DELAPAN BELAS

1.2K 69 3
                                    

Kehadiran Raka dirumah Gilang, membuat pemilik rumah dibuat pusing tujuh keliling. Terutama Gilang. Mau tidak mau, cowok itu harus mengikuti kemauan Raka, jika tidak bocah tiga tahun itu akan menangis kencang.

Hujan deras mengguyur tanah kota Jakarta dari satu jam yang lalu. Tiga puluh menit lalu, babysister Raka datang—namun bocah berambut pirang coklat itu tak mau diajak pulang.

Dan lima belas menit setelah itu, giliran papa dan mama Raka datang untuk menjemput anak itu dan hasilnya tetap sama. Raka tidak mau diajak pulang, bocah tiga tahun itu sempat menangis meraung-meraung saat ayahnya berusaha menggendongnya.

Alhasil, malam ini Gilang dan Chika akan menjadi orangtua Raka untuk semalam.

Pagi harinya, Gilang terbangun ketika dadanya terasa berat—seperti tertindih sesuatu sangat besar. Ketika kesadarannya sudah kembali, Gilang baru tersadar—semalam Raka tidur bersamanya.

Hasilnya seperti sekarang ini, Raka tidur diatas dada Gilang tanpa menggunakan baju. Alias telanjang dada. Katanya, bocah berambut pirang coklat itu tidak bisa tidur jika memakai baju.

Gilang membuang nafas panjang. “Si bocah, nyusahin gue mulu bisanya.” Keluhnya, pelan-pelan memindahkan Raka dari atas tubuhnya.

“HUAAAAAAA!” Tiba-tiba Raka menangis, tetapi dengan mata masih terpejam.

Tanpa berfikir panjang, Gilang mengangkat badan Raka—membawanya menuju lantai bawah. Karena saat ini, kerongkongan Gilang terasa kering—membutuhkan air minum.

Digendongan Gilang, bocah berambut pirang coklat—menyenderkan kepalannya dipundak Gilang lalu matanya terpejam kembali.

“Dasar, kebo!” Gumam Gilang, melihat tingkah Raka yang mudah tertidur dimanapun.

Didapur Gilang melihat Chika sedang berkutat dengan alat-alat dapur, entahlah apa yang dibuat cewek berambut kepang itu.

“Gilang udah bangun?” Chika menyadari kedatangan Gilang, menegurnya dengan pertanyaan yang terkesan basa-basi.

Gilang membuka kulkas, mengambil minuman botol lalu meneguknya hingga tersisa setengah. “Lo masih punya mata, kan?” Balasnya ketus.

Seketika Chika tak mampu mengeluarkan suaranya, untuk mengalihkan ketakutannya cewek itu kembali fokus dengan masakannya. Tidak lagi mempedulikan kehadiran Gilang didapur.

Ketika masakannya sudah matang, Chika menyiapkan semuanya diatas meja makan. Ia bahkan tidak sedikitpun melirik Gilang.

“Chika! Nih, bawa si Raka! Bangunin sono kalau lo bisa.” Gilang memindahkan Raka digendongan Chika, cowok itu sudah lapar—ingin segera mengisi perutnya.

Tok Tok Tok

Suara pintu diketuk, membuat Gilang menghentikan kegiatannya—mengambil nasi. “Siapa dateng pagi-pagi?” Gumamnya bingung, ia mengarahkan pandangannya kepada Chika. “Buka pintunya!” Titahnya.

“I-Iya, Gilang.” Balas Chika, segera melaksanakan perintah dari Gilang. Ia membuka pintu utama dan menemukan sosok pengasuh Raka disana.

Chika menarik kedua sudut bibirnya keatas. “Mau jemput Raka ya, mb?” Tanyanya lembut.

“Iya, mb. Den Raka-nya masih tidur ya.” Ujarnya melihat anak majikannya masih terlelap digendongan Chika.

“Iya nih, mb. Gimana enaknya? Mau di ajak pulang sekarang atau nanti aja kalau udah bangun?” Tanya Chika.

“Sekarang aja kayaknya, mb.Takut ngerepotin soalnya.” Kata pengasuh Raka, mengambil bocah itu dari gendongan Chika. “Si nyonya juga udah suruh-suruh saya jemput den Raka.”

GILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang