Extra Part (2)

10.4K 401 12
                                    

Ternyata, apa yang dibilang orang, kalau sibuk bisa mengalihkan pikiran, itu benar lho. Beberapa hari terakhir ini, aku nggak mikirin yang aneh-aneh. Kerjaanku ya kerja-pulang-tidur. Kalau nggak lagi lembur, aku baca buku. Kalau bosan, gantian aku yang nulis.

"Ya ampun! Aku lupa! Mas Veri, security di kantor, kemarinan minta tolong dibuatin SOP untuk usaha daring istrinya." Aku menendang selimut dan langsung membongkar tas yang biasa di pakai kerja. "Aduh! Kemana itu drafnya, ya? Perasaan di kantor sempet bikin coret-coretan deh."

Mas Veri ini, satpam yang waktu itu ngobrol sama Farish, pas jemput aku buat ke Bandung.

Jadi, istrinya Mas Veri ini Ibu Rumah Tangga. Dulunya kerja, tapi setelah punya anak, dia mutusin untuk jadi IRT. Katanya ngeri kalau nitipin anaknya sama orang lain. Karena sudah terbiasa kerja, setelah resign dia punya olshop.

Menurut Mas Veri, usaha istrinya itu ramai. Kurir saja nyaris setiap hari jemput barang. Katanya, dulu istrinya cuma dropship, tapi bisa buat nabung hasilnya. Lalu, dia mulai nyetok barang. Nah, mulai deh tuh masalah muncul. Dagangan habis, tapi uangnya juga nggak ngumpul.

(Siapa yang punya olshop ngalamin hal yang sama kayak gini? Ckckckck)

Walaupun usahanya masih merintis, masih kecil dan dikerjakan sendiri, pencatatan itu tetap penting. Daya ingat manusia kan terbatas, makanya butuh yang namanya catatan. Paling nggak, cash flow. Jadi, uang yang masuk dan keluar, jelas peruntukkannya.

Berhubung drafnya nggak ketemu, aku harus buat lagi. Karena aku belum tahu kebutuhan olshopnya apa saja, jadi aku buatin yang umum.

Cash flow, yang isinya mencatat keluar-masuk uang. Aku buat bentuk yang paling sederhana dengan lima kolom yang berisi tanggal, keterangan, debit, kredit, dan saldo. Aku pun kasih catatan di bawahnya, kalau semua yang masuk di catatan ini adalah yang berkaitan dengan bisnis si istrinya. Selain itu, nggak boleh dimasukkan. Kecuali, dianggap pinjaman. Meskipun itu untuk belanja keperluan rumah.

Karena istrinya sudah nyetok, jadi dia butuh catatan stok barang. Idealnya, tiap jenis barang punya form tersendiri. Aku buatkan satu dan bisa diperbanyak sesuai kebutuhan. Ribet sih, apalagi yang punya banyak jenis, tapi bakalan menolong banget jika ada pelanggan yang tanya. Owner akan dengan cepat memberi respon yang akurat.

Aku sudah fotoin drafnya dan kirim ke Mas Veri untuk diberikan ke istrinya. Aku pun mengizinkan istrinya untuk bertanya langsung jika ada yang tidak dimengerti. Senin nanti, baru aku serahin form yang sudah rapi dan dicetak. Aku tuh senang banget, kalau ada IRT yang produktif. Daripada waktunya habis buat rumpi ye, kan. Nambahin dosa aja. Mendingan bisnis, bisa nambahin fulus.

***

"Mbak Hana!"

Aku menoleh, mencari sumber suara. Seorang petugas keamanan berjalan cepat menghampiriku. Ternyata Mas Veri.

"Mbak, istri saya tanya. Kalau biaya yang dikeluarin untuk belanja, dicatat nggak? Misalnya, saya nganterin dia belanja. Kan beli bensin sama parkir. Belum lagi kalau berangkatnya siang, pasti makan, minum, jajan anak. Itu dimasukin ke cashflow apa nggak?"

"Tiap belanja begitu? Makan di luar?"

Mas Veri hanya menggaruk-garuk kepala dan tersipu.

"Pantesan aja untungnya nggak kelihatan. Udah diambil duluan," sahutku.

Mas Veri menatapku dengan sorot yang penuh tanya.

"Biaya bensin dan parkir, boleh masuk ke cashflow. Itu termasuk biaya transportasi. Kan nggak mungkin jalan kaki buat belanjanya. Tapi, makan dan jajan, nggak boleh dicampurin ke uang bisnis. Itu harus keluar dari uang pribadi atau keluarga."

Mas Veri mengangguk-angguk.

"Ngerti, Mas?" tanyaku menegaskan.

Dia mengangguk lagi.

"Misalkan, untung usahanya lumayan nih. Istrinya mau pakai buat keperluan pribadi atau bantu keluarga, itu boleh. Asal, dicatat sebagai pengambilan pribadi. Tapi, perlu diingat juga, jangan diambil semuanya. Nanti nggak bisa belanja buat jualan lagi."

Kali ini Mas Veri terkekeh.

"Pantesan aja dari kemarin saya bingung. Itu duitnya ke mana. Malah saya kira, di rumah saya ada tuyulnya,Mbak." Mas Veri tersenyum simpul.

Tuyul? Ya ampun! Kasihan banget si tuyul disalahin.

"Makasih ya, Mbak. Nanti saya sampaikan."

Aku langsung pamitan mau keluar pesan makanan, eh Mas Veri malah nyodorin bungkusan.

"Apaan nih, Mas?"

"Mi bangka. Ucapan terima kasih dari istri saya. Katanya harus diterima."

Pucuk dicinta ulam tiba. Tau aja aku mau pesan mi ayam.

================================

🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏

Maap yaaak, mulurnya lamaaaaaa banget. Otakku nge-hank. 😂😂😂

BW pun belum update sampai sekarang.

Apa gara-gara puasa yak? Ekh, puasa disalahin.

Mau ngamalin ilmu kudu nih. Kudu dipaksa.

Oiya, happy 80k 😍😍😍

Eh.. Eh.. Lovaudit mau diterbitin dalam versi cetak lhooo. Doakan yaaa. Ada tambahan beberapa part nanti.

Selamat menunaikan ibadah puasa buat yang menjalankan. THRnya sisain buat beli bukunya yak. Ekh 😜

See yaaa,
San Hanna

LOVAUDITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang