[9] Menyesal?

305 16 0
                                    

Boleh dong sebelum baca kasih love warna biru💙

Happy Reading !

Kita tak perlu berubah menjadi orang lain agar dicintai orang yang kita cintai
Lebih baik jadi diri sendiri. Karena hal yang menjadi ciri khas kita akan dirindukan saat semuanya hanya tinggal kenangan
~Skenario Tuhan~

---

"Sudah faham anak-anak?"

"Sudah Bu"

"Baiklah kalau begitu silahkan kalian kerjakan uji kompetensi halaman seratus dua puluh sampai seratus dua puluh lima romawi satu sampai romawi tiga. Soal tidak usah ditulis langsung jawaban dikerjakan di buku tugas. Bel harus kalian kumpulkan. Ketua kelas mana?"

"Iya Bu?"

Seorang laki-laki tampak mengangkat tangannya dan ia sudah tahu apa yang akan diperintahkan oleh Bu Tuti. Apalagi kalau bukan dia yang harus mengumpulkan pekerjaan teman-temannya ke meja guru miliknya. Tak lama kemudian Bu Tuti pamit meninggalkan kelas dan para siswa kelas XI-MIPA 2 langsung mencium tangan beliau.

"Buset nggak kurang banyak tugasnya?"

"Hahahahaha. Kaget lo Yan?"

"Woy Put bayangin ya. Waktu kita cuma lima belas menit dan kita disuruh ngerjain tugas kimia sebanyak ini? Oh Tuhan"

"Makannya lo jangan nyerocos aja. Buruan kerjain biar lo selesai"

"Males ah. Lo aja yang ngerjain entar gue nyontek lo. Beres kan?"

Putra langsung menjitak kepala sahabat barunya itu. Enak saja dia yang susah payah berpikir dan Ryan langsung saja menyalin jawabannya. Satu dua kali tak apa. Ini sudah tiga kali Ryan meminta hal yang sama. Jika Putra biarkan Ryan seperti ini maka secara tak langsung Putra membiarkan Ryan menjadi anak pemalas. Dan Putra tak mau itu terjadi.

"Nggak. Enak aja lo, lo kira gue mesin cetak? Pokoknya gue nggak mau. Yang ada nanti lo tambah males jadi anak"

"Pelit banget sih lo"

"Lo kerjain dulu yang lo bisa. Nanti kalo ada yang nggak bisa baru gue kasih tahu"

"Kalo gue nggak bisa semuanya gimana?"

"Nikah aja sana lo"

"Buset punya temen pelit amat. Coba ada Maudy pasti gue tinggal nyontek"

"Udah buruan kerjain"

"Iya-iya. Bawel banget jadi cowok"

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat dan sungguh keajaiban Ryan bisa menyelesaikannya tepat waktu tanpa bertanya pada Putra sekalipun. Kalau tidak bisa ia hanya mencari tahu dalam buku kitabnya dan juga buku catatannya. Bukan seperti sekelompok siswa yang sudah duduk melingkar di pojok kelas yang lebih memilih mengetahui jawaban soal melalui penyelamat mereka setiap saat. Apalagi kalau bukan brainly. Aplikasi yang sangat dibutuhkan para siswa saat tidak tahu jawaban dan saat malas menyerang mereka. Tidak untuk Ryan saat ini. Entah jin apa yang telah merasuki dirinya sampai-sampai ia menjadi sangat rajin dalam waktu yang singkat.

"Don ini punya gue sama Putra"

"Iya makasih. Satu, dua, tiga, tiga puluh, tiga puluh satu, tiga puluh dua. Woy yang belum ngumpulin siapa?"

"Yang nggak masuk satu, yang dispen satu. Berarti kurang dua," ujar Bunga yang menjabat sebagai sekretaris kelas.

"Ayo dong guys ngaku dong. Siapa nih yang belum ngumpulin?"

Skenario Tuhan [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang