SATU

2.4K 85 0
                                    

“Malam ini kita kerumah Chika untuk membicarakan perjodohan kalian.” Ujar pria paruh baya yang duduk dengan kaki kanan bertumpu kari kirinya.

“Apa! Perjodohan. Apa maksut papa?”

“Kamu akan papa jodohkan sama anak teman papa” Jawab sang ayah terlihat lebih santai.

“Nggak. Aku nggak mau dijodoh-jodohin.” Tolak sang anak tidak menyetujui permintaan ayahnya.

“Kalau kamu nggak mau, perusahaan kita akan dilanda kebangkrutan. Dan jalan satu-satunya kamu harus menikah dengan Chika, Gilang.” Jelas Prasetyo sang ayah, kini mulai terlihat cemas memikirkan nasib perusahaan nya.

Gilang menghela nafas. “Tapi, pa Gilang masih muda, umur Gilang baru 17 tahun. Sma aja belum kelar, gimana Gilang mau nafkahi anak istri Gilang nanti.” Tolak Gilang, mengeluarkan alasan paling berbobot.

“Selama kamu masih sekolah, urusan keluarga kalian masih ditanggung papa ataupun ortu Chika. Tapi kalau kamu udah lulus, semua udah kamu tanggung sendiri.” Balas Prasetyo tak mau kalah.

“Pokoknya Gilang tetap nggak mau, titik.”  Keukeuh Gilang tetap pada pendirian nya.

“Kalau kamu nggak mau, siap-siap aja kita jadi gelandangan.” Ancam Prasetyo mulai pasrah berdebat dengan anaknya yang keras kepala, semua keinginannya tidak dapat diganggu dugat oleh apapun, begitupun dengan dirinya sendiri.

Gilang terkejut bukan main mendengar lontaran ayahnya bahwa dirinya akan menjadi gelandangan, tidur dibawah jembatan, makan tidak teratur, panas dingin semua dapat ia rasakan. Membayangkan itu saja membuat Gilang mau tak mau harus mensetujui apa yang ayahnya mau.

Kata-kata itu selalu mengahantui pikiran nya. Gilang bingung, bimbang harus bagaimana sekarang. Disatu sisi ia tidak mau menjadi gelandangan dan disisi lain ia tidak mau menikahi perempuan yang tidak dicintainya sama sekali, bahkan Gilang tidak tau bagaimana wajah Chika calon istrinya.

Gilang terus memikirkan kembali jawabannya sebelum semua terlambat. Mana mungkin ia harus menikah diusinya yang tergolong masih muda. Lagian saat ini Gilang juga memiliki kekasih yang sangat ia cintai. Itu yang membuat Gilang bingungkan saat ini. Gilang tidak mau kehilangan perempuan yang sudah ia dapatkan dengan susah payah, bayak pengorbanan ia perjuangkan untuk mendapatkan gadis incaran nya, sangat tidak memungkinkankan Gilang melepaskan perempuannya dengan semudah itu.

"Sayang, kok kamu bengong terus sih. Ada masalah apa?" Tanya perempuan cantik yang kini sedang bergelayut manja dibahu kekasihnya bernama Gilang.

Gilang tersadar dari lamunan nya. "Hah, nggak papa kok sayang, cuma masalah kecil." Jawabnya tersenyum menatap sendu mata kekasihnya bernama Nataline.

"Tapi, kok kamu cuekin aku terus dari tadi." Timpal Nataline merasa ada sesuatu yang Gilang sembunyikan darinya. Biasanya jika ada masalah sekecil dan sebesar apapun, Gilang akan bercerita tanpa harus Nataline menyuruh lebih dulu.

Gilang mengulurkan tangan mengusap rambut Nataline."Iya, maaf sayang. Aku nggak bermaksud cuekin kamu tapi aku butuh waktu berfikir." Ucap Gilang tanpa disadarinya menimbulkan rasa penasaran pada diri Nataline.

Nataline mengerutkan dahi bingung. "Berfikikir untuk?" Tanya Nataline mulai berfikiran yang tidak-tidak menyangkut ucapan Gilang.

Gilang berusaha tersenyum agar Nataline tidak mencurigainya. "Enggak, cuma ada masalah dikit sama papa." Waks, Dikit Gilang bilang!

Nataline menatap kedua mata Gilang, terlihat sangat sulit menentukan benar atau salah dari ucapan Gilang barusan. "Yaudah." Ucap Nataline acuh, ia kembali melahap bakso yang dibelinya.

Gilang menghembuskan nafas lega, untung sekali Nataline tidak terlalu mencurigainya dan tidak bertanya banyak padanya.

****

Untuk pertama dikit aja dulu lah ya.

Kalo mau dilanjut, silahkan kasih vote dan coment.

GILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang