DUA PULUH EMPAT

857 61 4
                                    

“Cewek dirumah lo malam-malam itu siapa?” Tanya Farres diakhiri ringisan, waspada Gilang akan marah.

Gilang sempat terkejut. Bagaimana bisa Farres dan Nico mengetauhi keberadaan Chika dirumahnya. Alasan apa yang harus Gilang berikan kepada kedua sahabatnya.

Apakah Gilang harus jujur jika Chika adalah istrinya. Dan satu fakta jika Gilang sudah menikah dengan cewek cupu di SMA ANUERTA.

Atau

Gilang harus memberi alasan lain untuk menutupi sebuah kenyataan perempuan yang temannya maksud itu adalah istri Gilang.

“Dia siapa, lang?” Tanya Nico menyadarkan Gilang dari lamunannya.

“Dia Chika.” Balas Gilang dibuat sesantai mungkin, ia tidak mungkin menunjukkan wajah tegangnya.

Nico menautkan kedua alisnya. “Chika? Dia anak kelas MIPA satu bukan, sih?” Tanyanya penasaran.

“Yang sukanya dipanggil cupu, bukan?” Sahut Farres menimbrung. “Tapi kata gue dia cakep juga, kok. Cupu dari mananya.”

“Kan dia suka kepang rambut, makanya dipanggil cupu.” Timpal Nico membuat Farres manggut-manggut kepala mengerti. “Padahal dikepang atau enggaknya, menurut gue dia cakep kok.”

Farres melempari bulpoin kearah Nico. “Cakep, lah. Elo mah, semua wanita lo bilang cakep.” Ejeknya.

“Kata siapa?” Ujar Nico nyolot. “Orang gila cewek kagak gue bilang cakep.”

“Ya, mana mungkin lo bilang cakep. Penampilang nya aja kaya gitu. Coba dia mandi, dandan pasti lo bilang dia cakep juga.” Tutur Farres ikut nyolot.

“Bego ya, lo.” Umpat Nico. “Kalo dia bisa dandan, itu namanya bukan orang gila.”

“Sok tau lo! Coba lo inget-inget, orang gila yang suka lewat depan rumah lo itu. Dia gila apa sehat?” Ujar Farres yang tak mau kalah.

Nico menggaruk tengkuknya tak gatal. Cowok itu ingat, orang gila yang suka lewat depan rumahnya sore hari. Dia suka pakai make up hasil curian, dengar-dengar dari mamanya. Katanya orang itu gila karena tidak bisa meraih impiannya sebagai model. Daftar sana-sini dan tidak menerima hasil memuaskan, membuat orang itu frustrasi dan seperti inilah akhirnya. Gila.

“Yeee, kalau itu mah beda.” Kata Nico.

Farres mencibir. “Beda apanya, sama-sama gila juga.”

Gilang menghela nafas kasar. Ia tidak heran menyaksikan perdebatan kedua temannya. Yang membuat dirinya menghela nafas ialah kedua temannya itu tidak menanyakan lebih lanjut mengenai Chika. Karena topik orang gila, mereka sampai melupakan tentang Chika. Mungkin takdir sedang berpihak kepadanya.

“Coba ntar sore lo main kerumah gue, gue jamin deh si Lessy lewat depan rumah.” Ujar Nico membenarkan duduknya, mencari posisi yang nyaman. “Biasanya kalau temen abang gue main, si Lessy pasti pada digodain tuh sama mereka.”

“Kalau belum dimarahi nyokap gue, mana pada berhenti godain Lessy.” Imbuh Nico.

Farres menyenggol Gilang dengan sikunya. “Mau cobain nggak, lang?” Tawarnya terkekeh geli.

GILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang