ENAM

1.4K 72 2
                                    

"Permisi, mbak." Suara itu terdengar seperti seorang laki-laki, ia memegang bahu kanan Chika.

Chika tidak mendongak, cewek itu malu menampakkan wajahnya ketika menagis. Apalagi didepan orang yang tak dikenali.

Cowok itu mengintip dari samping. "Mb, mbak-nya nagis ya." Mata cowok itu tidak sengaja melihat luka dilutut perempuan ditemuinya. "Kakinya luka, mb."

Chika menghapus air mata kasar, ia mendongak melihat seseorang yang menolongnya. Dia cowok berkaca mata bundar dengan tahi lalat kecil diatas bibir sebelah kirinya.

"Sakit ya?" Cowok itu tanpa permisi, menselanjarkan kaki Chika.

Chika yang tak siap, meringis perih sambil mencengkram kuat bahu cowok berkaca mata bundar itu. "A-Awhhh."

"Dikit lagi, ok. Ini pelan-pelan, kok." Cowok itu meluruskan kaki Chika sangat pelan-takut Chika tambah kesakitan. Kadang-kadang ia meringis sendiri, seolah bisa merasakan sakit itu.

Cowok itu menatap Chika, tersenyum tipis. "Cantik." Batin-nya.

"Kamu kenapa liatin aku kaya gitu?" Cowok itu terbuyarkan dari lamunan-nya karena teguran Chika.

"E-enggak kok." Cowok berkaca mata bulat, gelagapan. "Kamu sekolah dimana?" Coba-nya mengalihkan pembicaraan.

"Di SMA Ardana."

Cowok itu mengerutkan alis sejenak. "Loh, kita satu sekolah dong."

Chika menarik sebelah alis keatas. "Kamu juga sekolah di sana?" Tanya Chika.

Cowok berkaca mata bulat, mengangguk. "Iya." Jawabnya. "Nih, dasi kita sama."

Chika tersenyum tipis.

"Gimana kalau kamu berangkat sekolah sama aku?" Tawar cowok itu. "Nanti aku obatin luka kamu di sekolah."

"Nggak usah repot-repot, mendingan aku balik pulang aja." Tolak Chika halus.

"Nggak repot kok." Ujar cowok berkaca mata bulat. "Mau ya, berangkat sekolah sama aku."

Chika menimang-nimang sejenak tawaran cowok tak dikenalinya. Iya atau tidak? Dilihat dari luar, rupanya cowok itu orang baik-baik.

"Boleh." Chika mengangguk menyetujui. "Nggak repotin, kan?"

Cowok itu menyunggingkan senyum. "Enggak, santai aja."

"Aku bantu naik, yuk." Sambung cowok itu, mengulurkan tangan.

Chika menyambut tangan cowok itu, ia naik keatas motor dengan bantuan dia. Meskipun hanya menggunakan vespa, Chika tidak mempermasalahkan hal itu. Lagi pula Chika lebih suka kesederhanaan dari pada kemewahan.

****

Beruntung, gerbang sekolah belum ditutup. Meskipun hampir akan ditutup, untungnya cowok berkaca mata bulat itu-mampu memberi bujukan kepada pak satpam untuk sedikit membuka pintu gerbangnya.

Cowok berkaca mata bulat itu segera memarkirkan motor bututnya dijajaran sepeda motor yang lain. Cowok itu cepat-cepat melepas helm, lalu turun-membantu Chika. "Bisa jalan?" Tanyanya.

Chika meringis-menjadi petanda jika perempuan itu tidak sanggup berjalan-karena luka pada lututnya.

"Tunggu sebentar!" Cowok itu memindahkan tas ranselnya didepan, lalu membungkuk didepan Chika. "Ayok! Naik punggung aku!" Perintahnya.

"T-tapi-"

"Cepetan! Keburu bel masuk." Potong Cowok berkaca mata bulat.

GILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang