Air mata adalah satu-satunya cara bagaimana mata berbicara ketika bibir tak mampu menjelaskan apa yang kita rasa.
~Skenario Tuhan~
---Ryan melangkahkan kaki menuju rumah mewah nan megah. Tapi tempat itu merupakan tempat dimana ia tak pernah merasakan kedamaian. Hak seorang anak yang seharusnya ia dapatkan tak bisa didapatkannya lagi. Hak kasih sayang dari seorang mama tak lagi ia dapatkan. Mama yang telah melahirkannya lebih memilih pergi meninggalkannya saat usianya baru menginjak enam tahun dan adiknya yang masih bayi.
Sang mama meninggalkan dirinya dan adik tersayangnya, Syakila. Semenjak sang mama pergi, sudah tak ada lagi kedamaian. Dulu sepulang sekolah pasti ada seseorang yang membukakan pintu dan memberikannya kecupan dan pelukan hangat. Sekarang jangankan kecupan dan pelukan hangat, bahkan orang yang membukakan pintu rumahnya sekarang bukanlah mama atau papanya. Melainkan seorang asisten rumah tangga yang dipekerjakan oleh papanya.
Papa Ryan tak perlu ditanyakan lagi. Beliau sibuk dengan urusan bisnis yang membuatnya lupa apa arti keluarga yang sebenarnya. Memang papanya mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhannya dan Syakila. Tapi, tak bisakah beliau meluangkan waktu untuk berkumpul sebentar sekadar berbincang-bincang dengan kedua anaknya?
Ryan tak tahu apa alasan sebenarnya. Mengapa seorang wanita yang ia sayangi tega meninggalkan suami dan anak-anaknya? Padahal ia sudah mendengarkan apa yang diucapkan wanita itu, belum lagi papanya. Sang papa justru selalu memberikan kasih sayang, pelukan, ciuman, dan ungkapan cinta kepada mamanya. Tapi mengapa sang mama pergi meninggalkannya? Mengapa?
Ingin rasanya Ryan bertanya kepada Tuhan. Mengapa sang mama tega meninggalkannya? Dimana Tuhan waktu itu? Mengapa Tuhan tak mencegah mamanya agar tak pergi dari sisinya? Ryan merindukan dekapan sang mama. Ryan merindukan ocehan sang mama saat mamanya tahu kalau Ryan diam-diam pergi bermain dan tidak belajar. Ryan merindukan ciuman sang mama. Ryan merindukan semua yang ada pada wanita itu. Ryan amat merindukannya.
Kini ia hanya bisa memandang wajah sang mama dari foto yang masih ia simpan secara diam-diam. Disini Ryan hanya bisa menangis dan mencium foto sang mama sambil mendoakannya semoga Tuhan selalu melindungi mamanya itu.
Tanpa diduga, tiba-tiba Syakila masuk ke kamarnya. Dengan segera Ryan menghapus air matanya dan nenyembunyikan foto mamanya. Mungkin terdengar aneh mengapa ia langsung menyembunyikan foto mamanya. Apa kalian tahu alasannya? Itu karena ia tak akan kuasa jika Syakila menanyakan siapa wanita yang ada di foto itu. Syakila tak mengetahui wajah sang mama, dulu pernah Syakila bertanya hal itu. Tapi sang papa memberikan pengakuan yang membuat Ryan membenci lelaki itu setengah mati.
Bagaimana tak membencinya? Dengan ringannya papanya mengatakan kalau mama mereka telah tiada dan tidak ada foto sang mama karena semuanya sudah terbakar sejak kepergian mamanya. Sungguh saat mendengar itu ingin rasanya Ryan mendaratkan pukulan di wajah lelaki itu. Tapi ia tak akan melakukan itu, seburuk-buruknya Ryan, ia tak akan berani memukul lelaki yang berjuang demi dirinya dan adik tercintanya.
"Kakak, itu foto siapa? "
"Ooo, itu fotonya Kak Cia. Kila mau lihat? Sini," tanpa ancang-ancang Syakila langsung lompat ke kasur Ryan.
Ryan memang sengaja menyimpan foto Gracia, sudah bertahun-tahun foto wanita itu di kamarnya. Foto dimana Gracia mengenakan gaun yang sangat indah, dengan membawa balon-balon berbentuk love yang dengan sengaja ia tulis namanya, nama Ryan, dan nama Syakila.
"Kak, wajah Kakak sama wajah Kak Cia kok mirip banget ya"
"Iya, tahu nggak kenapa?"
"Nggak tahu. Emangnya kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Tuhan [ON GOING]
Teen FictionKita saling tolak-menolak layaknya perahu yang kudayung ke belakang namun perahu itu malah bergerak ke depan. Itulah kita yang mungkin tak akan pernah bersatu. Ingin sekali ku menghapus perbedaan ini, tapi sangat sulit untuk menghapusnya. Entahlah a...