Sebelum baca boleh dong kasih love warna biru💙
.
.
.
.Terima kasih semuanya
HAPPY READING !!!
.
.
.
.Belum tentu orang yang selama ini tersenyum itu berarti mereka bahagia
Karena bisa jadi mereka tersenyum untuk menutupi kesedihan mereka
Karena mereka tahu, untuk apa menceritakan kisah pilu pada mereka yang belum tentu tulus menyayanginya
Bukannya bersedih mereka akan bahagia mendengar kisah pilu kita dan itu hanya akan menambah kesedihan bukan mengurangi atau bahkan menghilangkan~Skenario Tuhan~
---
"Syakila Kak Ryan pulang," ucap Ryan setengah berteriak.
Krik...krik..krik..krik. Hening. Tidak ada sahutan dari Syakila sama sekali. Ryan merasa heran, karena baru pertama kali Syakila tak membalas panggilannya. Bahkan ini pertama kalinya Syakila tidak menunggunya di depan pintu atau di ruang tamu tanpa ada alasan yang jelas. Ryan tak marah, hanya saja rasa khawatir langsung hadir di dalam dirinya, padahal jika dilihat dari jam yang melingkar di pergelangan tangannya Syakila semestinya sudah ada pulang sekolah sejak tadi.
Daripada ia semakin khawatir akhirnya ia memutuskan untuk menemui Bibi yang tengah memasak di dapur. Ketika sudah sampai di dapur, aroma tumisan bumbu nasi goreng langsung masuk ke indera penciuman Ryan. Dan tanpa diragukan lagi perut yang beberapa jam lalu sudah diisi dengan bakso Pak Mailpun kini ingin dimasuki nasi goreng buatan Bi Jum yang sangat enak. Saking enaknya sering dirinya dan Syakila menambah porsi makan mereka dari biasanya.
"Nasi goreng? Kok gue jadi bahas nasi goreng sih. Gue kesini kan mau tanya Syakila, kok jadi bahasnya nasi goreng. Astaga emang dasar nih pikiran, isinya makanan semua. Yaiyalah karena makanan gue cinta sama hidup. Hahahaha i love my life, because my life is you. Hmm ralat pikiran gue isinya makanan, Papa, Syakila, Gracia, Anisa, teman-temannya dan Mama. Mama?"
"Eh Ya Allah Den Ryan ngagetin Bibi aja. Pantes Bibi denger suara orang ngomong sama cekikikan, ternyata Den Ryan toh Bibi kira hantu"
"Apa? Hahaha masa muka ganteng gini hantu Bi?"
"Kan tadi nggak lihat mukannya Den. Jadi nggak tahu. Ya mana Bibi tahu? Bibi kan ikan"
"Hahahahahha astaga Bibi"
"Hehehe, mau ngapain di dapur? Makan ya? Haduh maaf Den makananannya belum siap"
"Emm Syakila kemana Bi? Tumben nggak nungguin Ryan kayak biasanya. Bibi tahu kan biasanya Si Bocil satu itu kalo Ryan dateng langsung ditanya 'Kak Ryan bawa makanan nggak?', 'Kak Ryan beliin Syakila maryam nggak?', 'Kak Ryan bawa ice cream nggak?'. Dan pertanyaan lainnya. Dasar emang Si Bocil satu itu, dikira gue habis jalan-jalan apa ditanya kayak gituan. Orang gue habis sekolah, ya nanyanya bisa kalik seputar 'sekolahnya seru nggak Kak?' Dasar emang Si Bocil satu ini"
"Ih Syakila bukan bocil"
"Eh bocilnya udah dateng"
"Astaga Kila bukan bocil ya"
"Mana ada bocil ngaku?"
"Ih Kak Ryan, Syakila bukan bocil. Titik. Syakila itu udah besar. Udah pintar"
"Yakin sudah bukan bocil lagi? Oke, mulai sekarang yang bagian nyuci baju bukan Bibi sama Bang Ryan lagi, tapi semua baju Syakila yang nyuci"
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Tuhan [ON GOING]
Teen FictionKita saling tolak-menolak layaknya perahu yang kudayung ke belakang namun perahu itu malah bergerak ke depan. Itulah kita yang mungkin tak akan pernah bersatu. Ingin sekali ku menghapus perbedaan ini, tapi sangat sulit untuk menghapusnya. Entahlah a...