo Mark " akhirnya Jaehyun berujar.

Sowon memukul pelan lengan Jaehyun. Merasa kesal juga karena anak lelakinya satu ini tak bisa menjaga mulut.

Mark kembali membuang nafas kala ucapan Jaehyun menyapanya. Melepaskan tangannya dari gagang. Lalu berbalik "gue takut bang"

"Ala--"

"Ga perlu takut sayang. Percaya sama Tante Arin itu ga pernah marah sama kamu. Kemaren dia hanya terlalu tertekan Mark" potong Sowon cepat.

"Tapi tan-"

"Ga ada kata tapi buat orang yang kita sayang Mark"

Mark menganggukan mantap setelah mendengar penuturan Sowon. Baiklah. Ayo Mark lee mantapkan hati dan jaga emosi ketika melihat wajah itu nanti.

Helaan nafas untuk sepersekian kalinya menjadi teman kala Mark melangkah memasuki kamar utama.

Setelah sempurna memasuki raganya. Dengan pelan Mark menutup pintu kayu itu lagi, meninggalkan sowon dan Jaehyun di luar sana.

Mark berbalik.

Keadaan kamar yang tenang, menjadi penyambutnya. Keadaan gadis yang masih terlihat bersembunyi di dalam selimut tebal, menjadi pengunci pandangnya.

Dengan langkah lebar, Mark mendekat ke arah gadis kesayangan.
Hembusan nafas dia keluarkan ketika melihat wajah cantik itu yang masih berkeliaran di alam mimpi.

Mark dudukkan raganya di sisi ranjang. Memberanikan diri mengelus sayang surai coklat tua tersebut.

"Maafin gue Rin. Maaf karena selalu gagal buat jaga elo" tangan itu turun untuk mengelus pipi Arin.

"Lo bener! Di sini gue yang salah. Gue yang salah karena ga bi---"

Arin menepis pelan tangan Mark yang berada di pipinya. Tanpa mau membuka mata, si gadis kuncir kuda berbalik untuk memunggungi si namja Kanada.
Anggap saja itu sebagai penolakan akan kehadiran Mark disana.

Mark kembali membuang nafas. Mengepalkan tangan yang tadi di tepis oleh Arin. Ada rasa kesal bercampur kan kecewa di dalam kepalan itu.

"Rin, to--"

"Aku mau istirahat. Pergilah" potong Arin tanpa mau berbalik.

Mark tersenyum hambar sejenak. "Gue ga bakal pergi. Ga bakal--" Mark elus sekejap surai itu dari arah belakang.

"--mulai hari ini gue ga bakal pergi kemana-mana lagi. Gue bakal jadi Mark kelas 2SMP lagi. Yang dimana ada Arin di situ Mark juga ada" lanjutnya mantap.

Tak ada respon dari Arin. Selain hanya bisa menarik selimutnya agar dirinya bisa lebih leluasa bersembunyi.

"Aku ga butuh kamu lagi. Sama sekali ga but-"

 Sama sekali ga but-"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cerita klasik | Mark•Arin✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang