SEMBILAN

1.2K 67 0
                                    

Dethan mengantar Chika sampai depan gerbang dengan selamat tanpa luka sedikitpun. Semenjak mengenal Dethan, hari-hari Chika lebih membaik dari biasanya. Dulu Chika merasa kesepian, namun sekarang dengan adanya Dethan, Chika tidak merasakan hal itu lagi.

"Makasih ya, Dethan." Chika mengembalikan helm pink, kepada si pemilik. Walaupun helm itu disediakan untuk Chika, tetapi tetap saja helm itu masih milik Dethan.

"Harusnya, aku dong yang berterima kasih sama kamu." Timpal Dethan menerima helm dari tangan Chika. "Kan, kamu yang udah traktir aku haru ini."

"Nggak perlu berterima kasih, kan kemarin kamu juga traktir aku." Sahut Chika.

"Nggak bisa gitu, dong. Tetap aja, aku harus ucapin terima kasih ke kamu." Keukeuh Dethan tak mau kalah.

Chika menghembuskan nafas kasar. "Yaudah deh, iya. Ucapan terima kasih kamu, aku terima." Tuntas Chika.

Merasa menang, Dethan tersenyum lebar-melihatkan deretan gigi putihnya. "Nah gitu, dong." Ucapnya. "Udah mau malam nih, aku pamit pulang dulu ya."

Chika mengangguk. "Hati-hati ya, jangan ngebut-ngebut." Pesan Chika.

"Siap, ibu negara." Sahut Dethan, menyalakan mesin motornya. "Balik dulu, ya."

"Iya." Chika melambaikan tangan menyaksikan kepergian Dethan dari pandangannya.

Hilangnya Dethan dari penglihatan Chika, cewek berambut kepang itu bergegas masuk kedalam rumah. Baru saja membuka pintu, sambutan suara Gilang mengagetkan diri Chika.

"Dari mana? Jam segini baru pulang?" Tanya Gilang ketus.

Chika diam tak berkutik ditempatnya. Tatapan Gilang sangat mengintimigasi bagi Chika. Dalam hati Chika bertanya bagaimana bisa Gilang susah ada dirumah jam segini.

"Telinga lo masih sehat, kan?" Tegur Gilang lagi.

Chika bergerak menutup pintu lalu melangkah kaku menghampiri Gilang-duduk diatas sofa dengan menaikkan sebelah kakinya. "G-Gilang udah pulang?" Cicit Chika pelan.

Sebelah alis Gilang terangkat sebelah. "Yahh, seperti yang lo liat." Balasnya cuek. "Ngapain aja? Jam segini baru pulang?" Gilang mengulangi pertanyaan yang sama.

Chika meringis bingung. "A-Anu."

"Anu-anu kenapa? Lo gagap atau gimana?" Kata Gilang, memberi tatapan tajam ke arah Chika. "Habis jalan ya, sama cowok lo?" Selidiknya.

"E-Enggak! Cowok siapa?" Spontan Chika membalasnya, padahal tadi saat ditanya Gilang, ia tak mampu menjawab.

"Si cupu, anak kelas sebelah lo." Celetuk Gilang masih menatap tajam, cewek berambut kepang di depannya.

Chika menautkan alis, bingung. "Siapa?" Tanyanya tak mengerti, yah meskipun Chika tau siapa yang dimaksud Gilang.

"Dede." Jawab Gilang. "Dia cowok lo, kan? Btw, cocok loh lo berdua."

"Sama-sama yang cupu." Cetus Gilang mengejek.

Mendengar itu, Chika hanya mampu menundukkan kepala mendengar pujian-menyakitkn Gilang. "Masakin gue sekarang!" Titah Gilang.

"I-Iya, iya." Chika segera menghilang dari hadapan Gilang, cewek dengan rambut kepangnya itu-menuju dapur tanpa berganti baju dahulu.

Persediaan bahan makanan hanya tinggal ayam dan sayur kangkung. Tak ambil pusing, Chika memilih memasak ayam goreng dan juga tumis kangkung.

Tak tau lah, Gilang menyukai sayuran itu atau tidak. Yang terpenting Chika sudah melaksanakan perintah cowok itu.

Tidak membutuhkan waktu lama, Chika menyelesaikan kegiatan memasaknya. Saat ini cewek berambut kepang itu, sedang menyajikan hasil masakannya diatas meja makan.

GILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang