Ingat nggak, jargon salah satu acara berita kriminal di TV? “Kejahatan terjadi bukan hanya karena niat dari pelakunya, tetapi karena ada kesempatan. Waspadalah! Waspadalah!” begitu katanya dipenghujung acara. Itulah yang terjadi dalam kasus ini. Pelakunya sudah diamankan, oleh pihak yang berwajib. Walaupun tersangka sudah mengembalikan seluruh uang yang diambilnya, yang bersalah tetap harus menerima ganjaran, kan!
Dalam kasus ini, bukan hanya satu penyebabnya, tetapi ada tiga hal. Pertama, SOP. Kedua, Teknologi. Ketiga, SDM. Bagaimana aku bisa tahu? Pasti itu, kan yang kalian tanyakan. Bagian pertama, tentang SOP, sudah jelas ada pelanggaran. Ada sales atau kolektor yang tidak menjalankan SOP dengan semestinya, sehingga membuka peluang untuk melakukan kecurangan. Aku tahu hal itu dari sumber tepercaya, yang mendengar langsung pengakuan tersangka.
Bagian berikutnya, Sistem. Jika sistemnya berjalan lancar dan sesuai fungsinya, bisa menjadi pencegah terjadinya pelanggaran. Dalam kasus ini, sistemnya memiliki kelemahan, karena satu kode transaksi bisa dipakai lebih dari satu kali. Terakhir, yang nggak kalah penting, yaitu SDM. Bukan hanya si tersangka, tetapi juga orang-orang yang mengelola SDM.
Mencuatnya kasus ini, nggak langsung dipercayai banyak pihak. Butuh waktu dan tenaga untuk mengungkapkannya, juga melibatkan banyak pihak. Di tambah, pelaku bukanlah orang yang berpotensi melakukan kecurangan. Banyak rekannya yang membela, tapi bukti yang diperoleh tak terbantahkan. Pun pelaku juga mengakuinya.“Dia pasti sudah tertekan banget, sampai melakukan hal ini. Saya yakin! Saya kenal dia sudah lama. Orangnya sederhana dan nggak neko-neko. Kendaraannya juga masih sama, nggak ada yang berubah. Makanya saya nggak percaya begitu aja,” tutur Mas Alif.
“Dia sudah sering ngeluh, kalau nggak sanggup jalanin banyak tugas. Apalagi memang bukan kerjaannya. Selama ini, dia ngerjain tugas yang seharusnya untuk dua orang. Semua bukan murni salahnya. Buktinya uang yang dia ambil, dikembalikan lagi. Ada sih yang terpakai, tapi nggak banyak, itu juga terpaksa, karena anaknya sakit dan butuh biaya,” timpal Pak Yos.
“Harusnya dia dipecat aja, nggak usah dipenjara. Nggak adil, kalau dia nanggung sendirian. Harusnya sales dan kolektor yang nyerahin uang dan cek tunai, ikut dihukum juga. Bagian HRD yang nggak mau dengerin keluhannya dan nggak cepat-cepat cari staf, juga harusnya ikut nanggung,” tambah Mas Alif.
Omongan serupa menjadi suara latar yang menemani rekon spesial ini. Si pelaku ini, nggak ada niat sama sekali untuk berbuat curang. Dia tertekan dan nggak ada yang respon keluhannya. Ditambah, lemahnya sistem yang mengunci kode transaksi. Setidaknya itu yang kusimpulkan. Perkara adil atau nggak, biarlah yang berkepentingan yang mengurus itu semua. Semoga apapun akhirnya, jadi pelajaran bagi semua. Sejak kejadian itu, SOP kembali digalakkan, para sales dan kolektor yang menerima pembayaran tunai, wajib menyetorkan sendiri ke rekening perusahaan. Bagian penerimaan, tidak diperkenankan menerima uang apapun, kecuali pengelola petty cash. Sistem diperbaiki, dan diuji berulang kali, sebelum diterapkan untuk operasional. Pembagian kerja mendapat perhatian lebih, agar kejadian serupa tidak terulang.
Aku nyaris terjungkal dari kursi, saat sebuah handuk tiba-tiba jatuh dan menutupi seluruh kepalaku. Aku melempar benda lembap itu sembarangan sambil mendengus.
“Lagian bengong aja dari tadi. Mikirin apaan sih? Mending terima aja ajakan Juna buat nonton. Refreshing. Tuh tar keriputnya ngalahin Bu Iyem,” ucapnya sambil terkekeh.
“Resek, lo. Eh, udahan VCnya? Yang bener aja video-an di kamar mandi? Emang bisa gitu begituan jarak jauh?”
“Begituan? Apaan? Anak kecil tau-tauan begituan. Pacaran aja belom pernah. Udah sana, keluar sama Juna. Tuh ke Ciwalk aja yang dekat. Jalan kaki sampai. Kali aja Juna mau ngajakin nonton film Dilan.”
“Maaf, ya! Dilan itu bukan nontonanku. Aku nggak suka. Teralu lebay.”
“Lupa aku, kalau kamu sukanya yang berantem-beranteman, yang cerita khayalan, kayak film Aquarium kemarin itu, kan?”
“Aquarium? Aquaman, Mes! Lo sih kebanyakan video jorok, makanya eror gitu.”
“Video jorok dari mana? Kan gue VC sama laki gue sendiri. Belom ngerasain aja, lo. Tar jangan-jangan lebih parah dari gue. Live di FB atau IG. Kan katanya, kalau cewek yang pendiam, sangar di tempat tidur.”
“Dari pada otak gue ternoda gara-gara ngobrol sama lo, mending gue nyari tukang mi ayam deh.”
================================
Ngomongin Aquaman jadi ingat Nero. Kangen sama Dolp. Nero udah gede nih kayanya. Ekh ngomong-ngomong dia udah bisa nguasain semua elemen sihir belum ya?
Apa dibikin sekuelnya aja yaaa?? Hmmm...
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVAUDIT
ChickLitSUDAH TERBIT - penerbit Cerita Kata "Jadi auditor itu nggak enak!" Kalimat itu sering dilontarkan keluarga dan sahabatku meski sudah sering kujelaskan bahwa menjadi auditor adalah panggilan hati. Temuan di kantor, kasus di rental, bahkan gosip aneh...