Chapter 20

233 33 6
                                    

Setelah Minho memberikan kabar yang bagaikan mimpi buruk itu, So Hyun pun mulai merencanakan cara melarikan diri yang selama ini dipikirkannya. Ia berkeliling ke setiap ruangan yang memiliki jalan keluar, hanya terdapat 2 pintu keluar dilantai 1. Pintu belakang terkunci, sedangkan ia tidak mungkin melewati pintu depan karena Minho saat ini sedang ada diluar, menelepon beberapa orang untuk persiapan pernikahan.

So Hyun mulai menaiki tangga, dilantai 2 hanya terdapat 1 pintu keluar yang ada di balkon, dan tak mungkin ia memilih jalan tersebut. Karena balkon itu berada tepat diatas, tempat Minho duduk. Sangat tidak mungkin jika Minho tidak melihatnya melewati tempat tersebut. Melihat seluruh jende la, So Hyun pun menggelengkan kepalanya putus asa. Semua jendela dipasang penghalang yang terbuat dari besi, mana mungkin ia bisa melepaskannya.

Desahan nafas frustasi keluar dari mulut So Hyun, waktu terasa berjalan semakin cepat. Ia harus cepat mengambil keputusan, sekarang atau tidak sama sekali. Dengan air mata yang mengalir, ia pun berjalan dengan cepat menuju dapur. Saat melirik kearah luar, ia melihat Minho masih disana. Ia harus bergegas, sebelum Minho masuk dan berusaha menghentikannya.

Dengan cepat, So Hyun mengambil pisau. Lalu ia berlari menuju kamar mandi yang berada di kamarnya. Sesampainya disana, ia mengunci kamarnya. Setidaknya itu bisa memperlambat Minho untuk menemukan dirinya. Setelah masuk ke kamar mandi, So Hyun pun mengunci pintunya. So Hyun melangkah perlahan mendekati bathtub, air mata masih terus mengaliri kedua pipinya.

Dengan tangan gemetar So Hyun menyalakan keran untuk memenuhi bathtub dengan air, berbagai bayangan berkelebat di pikirannya. Pertemuannya dengan Chi Hoon, kejadian yang menimpa Ji Hyo yang membuatnya bertemu dengan Myung Soo, lalu Mingyu dan kemudian Minho. Luar biasa bagaimana kehidupan So Hyun berjalan dalam beberapa bulan terakhir.

Kini ia terjebak di tempat ini, bersama dengan orang yang harus ia waspadai setiap detiknya. Sudah berhari-hari So Hyun berharap Myung Soo datang untuk menyelamatkannya. Namun, sepertinya waktu untuk menunggu harus berhenti sampai disini. So Hyun harus menyelamatkan dirinya sendiri.

Secara perlahan, So Hyun memasuki bathtub yang sudah terisi air setengah penuh. Setelah terdiam beberapa saat dalam posisi duduknya, So Hyun pun menatap pisau yang sejak tadi di genggamnya. Dengan tangan yang gemetar, ia mengarahkan pisau itu ke pergelangan tangan kirinya. Memejamkan matanya selama beberapa saat, So Hyun meyakinkan dirinya jika ini adalah keputusan terbaik. Secara perlahan So Hyun membuka matanya, ia mengerahkan tenaga yang tersisa ditubuhnya untuk mulai menggores pergelangan tangan kirinya.

"So Hyun.... So Hyun...." Panggilan Minho membuatnya panik. Suara ketukan dipintu kamarnya mulai semakin mengeras. "So Hyun.... So Hyun, mengapa kamu mengunci pintunya?" Minho berteriak. Lalu dengan gerakkan cepat So Hyun pun akhirnya menggoreskan pisau itu. Rasa sakit yang So Hyun rasakan menyadarkan dirinya bahwa yang dilakukannya itu nyata, bahwa ia telah melakukannya. Darah mengalir dari luka yang baru dibuatnya itu, membuat air yang sudah memenuhi bathtub mulai berwarna merah.

Suara air yang mengalir keluar dari bathtub dan suara dobrakan pintu mulai mengantarkan So Hyun pada kantuknya. Matanya kini mulai terasa berat untuk terbuka, ia hanya mendengar suara gedebuk dan ribut-ribut dikamar semakin terasa samar, dan yang semakin meyakinkan dirinya bahwa waktunya sudah dekat adalah ketika ia mendengar suara Myung Soo yang memanggilnya, dan saat pintu kamar mandi berhasil didobrak terbuka ia melihat Myung Soo. So Hyun pun tersenyum dan memejamkan matanya, setidaknya hal terakhir yang dilihatnya adalah seseorang yang dicintainya, entah itu nyata atau hanya ilusi. Itu sudah cukup.


Myung Soo POV

Setelah mendiskusikan misi penyelamatan So Hyun, akhirnya Myung Soo melakukan hal yang tak pernah dilakukannya, yaitu meminta bantuan Ayahnya. Bukan karena keduanya tidak dekat, namun Myung Soo terbiasa melakukan semuanya sendiri. Ia tumbuh besar menjadi seorang pria yang mandiri dan bertanggung jawab. Mengingat keluarganya memiliki bisnis di bidang Airlines, Ayahnya menginginkan Myung Soo untuk menjadi pilot, namun hal itu tidak terwujud karena Myung Soo lebih memilih untuk menjadi Detektif. Myung Soo ingin membuktikan bahwa dirinya dapat berdiri diatas kaki sendiri.

Berkat bantuan Ayahnya yang meminjamkan jet pribadinya dan mengurus segala macam perizinan hanya dengan satu panggilan telepon. Dengan mudah Myung Soo dan Sung Gyu bisa tiba di pulau Gapado. Kemudian yang membutuhkan waktu cukup lama dari semua hal adalah menemukan posisi pasti keberadaan Minho dan So Hyun. Setelah pencarian yang panjang, dengan mengumpulkan berbagai informasi, akhirnya Myung Soo dan Sung Gyu mencurigai sebuah kabin yang bertempat cukup jauh dari pemukiman warga. Lalu tanpa berlama-lama, Myung Soo dan Sung Gyu langsung menuju lokasi tersebut.

Setibanya di kabin, Myung Soo langsung memiliki perasaan yang kuat, jika So Hyun berada disini. Melihat pintu depan yang terbuka, membuat Myung Soo memiliki firasat buruk jika Minho telah membawa So Hyun pergi dari sini. Dengan cepat Myung Soo memasuki kabin, dari pintu depan ia bisa mendengar suara seorang pria yang memanggil-manggil nama So Hyun dengan keras. Minho, itu pasti Minho. Apa yang sedang terjadi?

Myung Soo pun berlari mengikuti arah suara, ia melihat Minho yang tengah berusaha mendobrak pintu dan ketika pintu itu terbuka. Ia dapat melihat jika itu adalah sebuah kamar, dengan cepat namun hati-hati, Myung Soo pun menyergap Minho. "Dimana So Hyun?" tanya Myung Soo. Minho tidak menjawab, ia berusaha untuk melepaskan diri. "Jawab pertanyaanku, dimana So Hyun?" tanya Myung Soo lagi, memperkuat pegangannya hingga Minho mendesis kesakitan.

Myung Soo sudah tidak bisa menahan diri, ia akhirnya melepaskan tonjokkan pada wajah Minho. "So Hyun hanya milikku," ucap Minho sembari tersenyum. Hal itu tentu semakin menyulut kemarahan Myung Soo, ia kembali memberi pukulan diwajah Minho dua, tiga kali hingga akhirnya Sung Gyu menghentikannya. Myung Soo pun berdiri, menjauhkan diri dari Minho agar ia tak tergoda untuk segera menghabisinya. Myung Soo mengatur nafasnya yang masih memburu karena emosi.

Keadaan yang sejenak hening membuatnya dapat mendengar aliran air dari arah kamar mandi. Dengan segera ia menjadi sadar, Myung Soo mencoba membuka pintu kamar mandi. Namun tampaknya pintu terkunci dari dalam. "So Hyun, So Hyun." panggil Myung Soo setengah berteriak, sembari menggedor-gedor pintu. Tak ada jawaban, firasatnya menjadi semakin buruk. Myung Soo pun memundurkan tubuhnya, dan dengan sekuat tenaga ia mendobrak pintu tersebut.

Pintu langsung terbuka, ia dapat melihat air yang menggenang dilantai. Tidak, Tidak.....

Ia menggelengkan kepalanya, air itu berwarna merah, darah. Myung Soo mengangkat kepalanya, disana, di bathtub. Ia akhirnya melihat seseorang yang telah dicarinya selama berhari-hari. Orang yang begitu ia cintai. So Hyun.

So Hyun berbaring disana, dengan mata terpejam. Bathtub yang berwarna putih itu begitu kontras dengan air yang ada didalamnya. Air itu tercampur darah, darah So Hyun.....

Dengan langkah cepat Myung Soo menghampiri So Hyun. "So Hyun, So Hyun," panggil Myung Soo. Ia menyentuh pipi So Hyun, dingin. Kulit So Hyun begitu dingin, hatinya berdenyut nyeri. "So Hyun, aku disini. So Hyun," Myung Soo kembali memanggil So Hyun. sembari menepuk pipinya lembut. Tak ada jawaban.

Dengan cepat Myung Soo mengangkat So Hyun keluar dari bathtub, disana ia dapat melihat luka di pergelangan tangan So Hyun. Luka yang masih mengalirkan darah. Ia melihat kesekeliling, lalu mengambil handuk kecil yang tersampir di samping bathtub. Dengan tangan bergetar, Myung Soo mengikatkan handuk di pergelangan tangan So Hyun yang terluka kuat-kuat. Dengan cepat ia mengangkat So Hyun, untuk segera membawanya kerumah sakit.

"Bertahanlah So Hyun, kumohon...."

.

.

.

.

.

Bersambung.......

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang