DUA

2K 92 2
                                    

Malam-malam paling ditunggu-tunggu tiba, Gilang dengan tuxedo hitam terlihat sangat tampan. Mau tidak mau Gilang menuruti permintaan kedua orangtua nya. Ia harus mengiklaskan masa lajang diusia 17 tahun. Masih sangat muda bukan?

Setelah kurang lebih 30 menit, keluarga Prasetyo menempuh perjalanan menuju rumah keluarga Hermawan. Akhirnya mereka sampai juga dihalaman rumah yang sangat megah dan luas. Kedatangan mereka disambut pemilik rumah yaitu Hermawan dan istri nya, mereka menyambut dengan hangat kedatangan Prasetyo beserta anak, istri nya.

"Selamat datang, pras. Cukup jauh ya perjalanan kemari." Sambut Hermawan, berjabat tangan dengan teman bisnis nya.

"Yah.. Begitulah, tapi tidak masalah bagi kami." Jawab Prasetyo membalas jabatan tangan Hermawan diiringi senyuman terbentuk dikedua sudut bibirnya.

"Iya, iya, iya. Aku tau kalian capek, jadi mari kita masuk saja." Ujar Hermawan mempersilahkan Prasetyo dan keluarga nya memasuki rumah miliknya seperti istana.

Prasetyo mengikuti langkah Herdian dibelakang nya. Ia dan keluarga dipersilahkan duduk dimeja makan yang sudah tersedia beberapa menu berbeda, yang pasti makanan itu tergolong elit.

"Silahkan, dimakan hidangan nya. Saya akan memanggil anak saya Chika." Aini-istri Hermawan meninggalkan mereka untuk memanggil putri tunggalnya dikamar lantai atas.

Tok! Tok! Tok!

"Chika sayang, dandannya udah selesai belum nak? Tamunya udah datang loh." Aini mengetuk pelan pintu kamar anaknya.

Ceklek!

Suara pintu terbuka dari dalam kamar, keluarlah seorang gadis bertubuh ramping tidak terlalu tinggi, menggenakan dress warna biru selutut, heils dengan warna senada dan rambut hitam pekat yang dibiarkan tergerai membuatnya berubah dengan Chika disekolah.

Aini melihat penampilan anaknya dari ujung kepala sampai ujung kaki tanpa ada yang terlewatkan sejengkalpun. "Masyaallah anak mama cantik sekali." Pujinya belum lepas melihat penampilan berbeda dari anaknya.

Chika merupakan tipe perempuan tidak mau ribet. Pergi kesekolah tidak pernah memakai make up seperti anak-anak lainnya. Ramburnya selalu ia kepang satu dan tidak pernah menggerainya. Chika tidak peduli orang lain mengatai apa tentang penampilan nya dan Chika juga tidak peduli dipanggil dengan sebutan cupu.

Chika tersipu malu mendapat pujian dari mama nya. "Kan mamanya cantik, jadi anaknya cantik karena mama." Kata Chika tersenyum manis kepada ibunya. Tidak pernah ia membayangkan mendapat ibu sebaik Aini, ibu yang selalu menyanyanginya, mencurahkan seluruh kasih sayangnya pada Chika seorang.

Aini bahagia memiliki anak seperti Chika yang selalu menuruti segala perintahnya, dan Chika juga tidak pernah sedikitpun mengecewakan nya. Aini tidak menyangka jika anaknya kini sudah tumbuh dewasa, mengerti mana yang baik dan buruk untuknya. Awalnya berat menyetujui permintaan suaminya untuk menjodohkan Chika dengan Gilang. Tapi mau bagaimana lagi, suaminya itu susah dibantah dan sebagai seorang istri, Aini hanya bisa mengikuti perintah dan kemauan suami.

"Sekarang, anak mama udah cantik. Jadi kita langsung saja turun temui calon suami kamu." Tutur Aini menggandeng lengan Chika.

"Mah, tapi Chika takut." Chika memegang tangan ibunya berada dilengan nya.

Aini menghela nafas, dilihat dari segi umur Chika memang belum matang untuk berumah tangga. Tapi karena sifat Keras suaminya tidak bisa dibantah sama sekali membuat Chika dapat mengiyakan semua.

"Kenapa takut? Ada mama disamping kamu, mama nggak akan ninggalin kamu sama sekali sayang." Ujar Aini memberikan semangat pada putri semata wayang nya.

GILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang