Tidak saling bertanya kabar. Tidak saling bertegur sapa. Tidak saling bertatap wajah.
Tapi saling bercengkrama lewat doa. Semoga kelak akan dipertemukan dengan cara yang luar biasa.💦
Azzahra Putrilia Mawardi, biasa dipanggil dengan sebutan Zahra, gadis remaja berusia 17 tahun. Tiga bersaudara dengan satu kakak laki-laki dan satu adik laki-laki. Kehidupan keluarganya terbilang harmonis. Hidup dalam keluarga Mawardi membuatnya tidak pernah merasa kekurangan. Tapi meski begitu, dia bukan gadis yang selalu ingin ini dan itu. Zahra selalu merasa cukup dengan apa yang ia punya dan hanya akan membeli sesuatu jika ia benar-benar membutuhkannya.
Bisa dibilang, Zahra memiliki rasa penasaran lebih tinggi dibanding teman-temannya yang lain. Ia selalu ingin mencari tau dan selalu ingin belajar hal baru. Mungkin karena hal itu ia jadi termasuk jejeran rangking teratas di kelasnya. Peringkat satu selalu ia dapati sampai kini ia duduk di bangku kelas 3 SMA Negeri favorit yang ada di Jakarta.
Mengenai fisiknya, Zahra termasuk gadis berparas manis. Senyumnya meneduhkan, suara tawanya enak didengar. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, namun juga tidak terlalu pendek. Kulitnya putih bersih. Tidak aneh kalau banyak siswa yang menyukainya di sekolah.
Tapi, Zahra menghindari status pacaran. Selain dilarang oleh agama, ayah, ibu dan kakaknya, Zahra juga merasa kalau status itu tidak menguntungkan sama sekali. Yang ada banyak ruginya. Namun meski begitu, ia tidak masalah jika hanya berteman dengan laki-laki, tentunya dengan batasan-batasan dan pengawasan dari sang kakak super posesifnya.
"Hhaaah," Zahra menghela napas panjang. Ia membawa sapu juga serokan yang tadi dipakai untuk bersih-bersih lantai dan meletakkannya di dalam lemari sudut kelas.
Dengan menyeret langkahnya, ia kembali duduk di kursi yang bersebelahan dengan Azkiya atau biasa dipanggil Kiya yang merupakan sahabat sehidup Zahra sedari kecil.
"Sayang yah, ganteng-ganteng tapi aneh."
Zahra yang mendengar gumaman teman sebangkunya itu ikut melirik ke arah pintu keluar, dimana ada seorang lelaki yang kini sudah berjalan melewati kelasnya. Jelas sekali terlihat kalau lagi-lagi lelaki itu berjalan sambil komat-kamit dan memainkan jemarinya.
"Lo nih ngurusin orang mulu."
Kini, Kiya yang sedari tadi menopang dagunya berpaling menghadap Zahra. "Gue cuma menyayangkan."
"Mungkin udah bawaanya kaya gitu."
Kiya terdiam, lalu teringat akan sesuatu. "Gak penasaran apa lo?!"
Zahra mengangkat kedua alisnya bertanya. Kiya yang peka dengan kode itu pun kembali berbicara.
"Lo kan Nyonya Kepo. Selalu pengen nyari tau." tidak heran Kiya mengetahui itu karena memang mereka sudah bersahabat sedari masih sama-sama bayi merah.
Zahra rasa kalau untuk masalah orang lain, ia tidak punya hak untuk mencari tahu. "Tapi gue gak suka ngepoin orang."
Benar juga, pikir Kiya yang baru menyadari itu. "Gue lupa kalo lo lebih suka ngepoin ikan berkaki daripada orang lain."
Zahra mendengus. "Kecebong!" ralatnya pada Kiya, dan sahabatnya itu malah tertawa.
"Dulu kan lo manggilnya ikan berkaki."
![](https://img.wattpad.com/cover/180661566-288-k946826.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhwan [SELESAI]
Teen FictionTeenfict-Romance-Religi ⚠BAPER STORY⚠ Namanya Ikhwan. Laki-laki itu berbeda, selalu terlihat sangat sederhana dan tidak banyak gaya seperti remaja zaman sekarang pada umumnya. Aku pikir dia orang yang aneh. Tidak pernah menatap perempuan. Tidak pern...