XXVIII

11K 735 112
                                    

Sender : ShahriarAbimana

To: RaihanAlbirruni

Subyek: Bagaimana kabarnya?

Bagaimana kabarnya? Apa dia baik-baik saja? Dia baru masuk di kampusmu. Jangan buat dia menangis dengan kekonyolan Ospekmu, Pak ketua BEM!
Aku mengandalkanmu, untuk menjaganya. Good luck.

Kang Shahriar dengan Kak Raihan? Tiga tahun yang lalu? Tepat saat aku menjadi mahasiswa baru di kampus? Ada apa ini? Aku tak mengerti, sungguh!

Aku termenung menatap layar yang sedari tadi menyala tak berkedip. Mencoba mencerna apa yang kubaca dua menit yang lalu. Pesan singkat Kang Shahriar pada Kak Raihan. Siapakah mahasiswa baru yang dimaksud Kang Shahriar dalam e-mailnya? Apakah diriku? Bukan kepedean, hanya saja saat itu memang tepat saat aku menjadi mahasiswa baru. Dalam e-mailnya juga tertulis 'Jangan buat dia menangis' dan aku rasa, itu di tunjukkan untuk seorang perempuan, karena gak mungkin seorang pria akan menangis hanya karena ospek. Satu lagi yang pasti, hanya aku yang mengenal Kang Shahriar dan Kak Raihan.

Hatiku tak karuan rasanya. Antara bingung dan penasaran menjadi satu. Seperti di hempaskan dalam ruangan gelap tanpa cahaya. Entah seperti apa rasanya, yang kutahu hanya ... Terlalu sesak memikirkannya.

Tenang Aisya, berpikirlah positif!

Kubaca deretan pesan e-mail setelahnya, dengan tangan yang sudah mendingin dan mulai gemetaran.

Sender : RaihanAlbirruni

To : ShahriarAbimana

Subyek : kabarnya.

Kabar gadis itu lebih dari baik-baik saja, Kang. Dia gadis yang lumayan tegar menurutku dan ... Lumayan cantik juga, Hahaha.
Jangan mengandalkanku dalam menjaganya, Kang.
Bagaimana kalau dia jadi menyukaiku? Hah.

Jika memang benar gadis yang dimaksud mereka berdua adalah aku, untuk apa Kang Shahriar menyuruh Kak Raihan menjagaku?

Mungkin saja gadis itu memang bukan diriku.

Duduk lama di atas kursi membuat punggungku sedikit kebas. Jadi, kuputuskan untuk beranjak dari kursi kecil di depan meja ini, lalu beralih ke atas ranjang dengan membawa laptop hitam itu dengan hati-hati.

Berselonjor menyamankan diri. Meletakkan laptop Kak Raihan itu di atas pangkuanku. Memandangnya lagi untuk melanjutkan bacaan yang sukses membuat hatiku ketar-ketir.

Sender : ShahriarAbimana

To : RaihanAlbirruni

Subyek : Dia.

Dia memang sosok wanita tegar yang pernah aku kenal. Dia wanita yang mempunyai asa yang tak pernah padam. Dia wanita yang patut untuk di kagumi.

Aku hanya memintamu untuk menjaganya. Awas saja kalau kau berani untuk menyukainya!

Tanpa berpikir panjang lagi, kuarahkan panah kursor kecil itu ke pesan barisan bawahnya. Membacanya kembali dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Kau sebut aku wanita kepo pun tak apa. Kau sebut aku istri posesif aku tak masalah. Penting bagiku, mengetahui kebenaran suamiku demi kebaikan rumah tangga ini. Sebab segalanya harus berjalan di atas kebenaran.

Sender : RaihanAlbirruni

To : ShahriarAbimana

Subyek : Dia.

Melihat dari pujian-pujian yang sampean tulis, sepertinya sampean sangat mencintainya. Lantas kenapa dengan gila sampean malah melepaskannya?
Kalau aku yang menemukan gadis yang benar-benar seperti apa yang sampean deskripsikan, aku tak kan melepasnya dengan sia-sia, sampai kapanpun.
Dan nyatanya, Raihan dan Shahriar itu tidak sama. Hahaha.

Gadis Tanpa GelarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang