(7) Please

6.7K 607 4
                                    

Great! Satu urusan belum beres, nambah lagi yang lain. Kata orang dulu, 'Mati satu tumbuh seribu', lah ini, belum mati saja sudah tumbuh yang lainnya,” gumamku.

“Apa, Han?” tanya Bu Iyem yang berdiri di belakangku.

“Eh? Nggak pa-pa, Bu,” jawabku sembari memiringkan tubuh.

“Kamu jangan lupa koordinasi sama bagian penagihan ya! Minta data awal yang terkait dengan rekon nanti. Lalu, bilang juga sama Mira, untuk atur Surat Perjalanan Dinas tim kamu ya!” tutur bu Iyem mengingatkan. Kemudian dia berpaling berbincang dengan orang di sebelahnya.

Aku hanya menggangguk, lalu kembali ke posisiku semula. Untung saja pintu lift segera terbuka. Aku mempercepat langkah agar bisa menjaga jarak.

“Beneran tim kita ikut rekon di Bandung, Han?” tanya Messi sedetik setelah aku meletakkan laptop di meja. “Tapi, barengan sama yang tua-tua ya?” sambungnya.

“Kok lo tahu? Kan gue belum cerita?”

“Hana, Sayang! di sini, lantai pun bisa menyebarkan gosip dengan cepat,” sahut Messi.

Gosip? Sejak kapan kerjaan jadi gosip? Apa sudah ada pergeseran makna gosip?

“Aku ikut juga dong ke Bandung? Kan kita setim?” sambar Juna, yang entah dari mana dia berasal.

“Sayangnya gitu. Kalau bisa milih, gue sih mendingan berdua sama Messi,” ucapku tanpa melihat ke orang yang bertanya.

“Lo kenapa, Han? Perasaan sensi bener sama Juna? Ada apaan sih?” tanya Messi bingung.

“Lagi PMS kali,” ucap Juna dengan senyum jahil. Lalu di beringsut keluar dengan setengah berlari.

Messi terkekeh. “Baru kali ini ada yang berani sama Farhana Widjaya,” tuturnya dengan tubuh berguncang.

Nih cowok memang menyebalkan. Mirip banget sama Annisa, kalau kemauannya belum kesampaian. Ah, Annisa! Semoga dia nggak benaran bilang ke bosnya tentang ucapanku. Lebih baik aku yang mengabarkan lebih dulu, kalau aku nggak bisa membantunya dalam waktu dekat.

Hana
Nis, sorry! Gue beneran nggak bisa bantuin lo deh. Kerjaan lagi numpuk banget. Selain masih harus tandem anak baru, minggu depan gue rekon ke Bandung. Sorry ya, Darling!

Annisa
Yaaah! Sekali ini aja. Plis! Kalau nggak urgent, gue nggak akan segitunya minta tolong. Si Bos kasian banget. Doi tuh baiknya kebangetan, tapi itu justru dimanfaatin sama orang-orang dekatnya.

Hana
Lo aja yang bilang ke dia. Kan lo ngerti!

Annisa
Udah berbusa tapi nggak pernah didengerin.

Hana
Nah! Lo yang karyawannya aja nggak didengerin, apalagi gue yang orang luar? Gimana sih?

Annisa
Kan alasannya udah gue ceritain waktu itu.

Hana
Apaan? Kapan?

Annisa
Ya udah tar gue ceritain lagi, mau ya? Han, Please! Gini aja deh, lo dateng aja ke kantor, liat kondisinya secara global. Sejam aja! Abis itu gue nggak bakal gangguin lagi deh. Nanti gue yang pikirin solusinya setelah lo liat, tapi konsultasi boleh dong?

Hana
Janji ya sejam? Nggak lebih. Sabtu ini gue ke sana. Jam 10an, ya.

Annisa
Lo emang my besties. Btw, dekat kantor gue, ada tukang mi ayam endes lho. Gue traktir deh. Thanks a lot, yaaa.

Aku tidak membalas pesan terakhir Annisa. Budaya sogok-menyogok masih subuh di negeri tercinta rupanya. “Wait! kenapa gue malah iya-in? Perasaan niatnya nge-WA, mau bilang nggak bisa. Hana dong-dong!” umpatku pada diri sendiri.

***

Untungnya, di muka bumi ini masih ada tempat yang bisa buat aku nyaman. My sweet room. Ruangan dengan ukuran 4 x 5 meter adalah duniaku, tempat di mana nggak ada orang yang bikin aku kesal.

Aku merebahkan badan di atas kasur yang empuk. Mataku memandang jauh menembus plafond. Tiba-tiba saja, berbagai peristiwa berkelebat dalam kepala. Bermula dari Juna, si anak baru yang membuatku jengkel. Annisa yang kekeh minta tolong, nggak seperti biasanya. Dari semua itu, yang paling aneh, ya aku sendiri. Kenapa reaksiku berlebihan untuk semua kejadian itu? Entahlah! Hanya saja, aku merasakan sesuatu yang sulit kuuraikan.

================================

Makanya Han, jadi cewek jangan gitu-gitu banget napa. Tar kayak Saki lho, Jones aka Jomblo ngenes.

Eh, udah part 7 aja, artinya udah seminggu yaaa. Wooow, makasih buat yang setia nungguin apdetan Hana.

(Sok iye dulu aja. Kek author pemes. Ceritanya emang banyak pasang mata yang nungguin. Anggap aja latihan pidato.)

Tadinya mau keluarin cast Lovaudit, tapi berhubung salah satu tokoh pentingnya belum muncul dalam adegan, dipending dulu yaaak.

Jumpa lagi next part.
-San Hanna-

LOVAUDITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang