Chapter 17

186 28 7
                                    

Saat So hyun baru saja tiba di depan rumah, ponselnya bergetar, dan ternyata itu Myung soo. Seketika senyumnya merekah.

"Kenapa kamu pergi sendirian?" tanya Myung soo tajam.

"Aku hanya pergi sebentar, aku harus mengambil beberapa pakaian ganti." Ucap So hyun.

"Aku akan segera kesana, 1 jam lagi aku baru selesai bekerja." Myung soo, lagi-lagi terlalu mengkhawatirkannya.

"Sudah... tidak perlu, aku hanya butuh waktu 30 menit." Jelas So hyun, menenangkan.

"Apa kamu pikir ini candaan?" suara Myung soo sudah mulai menunjukkan bahwa ia kini sedang menahan amarahnya.

"Posisiku kan selalu terpantau di GPS ponselmu tidak usah khawatir." Lalu terdengar helaan nafas Myung soo

"Hati-hati. Setelah selesai segera pulang."

So hyun menggelengkan kepalanya. Betapa Myung soo sangat protektif, terutama setelah kejadian Chi hoon yang tertembak. Setelah adegan So hyun yang menangis dipelukkan Myung soo, terhenti. Hal pertama yang dikatakan Myung soo adalah meminta So hyun untuk tinggal bersama Myung soo, bahkan bisa dikatakan memaksa, Myung soo membujuknya dengan berbagai alasan.

Karena apartement Myung soo memiliki keamanan yang lebih terjamin.

Karena tempatnya lebih dekat dengan kantor polisi.

Dan yang paling utama adalah, karena Myung soo tidak perlu khawatir setiap malam, karena ia bisa melihat So hyun aman disisinya.

Dan itu juga yang membuat So hyun setuju, karena ia merasa aman saat berada disisi Myung soo.

So hyun memasuki rumahnya, setibanya di kamar, ia dikejutkan dengan sebuah suara. "Selamat datang So hyun." sontak So hyun segera mengarahkan pandangannya ke arah suara itu. Disana, tepat 5 langkah dari hadapannya, Minho berdiri mengunci tatapannya pada So hyun, dengan bibirnya yang menyeringai.

Secara beberapa detik yang mengejutkan itu, So hyun tak bisa memikirkan hal lain, kecuali untuk segera lari menjauh dari Minho. Namun, baru saja So hyun sejengkal menggerakkan badan untuk berbalik. Dengan gerakkan cepat Minho mengeluarkan pistolnya dan menodongknnya pada So hyun.

"Jika kamu lari lagi dariku, jangan salahkan aku jika kakimu tertembak." ucap Minho, matanya tampak berapi-api memancarkan amarah.

Tentu So hyun tak akan bersikap bodoh dengan melawan Minho.

"kenapa kamu melakukan ini? Aku tidak melakukan apa-apa," ucap So hyun, mengeluarkan rasa frustasinya. Namun, Minho menjawab pertanyaan itu dengan sebuah tawa yang semakin membuat So hyun bergetar takut.

"TIDAK MELAKUKAN APA–APA? Kamu lebih memilih si pecundang itu dari pada aku So hyun!." Bentak Minho.

"Lee Chi hoon? Maksudku Lee Jinki?" tanya So hyun.

"Tidak, pecundang lainnya. Kai."

"Kai? Kai dari Junior High School? Aku tidak pernah bertemu dengannya sejak lulus." ucap So hyun.

"Ya, tapi kamu menciumnya. Kamu tahu, aku bertemu dengannya beberapa tahun yang lalu. Aku ingin membunuhnya, tapi aku bertemu dengannya di Jeju. Dia menjadi seorang pecundang. Dia bekerja sebagai pelayan restoran di pinggir laut, tinggal menumpang, dan berhutang dimana-mana. Aku rasa aku tidak perlu membunuhnya, karena hidupnya sudah seperti di neraka. Dia tidak mungkin mendapatkan kamu lagi.

Tapi kemudian, aku melihatmu bersama kakakku. Jadi.... sekarang, aku harus membunuhmu!" jelas Minho.

So hyun dapat melihat, jika Minho benar-benar sudah sakit. Semua yang dikatakan Minho, mengungkapkan bahwa Minho sangat berbahaya. Minho sudah benar-benar terobsesi pada So hyun. So hyun harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan dirinya.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang