"Selamat malam," Ucap Polisi itu, setelah Minho menurunkan kaca mobilnya. "Malam, pa." balas Minho sembari tersenyum ramah. "Boleh kami lihat surat-suratnya?" Polisi itu bertanya.
Minho pun memberikan surat-surat izin berkendara dan kartu identitasnya. Setelah memeriksanya secara menyeluruh, polisi itupun mengembalikannya sembari tersenyum, yang berarti tidak ada masalah dengan surat-surat tersebut. So hyun pun harus kecewa akan harapannya untuk bisa diselamatkan.
"Kemana tujuan Anda?" tanya Polisi itu, setelah melirik secara singkat pada So Hyun yang tersenyum kaku.
"Kita akan pergi ke Jeju, Pulau Udo. Namun perlu istirahat, apakah Bapak tahu motel untuk aku dan istriku menginap?" Jawab Minho tenang.
"Pulau Udo. Tempat yang indah, sangat cocok untuk berbulan madu." Minho pun membalasnya dengan anggukan disertai senyum. "Ada motel di jalan depan sana, motelnya kecil, tapi pelayanannya cukup baik." Jawab polisi tersebut ramah, benar-benar tidak menunjukkan sedikitpun kecurigaan.
"Terimakasih. Selamat malam." balas Minho.
.
.
.
So Hyun memasuki kamar yang sudah dipesan oleh Minho, ia berjalan perlahan mengamati sekeliling kamar yang tidak terlalu luas, di tengah ruangan terdapat 1 ranjang Queen Size, 1 lemari kecil di sudut kanan ruangan. Dan ada lorong kecil yang memiliki satu pintu, sudah bisa dipastikan jika itu adalah kamar mandi.
"Aku rasa untuk saat ini, hanya ini yang bisa kita dapatkan." Ucap Minho.
So Hyun duduk di ujung ranjang, menatap TV yang tergantung di hadapan ranjang. Ia memikirkan berbagai hal yang saat ini sedang menimpanya.
"Kenapa kamu terlihat sedih So hyun?" tanya Minho, yang kini sudah berjongkok dihadapannya, menatapnya dengan pandangan cemas.
So Hyun tak menjawab, ia hanya menatap Minho. Mencoba memahami siapa yang ia hadapi saat ini. Karena jika ia melakukan kesalahan sedikit saja, Minho benar-benar bisa berubah dari sosok lembut menjadi kasar dalam waktu yang sangat singkat.
"So Hyun, terima saja ini. Kita ditakdirkan bersama. Kamu akan menjadi istriku. Detektif itu tak akan mencintaimu seperti bagaimana aku mencintaimu. Tidak ada satupun yang bisa." Ucap Minho tegas. Matanya memancarkan kesungguhan. Jika saja So Hyun tak mengingat siapa Minho sebenarnya, maka mungkin ia akan termakan ucapan itu
"Kamu benar," akhirnya So Hyun terpaksa memberikan jawaban yang ingin didengar Minho.
Kemudian So Hyun terkejut ketika ia merasakan bahwa Minho telah menciumnya. Minho bergerak begitu cepat, sehingga bahkan tak sempat untuk So Hyun hindari. Dengan kesadaran bahwa yang ada diharapannya itu adalah seorang yang berbahaya, So Hyun berusaha sekuat tenaga untuk tak mendorong Minho. Dan So Hyun sangat bersyukur saat Minho hanya mengecup bibirnya singkat.
"Aku sangat sangat mencintaimu. Kamu milikku selamanya." Ucap Minho, dengan binar senang tampak jelas diwajahnya.
Ingin menghindarkan diri dari membalas ucapan Minho, So Hyun pun bertanya. "Jadi kita akan ke Pulau Udo?"
Minho tersenyum dan menggeleng, "Tentu saja tidak. Aku hanya mengatakan itu pada mereka. Aku akan membawamu ketempat yang lebih indah. Rumah baru kita." Ucap Minho, sembari mencium kedua tangan So Hyun yang ada di genggamannya.
Tak ingin mengganggu suasana hati Minho dengan memaksanya memberitahu tempat tujuan yang sebenarnya. So Hyun pun hanya mengangguk.
"Baiklah, ini kesepakatannya. Aku akan menjauhkan senjata ini, jika kamu bersikap baik. Apakah kamu bisa melakukannya?" tanya Minho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession
FanfictionObsession menceritakan seseorang yang memiliki keinginan terhadap sesuatu. Ia akan melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya itu. Kim so hyun, harus menghadapi sesuatu yang bahkan tak pernah ia pikirkan dalam mimpi terli...