ENAM BELAS

1.2K 70 2
                                    

Pagi telah menyapa para penghuni bumi. Di hari libur sekolah, banyak orang mengambil kesempatan untuk bangun lebih siang. Lima hari selalu bangun pagi-pagi buta, dihari sabtu para remaja memilih bangun siang.

Tetapi tidak semua remaja melakukan hal itu, banyak dari mereka menggunakan waktu liburnya—joging mengelilingi sekitar komplek. Contohnya ialah Gilang, tumben-tumbenan sekali cowok itu bangun sedikit pagi—meluangkan waktunya berlari-lari pagi.

Banyak orang menggunakan celana trening atau celana kolor disaat sedang berolah raga. Namun berbeda dengan Gilang, cowok itu tetap setia dengan celana pendek selutut berbahan jins dengan atasan kaos bewarna hitam.

Faktor hujan yang mengguyur semalaman, membuat tumbuh-tumbuhan serta udara pagi hari tampak begitu segar. Embun-embun tipis menambah kesejukan suasana pagi hari.

Gilang membuka pintu utama, cowok itu tidak lupa menyampirkan handuk kecil dilehernya. Dan yang paling penting ialah airpods, benda itu tidak boleh tertinggal jika Gilang sedang lari pagi.

Indra penglihatan Gilang, tak sengaja melihat Chika—tertidur bersandar tembok sambil memeluk sebuah boneka. Gilang pun masih bisa melihat tubuh Chika yang menggigil kedinginan, bibir perempuan itu juga terlihat sangat pucat.

“Gilang.” Chika berujar lemah, saat melihat Gilang baru saja keluar dari dalam rumah.

Gilang tak menggubris panggilan Chika, cowok itu malah membuang muka—tidak mau menatap wajah Chika. “Masuk kedalam!” Perintahnya, melangkah pergi meninggalkan Chika.

Dengan gerakan lemas, Chika berusaha bangun dari tempatnya duduk. Kepala berdenyut-denyut, membuat pandangannya mengabur. Tak hanya kepala, Chika juga merasakan tubuhnya kedinginan.

Menggunakan tenaga yang masih dimilikinya, Chika berjalan pelan-pelan menuju dalam rumah. Apapun yang dapat diraih tangannya, Chika memanfaatkan itu sebagai pegangan—agar tidak jatuh.

Sebelum menuju kamar, Chika singgah sebentar didapur guna mengambil air kompresan dan juga membuat teh hangat untuk menghangatkan tubuhnya sendiri.

Sudah selesai, Chika melanjutkan langkahnya menuju kamar. Merasa kepalanya sangat pusing, Chika berhenti sejenak ditengah-tengah tangga. Setelah lebih baikan, Chika melanjutkan jalannya hingga sampai di kamar.

Tidak bersih-bersih dahulu, Chika duduk diatas ranjang—meminum sedikit teh hangatnya lalu mengambil kompresan dan kemudian diletakkan dikeningnya dengan posisi tiduran. Masih kedinginan, Chika pun menarik selimut—membungkus tubuh kecilnya.

*****

Kurang lebih satu jam berlari-lari kecil, Gilang mengistirahatkan tubuhnya disalah satu bangku taman—komplek rumahnya. Mungkin karena hari ini hari libur, banyak orang berkunjung memenuhi taman komplek. Mayoritas pengunjungnya ialah anak-anak.

Sebuah bola, tidak sengaja menggelinding mengenai kaki Gilang. Sontak cowok itu mengarahkan pandangannya, mencari siapa pemilik bola itu. Dan benar saja, tak jauh dari posisi duduk Gilang, terlihat anak kecil berusia tiga tahun sedang berkacak pinggang kearahnya.

“TENAPA OM NATAL, AMBIL BOLA ATU!”

Gilang menarik sebelah alisnya, mendengar seruan bocah itu. “Siapa yang ambil bola elo, bocah!” Ujarnya, saat anak kecil itu sudah berada didepan Gilang.

Tidak tau dimana letak kesalahan Gilang, seketika itu Gilang mendapat pelototan tajam dari anak kecil laki-laki itu. “BOCAH! CAPA YANG BOCAH?” Bantah anak itu dengan suara cemprengnya.

GILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang