Chapter 11

210 41 3
                                    

Telah berlalu 3 minggu sejak So hyun mengurung diri dari dunia luar. Chi hoon telah meninggalkan pesan dan beberapa kali mengetuk pintu apartementnya tapi tidak pernah So hyun tanggapi.

So hyun mengabaikan perusahaannya. Ji hyo juga berkali-kali menelepon, tapi tak So hyun angkat. Saat ini So hyun sedang merasa sangat kalut dengan pikirannya, entah apa yang harus ia lakukan untuk menghadapi semuanya secara bersamaan.

Entah sudah kali keberapa So hyun menangis, bahkan wajahnya sudah tampak sangat kacau. Ji hyo dan Min gyu?, walau ada berbagai kemungkinan tapi yang terpikirkan So hyun hanyalah Min gyu berselingkuh dengan Ji Hyo.

Bagaimana bisa orang yang sangat So hyun percayai melakukan ini padanya? Bagaimana bisa? Kapan semua ini dimulai?. Selama ini So hyun berpikir jika Ji hyo membenci Min gyu. Apa itu hanya akal-akalannya agar So hyun menjauhi Min gyu? Begitu banyak pertanyaan di otak So hyun, tapi ia belum siap menghadapinya sekarang. Tidak sekarang.

Terdengar dering telepon rumah, So hyun tak mengangkatnya. Hingga masuk pesan suara yang secara otomatis terekam dan terputar "Kim so hyun, aku sudah menelepon ratusan kali. Kemarin pemakaman Kim min gyu, kamu tidak hadir. Aku tahu kamu memiliki banyak pertanyaan untukku, Aku sudah menyiapkan diri untuk menjawab semuanya. Tapi itu bukan seperti apa yang kamu pikirkan, tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskannya. Tolong telepon aku, aku menyayangimu So hyun" ucap Ji hyo pada pesan suaranya, jelas suaranya menyiratkan kekhawatiran.

Setelah mendengar pesan suara Ji hyo, So hyun terdiam beberapa saat lalu tiba-tiba ia berdiri. Seperti terkejut akan sesuatu. "Aku lelah dengan semua ini." ucap So hyun, pada dirinya sendiri. Lalu dengan gerakan perlahan, bagai tubuh tak bernyawa So hyun berganti pakaian. Menggunakan hoodie hitam, celana jeans panjang dan juga topi hitam. Bukan penampilan So hyun yang biasanya.

So hyun keluar dari apartemennya, berjalan tanpa tujuan, melangkah dengan kaki yang seperti memiliki keinginannya sendiri. Hingga ia terhenti di salah satu taman kota, ia lalu duduk di kursi yang ditemukannya. Baru ia sadari, jika kakinya terasa sangat pegal. Entah sudah seberapa jauh ia berjalan.

"apa yang kamu lakukan disini, malam-malam begini So hyun?"

So hyun mengerjap, sangat terkejut. Ia mendongakkan kepalanya dan mendapati Myung soo yang berdiri beberapa langkah dihadapannya. Myung soo yang melihat kekagetan So hyun itu hanya bisa tersenyum dan menahan tawanya.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya So hyun, setelah reda dari rasa terkejutnya.

Myung soo menunjuk ke sebrang jalan, yang ternyata kantor polisi tempat Myung soo bertugas. "Aku yang seharusnya bertanya seperti itu So hyun. Apa yang kau lakukan disini? Pada pukul 3 pagi" ucap Myung soo, dengan penuh penekanan diakhir katanya.

So hyun mengangkat bahunya, "aku.... hanya berjalan-jalan"

"So hyun.... jalan-jalan pada jam seperti ini sungguh berbahaya" ucap Myung soo, namun So hyun tak menanggapi peringatan Myung soo. Melihat hal itu, membuat Myung soo menghela nafasnya, lalu ia duduk di samping So hyun. "apa yang terjadi So hyun?" tanya Myung soo.

"Aku tak tahu, oppa. Min gyu...dan Ji..." So hyun tak kuasa melanjutkan ucapanya, ia tak bisa menahan isak tangisnya. Myung soo terkejut, Min gyu?... So hyun masih menangisi lelaki itu?. Namun, Myung soo menyingkirkan semua pemikiran itu. Saat ini, yang sangat ia inginkan adalah membuat So hyun tenang, dan kembali tersenyum.

Dengan perlahan, Myung soo menarik So hyun kedalam pelukannya, ia mencium puncak kepala So hyun. Mendekapnya erat, ia ingin menjadi sandaran So hyun. Saat ini, dan selamanya......

.

.

~ ~ ~ ~

.

Sedangkan, ditempat lain Chi hoon terlihat tengah berjalan dari dapur menuju ke kamarnya. Karena ia terbangun tengah malam, dan merasa haus. Lalu tiba-tiba ia mendengar suara ketukan sepatu di lantai. "Siapa disana? tunjukkan dirimu" ucap Chi hoon, dengan suara yang menggema ke seluruh penjuru ruangan. "Aku rasa aku butuh tidur" ucap Chi hoon, menganggap jika dirinya tadi itu hanya salah dengar. Lalu tiba-tiba semua lampu menyala.

Ia merasakan kehadiran seseorang dibelakangnya, lalu Chi hoon berbalik dan ia dikejutkan dengan seseorang yang entah bagaimana telah berdiri dihadapannya. "Apa yang kau lakukan?" ucap Chi hoon saat melihat wajah seseorang yang ada dihadapannya. "Aku pikir kamu sudah mati" ucap Chi hoon lagi.

Laki-laki dihadapannya tertawa, dia adalah Choi Minho "Aku tidak mati kakakku tersayang" ucap Choi Minho. "Aku rasa kamu sudah mengetahui dengan pasti keberadaanku" tambahnya.

"Jadi ini penyamaran terbarumu?" Ucap Chi hoon sinis. "Aku tahu selama ini kau mengawasiku" tambah Chi hoon.

"Sebenarnya, aku tidak mengawasimu. Tapi bisa kau bayangkan betapa terkejutnya aku saat melihatmu?. Apa yang terjadi? apa yang kamu lakukan?" ucap Minho dengan amarah yang sudah tampak jelas dalam pancaran matanya.

"Aku sungguh tak mengerti apa yang kamu bicarakan" ucap Chi hoon, tak menghiraukan Minho yang sedang menahan amarahnya.

"KIM SO HYUN!!" bentak Minho.

"Oh.... So hyun. Secara tidak sengaja aku bertemu dengannya. Bukankah itu lucu?" ucap Chi hoon, dengan tetap tenang. Mengabaikan kemarahan adiknya itu.

"Beraninya kau, pembohong" geram Minho

"Mengapa kau begitu marah. Little Brother?" ucap Chi hoon, dengan tampang tak bersalahnya.

Tiba-tiba Minho mengeluarkan pistolnya dan menodongkannya di depan kepala Chi hoon.

"Aku tahu, kau tak mungkin menembakku" ucap Chi hoon, tampak tak terpengaruh dengan tindakan Minho yang tampak berbahaya itu. Tak bisa lagi menahan emosinya Minho mengarahkan pistolnya keatap, dan melepaskan tembakannya.

Chi hoon terperanjat, ia terkejut dengan tindakan adiknya itu. "Apa yang salah denganmu?"

Minho menyeringai, "Itu adalah peringatan, sekarang mulailah. Jelaskan"

"Oke, oke.... Jadi..... aku mengencaninya" ucap Chi hoon, memulai penjelasannya.

"Berapa lama?" tanya Minho

"4 bulan" Jawab Chi hoon.

"4 bulan? jadi kamu tahu tentangku?" tanya Minho.

"Apa yang kamu maksud? tahu tentangmu?" Chi hoon bertanya balik, karena ia benar-benar tak mengerti dengan ucapan Minho.

"Choi Minho. Milioner? Seseorang yang merencanakan lamaran untuk sahabatnya? Lamaran yang gagal" jelas Minho.

Chi hoon mengerlingkan matanya, "Jadi kau sudah merencanakan sesuatu. Kau bahkan mengganti margamu. Aku tak menyadari, bahwa itu kau. Choi Minho, jadi itu namamu kini"

"Lee chi hoon, jadi itu sekarang namamu?" balas Minho.

"Ya, aku rasa Chi hoon terdengar bagus." Ucap Chi hoon, dengan senyum liciknya. "Apa yang selama ini kau lakukan?" tanya Chi hoon.

"Apa yang kamu pikirkan tentangku, hyung?. Jangan menganggap aku adalah orang yang sama ketika aku berusia 13 tahun. Seorang pecundang, aku mengakuinya. Tapi.... aku berubah semenjak hal itu terjadi." Jelas Minho.

"Apa kamu melihat bunga yang aku kirim pada So hyun?" ucap Minho

"Ah... Tentu saja kamu yang mengirimkan bunga-bunga itu. Kamu selalu berbakat dalam membuat sebuah drama. Sekarang, kamu sudah memancing polisi. Good job." Chi hoon memberikan tepuk tangan ringan, jelas mengejek perbuatan adiknya itu.

"Aku tidak pernah berfikir jika kamu masih menginginkan So hyun setelah setahun belakangan, tak ku dengar kabarmu. Jadi sekarang apa? kamu berharap menikah dengannya?" tanya Chi hoon.

"Oh, tidak, tentu tidak. Aku punya rencana yang lebih baik untuk Kim so hyunku yang tercinta" ucap Minho, dengan seringainya.

Chi hoon sungguh terkejut. "Apa itu?" ucapnya, menyembunyikan kepanikannya.

"Aku akan membunuhnya" ucap Minho, tak terbantahkan.

---------------------------------

Bersambung.........

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang