EMPAT BELAS

1.1K 81 9
                                    

Pukul lima pagi, Chika sudah terbangun dari tidur nyenyaknya. Tak usah mengulur-ulur waktu, Chika langsung bangkit—merapikan tempat tidur lalu mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat subuh.

Usai menjalan sholat subuh, Chika bergegas menuju dapur—membuat sarapan untuknya dan Gilang. Pagi ini, Chika berencana memasak soto daging ayam.

Sebenarnya, Chika ingin memasak sup ayam. Tetapi, mengingat Gilang yang sepertinya tidak begitu menyukai banyak sayur-sayuran. Akhirnya ia memilih untuk memasak soto sederhana saja.

Sebelum mulai memasak, Chika mengambil bahan-bahan terlebih dahulu untuk membuat soto daging sapi. Agar tidak keras dagingnya, Chika pun merebus dahulu daging sapinya.

Tidak hanya merebus daging sapi, di komper sebelah Chika juga merebus  mie hun dan juga taoge.

Setengah jam lebih berperang dengan peralatan dapur, masakan yang di buat Chika akhirnya selesai juga. Selesai membereskan dapur, Chika langsung menuju kamar guna bersiap diri berangkat sekolah.

Mandi, berganti pakaian, menyisir rambut tak lupa mengepangnya, dan terkhir yang Chika lakukan ialah mempoles wajahnya. Tidak banyak peralatan make up di meja rias Chika, hanya terdapat bedak bayi, liptint, minyak wangi, deodoran, dan terakhir body lotion.

Selesai dengan semuanya, Chika mengambil tas punggung tak lupa mencabut handpone-nya yang sempat ia cas. Sedikit meluangkan waktunya, Chika mampir sebentar menuju kamar Gilang—memastikan cowok itu sudah bangun atau belum.

Tok! Tok! Tok!

Biasanya tanpa mengetuk pintu, Chika langsung nyelonong masuk kedalam kamar Gilang. Tetapi kali ini berbeda, pintu kamar Gilang dikunci dari dalam oleh si pemilik. Maka dari itu, Chika mengetuk dahulu pintunya.

“Gilang! Gilang udah bangun belum? Aku udah buatin sarapan, di meja makan!” Tutur Chika, menempelkan telinga didepan pintu—siapa tahu bisa mendengar pergerakan orang di dalam kamar.

“Iya.” Setelah mendengar balasan Gilang, Chika melangkahkan kakinya meninggalkan kamar Gilang. Ia harus segera melaksanakan kegiatan sarapan, sebelum Dethan datang menjemput dan Gilang keluar dari kamar.

Menyantap menu sarapan pagi-nya sedikit terburu-buru, dalam waktu sepuluh menit Chika berhasil menghabiskan semangkuk sotonya. Sebagai penutup, Chika meminum segelas air minum lalu sebelum berangkat cewek itu membawa tempat makannya ke dapur.

“Gilang, sotonya di makan dulu!” Pinta Chika berjalan dari arah dapur. “Isinya nggak banyak kok, cuma daging sapi, mie hun, taoge sama sedikit ada daun seledri.”

Gilang tak membalas ucapan Chika, cowok dengan seragam yang tak terpasang dengan rapi itu memilih duduk dan langsung menyantap sotonya.

“Gimana, rasanya? Enak?” Tanya Chika dengan sedikit senyuman tipis terukir dibibirnya.

Sebenarnya rasa masakan Chika sangat cocok dilidahnya. Soto yang Gilang makan rasanya cukup enak dibandingkan soto yang dijual dikantin sekolahnya. Namun sayang, ego Gilang terlalu tinggi untuk mengatakan soto buatan Chika rasanya enak.

“Biasa aja.” Mendengar jawaban Gilang, senyum yang terukir dibibir Chika luntur karena merasa kecewa kepada dirinya sendiri. Mengapa ia tidak bisa memasak yang terbaik buat Gilang?

Chika menghela nafas panjang. “Yaudah kalau gitu. Nanti malam mendingan kamu makan diluar aja, yang pasti enak masakannya.” Ujarnya dengan raut wajah kecewa.

Gilang tidak terlalu mempedulikan ucapan Chika, ia memilih memakan sotonya begitu lahap.

“Assalamualaikum, Chika.” Panggilan seseorang dari luar rumah, menghentikan aktivitas makan Gilang. Cowok itu langsung menatap tajam cewek berambut kepang.

GILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang