TIGA BELAS

1.1K 71 4
                                    

Hari sudah malam, usai mengerjakan sholat maghrib Chika bergegas menuju dapur untuk menjalankan rutinitasnya memasak. Sempat berbelanja bahan dapur, kulkas tampak penuh berisi sayur-sayuran serta buah-buahan.

Kali ini, Chika ingin memasak tumis kangkung serta ayam saus tiram. Sudah lama, Chika tidak memakan ayam saus tiram. Mengingat ayam saus tiram merupakan salah satu makanan kesukaannya.

Seharian ini, Chika tidak mengistirahatkan tubuhnya. Merawat Gilang, membereskan kamar, menyapu, ngepel, Chika kerjakan semua dalam seharian ini. Tidak ada pembantu, Chika menggunakan tenaganya sendiri untuk membereskan rumah.

Melihat rumah yang kotor, berdebu sangatlah situasi yang paling Chika benci. Chika mencintai kebersihan dan juga kerapian. Jaket Gilang yang suka diletakkan sembarangan oleh pemiliknya, kadang membuat Chika jengkel sendiri.

“Masak apa, lo?” Teguran Gilang membuat Chika yang sedang memasak menjadi kaget.

Chika tersenyum lebar ke arah Gilang yang duduk dikursi makan. “Masak tumis kangkung sama ayam saus tiram, Gilang nggak suka ya?” Jawab sekaligus tanya, Chika.

“Suka. Gue cuma nggak suka nasi goreng sama makanan yang banyak sayurannya.” Tanpa disadari, Gilang telah memberi tahu Chika mengenai makanan yang tidak cowok itu sukai.

Chika mengernyit mendengar makanan yang banyak sayurannya, ia tidak mengerti maksud dari kalimat itu. “Makanan yang banyak sayuran? Maksudnya?”

Gilang berdecak. “Kayak sup sama capcai.”

Chika manggut-manggut mengerti. Jadi makanan yang dimaksud Gilang adalah seperti makanan yang banyak mencampur jenis-jenis sayuran.

“Gilang udah lapar, ya?” Chika bertanya, guna memancing obrolan bersama Gilang. Jarang-jarang, Chika bisa mengobrol bersama seperti ini.

“Menurut lo? Bakso aja nggak bakalan bikit perut gue kenyang sampai besok.” Menu makan siang tadi, Chika tidak membuatnya sendiri. Tetapi, sesuai permintaan Gilang, Chika membeli dua bungkus bakso untuk dijadikan menu makan siang.

Meskipun jawaban Gilang sedikit ketus, Chika tidak mempermasalahkannya. Gilang menjawab pertanyaan-nya pun, Chika sudah sangat beruntung.

“Tunggu dulu ya, Gilang.” Ujar Chika mencuci sayuran sebelum dimasak.

Gilang berdehem, cowok itu melipat tangan diatas meja lalu meletakkan kepala diatas lipatan tangan itu. Menunggu Chika memasak, Gilang menggunakan waktu itu untuk menutup matanya sebentar.

Tidak membutuhkan waktu lama, masakan yang diolah Chika akhirnya selesai juga. Cewek berambut kepang itu menyajikan hasil masakannya diatas meja makan.

“Gilang.” Chika menepuk-nepuk pelan lengan Gilang guna membangunkan cowok itu. “Gilang bangun! Makanannya udah mateng loh.” Ujarnya.

Gilang melenguh kecil, merenggangkan kedua tangannya. Pandangan Gilang, menangkap tumis kangkung serta ayam saus tiram yang membuat perutnya semakin lapar.

“Gilang mau makan sekarang?” Tanya Chika, diangguki Gilang. Chika dengan cekatan mengambilkan nasi ke atas piring Gilang. “Cukup? Atau mau tambah lagi?”

“Dikit lagi.” Kata Gilang, membuat Chika menambahkan setengah centong nasi keatas piringnya.

“Lagi?” Tanya Chika dibalas gelengan dari Gilang. Setelah mengambilkan nasi, Chika mengambilkan sepotong ayam berukuran cukup besar dan tumis kangkung kedalam piring Gilang. “Habisin ya, Gilang! Setelah makan jangan lupa minum obat, biar cepat pulih.”

Gilang berdehem, meraih sendok dan mulai menyendok makanannya. Sedangkan Chika, cewek itu tidak ikut bergabung bersama Gilang. Cewek berambut kepang itu memilih kembali kedapur—membersihkan tempat itu sambil menunggu Gilang selesai makan. Karena setelah itu, giliran Chika yang menyantap makan malamnya.

GILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang