[15] Mencoba Berubah

204 14 2
                                    

Sebelum baca boleh dong kasih love warna birunya💙
.
.
.
HAPPY READING !!!
.
.
.

Kalian boleh bersedih
Bahkan kalian boleh menangis
Menangislah, kalian menangis bukan karena kalian lemah
Tetapi kalian menangis karena kalian ingin mengurangi beban yang tengah menghantui kalian
Jadi menangislah
Tapi jangan lupa masih ada orang yang setia menunggu senyumanmu bahkan tawamu menyapa indera pendengaran mereka

~Skenario Tuhan~

---

Di dalam mobil, Anisa memperbanyak melantunkan istighfar untuk meminta ampun kepada Allah swt. Ia menyesal bagaimana ia bisa teledor dengan mengizinkan Lita untuk memberikan nomernya pada Ryan. Sedari tadi hatinya tidak tenang, bahkan ia merubah posisinya berkali-kali hingga membuat Arul sedikit terganggu.

"Dek lo kenapa sih?"

"Kenapa apanya?"

"Lo kok kayak nggak tenang gitu"

"Hmmm"

"Oh ya Dek. Lo beneran ngasih nomer Lo ke Ryan? Tumben banget. Bukannya lo nggak suka ngasih nomer ke laki-laki kalo nggak ada urusan?"

"Nggak sengaja Bang"

"Kok bisa?"

Anisa menceritakan kejadian yang terjadi di warung Pak Syam tadi. Bukannya prihatin dengan nasib adiknya, Arul malah tertawa seolah tengah bahagia karena Ryan berhasil mendapatkan nomer teleponnya. Anisa merasa sangat jengkel melihat tingkah Abangnya. Dirinya merasa menderita tapi Abangnya justru tertawa bahagia diatas penderitaannya. Dasar Abang nggak tahu diri memang!

"Abang bukannya prihatin malah ketawa. Gimana sih?"

"Prihatin sih prihatin. Cuma lucu aja kalo di chat lo juga digombalin Ryan. Entar lo klepek-klepek lagi sama dia"

"Ih Naudzubillah Anisa nggak mau Bang. Amit-amit dah"

"Terserah lo dah"

Saat Anisa mencemberutkan bibirnya tiba-tiba dari dalam tasnya terdengar suara notifikasi dari benda berbentuk persegi panjang. Iapun mengeluarkannya dan membaca pesan dari nomor yang tidak dikenal.

+6285*********

Halo bidadari surgaku. Jangan lupa save nomer ku ya. Ryan. Calon imam masa depan😉

Anisa hanya bisa mengelus dada dan menambah stok kesabarannya. Semenjak ada Ryan, ketenangan hidupnya perlahan mulai hilang. Baru pertama mengirim pesan kepadanya saja sudah seperti itu. Bagaimana jika Ryan terus menerus gencar mengirim pesan padanya setiap hari? Bisa-bisa Anisa pingsan seminggu sekali. Ia tak akan mengabulkan permintaan Ryan untuk menyimpan nomernya. Jika Ryan masih terus mengganggunya lewat chat, ia tak akan segan-segan memblokir nomor orang yang mengaku sebagai calon masa depannya ini.

"Dari Ryan ya Dek?"

"Iya Bang. Males banget sumpah. Ya Allah nih anak kenapa coba harus hadir di kehidupan aku? Bikin badmood terus tahu nggak Bang? Masa baru pertama chat udah ngaku-ngaku calon imam Anisa. Kan males banget"

Skenario Tuhan [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang