(2) Praktis

11.3K 954 28
                                    

Aku bangkit lalu membawa piring ke dapur. Kalian merasa aneh ya? Anak pemilik perusahaan rental mobil yang sedang berkembang, membereskan sendiri peralatan bekas makannya?
Jangankan aku, Farish pun melakukannya. Kami dididik mandiri sejak kecil. Jika bisa dikerjakan sendiri, kenapa minta bantuan orang lain? Itu prinsip yang diajarkan papa dan mama.

Mama hanya mendelegasikan pekerjaan domestik seperti beberes rumah dan mencuci. Selebihnya, dia tetap mengerjakan semuanya sendiri. Apalagi untuk urusan masak. Mamalah satu-satunya yang berhak menentukan dan mengolah menu makanan untuk keluarganya.

Aku masih bisa mendengar ucapan papa selanjutnya, yang meminta persetujuan Farish agar mau dijodohkan dengan salah satu anak koleganya. Rasanya aku bisa membayangkan muka Farish yang beubah hijau. Mana ada playboy yang mau dijodohkan. Sampai kapanpun, dia akan menolaknya mentah-mentah.

"Pa, Farish bukan anak kecil lagi. Masa urusan begini harus Papa dan Mama yang cariin. Farish bisa sendiri," sanggahnya.

Tuh, apa kubilang.

"Papa kasih kamu waktu dua minggu untuk bawa calon kamu ke sini. Kalau nggak, berarti kamu setuju tawaran Papa."

"Dua minggu? emangnya nyari pasangan sama kayak nyari pelanggan rental?" protes Farish sambil berjalan menuju dapur.

Farish sudah berdiri di sampingku, menunggu giliran untuk membersihkan cangkirnya.

"Cie! Yang mau dijodohin," ledekku.

"Papa kayaknya serius deh, Han. Bantuin Kakak dong!"

"Bantuin gimana? Nggak mungkin, kan, aku pura-pura jadi pacarnya Kakak dan ketemu Mama-Papa, kayak yang sudah-sudah?" sahutku dengan menggerakkan dua jari telunjuk dan tengah bersamaan, untuk menekankan kata pacar. "Bawa aja salah satu cewek Kakak. Kan banyak. Tinggal pilih satu."

"Ayo dong, Han, bantu mikir," pintanya mengiba.

Aku tak menjawab.

"Han, bantuin dong. Dark choco dua bar?"

Aku berbalik setelah menaruh piring dan cangkir ke wadah di samping bak cuci, "Kakakku sayang, lupa ya, kalau adikmu ini sudah kerja? Jangankan cuma dua batang, stok satu supermarket aja bisa kuborong," ucapku pongah.

Farish melingkarkan lengannya ke leherku, menarik kepalaku ke bawah lengannya, lalu mengacak rambutku sembarangan. Aku berteriak memanggil mama. Hanya itu senjata yang mampu menyelamatku dari tindakan brutalnya.

"Farish!" seru mama dari meja makan.

Ponselku berdering.

"Lepasin, dong. Ada telepon nih. Takut penting," pintaku sambil meronta.

Farish mengendurkan tangannya, aku kabur secepatnya. Nama Annisa terpampang di layar. Baru mau kusentuh ikon hijau, panggilan terputus. Kutelepon lagi Annisa, tapi tak kunjung mendapat respon. Mungkin tadi nggak sengaja dia meneleponku. Apalagi pagi-pagi begini.

"Tuh, kan, nggak enak jadi auditor. Masih pagi aja sudah dicariin," teriak Farish dari dapur.

"Sotoy! Orang Annisa yang telepon, wee," balasku lalu menjulurkan lidah.

Farish mempercepat gerakkannya dan melangkah cepat menuju posisiku. "Itu Annisa? Sahabat kamu yang lucu itu, kan?"

Aku mendelik melihat Farish. Isi otaknya jelas tergambar di keningnya. "Jangan macem-macem sama temenku."

Dasar playboy cap Odong-odong, diancam malah senyam-senyum nggak jelas. Daripada awal hari tambah kacau, sebaiknya aku bergegas berangkat kerja. Setelah mencium punggung tangan mama-papa, aku menyambar kunci motor yang tergantung di dinding.

"Han, jangan keseringan makan mi ayam!" titah mama. "Banyakin makan sayur dan buah kalau di kantor, biar nggak gampang sakit."

"Iya, Mama. Hana langganan Yasjus kok. Itu lho, jus sayur dan buah yang minggu lalu Hana bawa pulang. Sama aja, kan?"

"Dasar anak sekarang. Maunya yang praktis aja!" omel mama.

Aku tak mau berlama-lama mendengar mama memberi kuliah. Aku menggunakan jurus kaki seribu agar selamat. Pasti sekarang papa dan Farish sedang mendengarkan dengan ketakzim-takziman.

================================

Hana aja tau Yasjus. Kamu tau nggak? Ekh.

Tadinya part ini mau dinamain Playboy cap Odong-odong, tapi nggak jadi hehehehe.

Jumpa lagi next part. Happy reading n enjoy! Eh, jangan lupa voment yaaa. Maacih. 😘

-San Hanna-

LOVAUDITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang