DUA PULUH

1.3K 77 5
                                    

Suara azan subuh berkumandang, Chika mulai terbangun dari tidurnya. Ia sedikit tidak enak mengenai tubuhnya, Chika seperti didekap erat seseuatu. Dan cewek itu baru tersadar jika semalaman ia tidur dengan posisi dipeluk Gilang.

Chika menghela nafas berat, ia berusaha melepaskan tangan Gilang yang melingkari pinggangnya. Dan berhasil, badan Chika sudah terbebas dari pelukan Gilang. Namun dampak dari itu semua ialah, Gilang jadi terbangun dari tidurnya.

Cowok itu memijit pelipisnya, kepalanya terasa berat dan sangat pusing. Yeah, mungkin itu faktor minum semalam. “Shhhhh.”

“Gilang kenapa?” Chika setika panik, melihat Gilang sepertinya merasakan sakit di kepalanya.

“Pusing.” Balas Gilang parau.

“Sini, aku pijitin.” Gilang kembali memposisikan badannya menjadi menyamping menghadap Chika. Cowok itu mengikis jarak antara dirinya dan Chika, lalu memeluk cewek itu lagi. Kepalanyapun ia letakkan didepan dada Chika.

“G-Gilang.” Semalam Chika sedikit memaklumi, jika Gilang memeluk dirinya mungkin karena tidak sadar. Tetapi sekarang, ia tidak bisa berfikir kalau Gilang melakukannya tanpa sadar.

“Elus, kepala aku.” Pinta Gilang pelan, namun masih mampu didengar Chika dengan baik.

Tanpa berfikir panjang, Chika mengulurkan tangan kanannya kearah belakang kepala Gilang. Cewek itu mengusap lembut rambut Gilang, sesekali memijitnya pelan.

Hanya lima belas menit, Chika mengusap rambut Gilang. Setelahnya ia harus melaksanakan sholat subuh terlebih dahulu. “Istirahat bentar ya, Gilang. Aku mau sholat subuh dulu, sebentar saja.” Ujarnya.

Bukannya melepaskan pelukannya terhadap Chika, Gilang semakin mempererat pelukannya.

“Gilang.” Panggil Chika lembut. Ia takut akan memancing amarah Gilang. “Sebentar aja, hanya lima menit.”

Gilang menggeleng, tidak menyetujui tawaran yang Chika lontarkan. “Nggak mau.”

“Sebentar aja, Gilang. Nanti kalau aku nggak sholat, aku bisa dimarahi mama.” Gilang hampir tertawa karena ucapan Chika. Cewek itu ternyata sangatlah polos sekali.

“Lima menit, nggak lebih.” Gilang melepaskan pelukan, ia menggulingkan badan memunggungi Chika.

Tanpa membuang-buang waktu, Chika segera bergegas pergi dari atas tempat tidur. Ia keluar dari kamar tamu kemudian berlari menuju kamarnya dilantai atas.

Usai melaksanakan sholat subuh, Chika menyempatkan diri berdoa sebentar. Biasanya setelah sholat, Chika berzikir dan terakhir berdoa. Tetapi kali ini situasi sedikit berbeda.

Melipat mukena, Chika meletakkan alat sholatnya ditempat semua. Kemudian ia keluar kamar dan segera turun ke lantai bawah—menuju kamar tamu.

Kedatangan Chika disambut oleh Gilang yang tiduran menghadap pintu. “Sini, cepetan!” Titahnya.

“Gilang nggak mau sholat subuh dulu?” Tanya Chika, duduk disisi ranjang.

“Nggak. Dosa gue udah terlalu banyak, jadi biar aja sekalian numpuk.” Balas Gilang, memeluk pinggang Chika—meletakkan kepalanya diatas paha cewek yang biasa dirambut kepang.

Chika tersenyum tipis. Entah kesambet badai apa, hari ini Gilang sangatlah manja kepadanya. Chika berfikir, apakah hanya beberapa waktu saja Gilang akan berbuat seperti ini. Setelah itu, Gilang akan kembali menjadi Gilang yang dingin seperti biasanya.

“Gilang kenapa sih? Kok keliatan manja dari biasanya?” Chika memberanikan diri menanyakan pertanyaan yang menganjal dalam pikirannya.

“Nggak tau. Tanya, sama mood gue.” Gilang menjawab tanpa sedikit mengubah posisi tidurnya.

GILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang