Menangislah ketika mengingat dosa-dosamu karena engkau takut kepada Allah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah sampai susu [yang telah diperah] bisa masuk kembali ke tempat keluarnya.” (HR. Tirmidzi [1633]).
💦
Malam ini, tidak seperti biasanya. Ikhwan sulit tertidur. Ada sesuatu yang terus terngiang di kepalanya. Tentang kejadian hari ini tentunya. Ia hampir tidak bisa menahan emosi. Bahkan menunjukkan raut tak bersahabat kepada sesorang yang tak bersalah padanya.
Jika kalian pikir ini masalah Arif yang membuat tokonya kehilangan uang berjuta-juta. Maka kalian salah. Sungguh, Ikhwan tidak mempermasalahkan itu. Seperti yang ia katakan, Allah tak akan pernah berhenti memberi rezeki selama manusia masih bernafas. Jadi ia percayakan saja semuanya kepada Allah.
Masalah yang hari ini membuatnya hampir tidak bisa menahan emosi masih ada sangkut pautnya dengan Zahra. Jujur saja, ia merasa kesal ketika Zahra diganggu oleh laki-laki lain. Apalagi melihat lelaki itu menyentuhnya. Ikhwan yang tadinya hanya melirik-lirik dan terus menahan diri, langsung berbalik dan menatap penuh ancaman. Padahal, itu adalah tindakan yang tidak baik.
Ikhwan menghela napasnya. Dia benar-benar hanya seorang manusia biasa. Tidak luput dari salah. Tidak luput dari dosa. Dan rasa cinta benar-benar bisa menjerumuskannya ke dalam masalah jika ia semakin terlena.
Ikhwan juga merasa, akhir-akhir ini ia semakin dekat dengan Zahra. Mungkin semuanya berawal dari ia mengantar Zahra dengan angkot waktu itu. Tapi yang pasti, Ikhwan yakin kalau ini adalah takdir yang telah Allah tetapkan.
Entah ini ujian, atau memang pertanda kalau Zahra adalah jodohnya. Ikhwan tak berani menerka-nerka. Tak berani menduga-duga. Hanya Allah yang Maha Mengetahui semua hal ghaib di alam semesta.
Di dalam kamarnya itu, yang Ikhwan tatap hanya langit-langit ruangan berwarna putih. Pikirannya masih dipenuhi oleh Zahra. Dan itu adalah sesuatu yang paling sulit Ikhwan singkirkan. Padahal ia tau kalau yang dilakukannya salah. Mau bagaimana pun, benar kata Febrian, kalau mereka adalah remaja, rasa cinta benar-benar sedang begitu membara. Hanya saja, tentang bagaimana cara kita menyikapinya, bisa membawa kita ke jalan yang benar, atau jalan yang salah.
Selama dua tahun ini, Ikhwan benar-benar sudah menahan diri dari hal apapun yang memungkinkannya untuk dekat dengan Zahra. Karena Ikhwan tau kalau hatinya tak akan cukup kuat untuk terus menahan diri kalau mereka dekat. Dan sepertinya, Zahra juga belum termasuk orang yang banyak kenal tentang agama. Zahra masih tak keberatan jika berteman dengan laki-laki. Dan yang ditakutkan Ikhwan adalah, kalau Zahra memiliki perasaan yang sama lalu mencoba mendekatinya seperti gadis lain di sekolah.
Orang lain mungkin akan senang kalau perasaanya terbalaskan. Tapi tidak dengan Ikhwan. Karena Ikhwan tau kalau usianya sekarang tidak memungkinkannya bermain-main dengan cinta. Cinta adalah tanggung jawab. Dan Ikhwan belum bisa memberikan tanggung jawabnya. Ia masih sekolah. Dan lagipula, bekalnya untuk menikah pun belum ia miliki. Pengetahuannya tentang agama masih sangat cetek. Jadi Ikhwan harus benar-benar menahan diri untuk menyatakan apa yang ia rasakan ini.
Kini ia mencoba untuk memejamkam mata. Namun kembali ia buka dengan cepat ketika wajah Zahra yang tengah tersenyum seakan nampak begitu jelas. Ikhwan ber-istighfar. Ia tau kalau setan sedang gencar menggodanya.
“Astaghfirullahaladzim.”
Suara ponsel yang bergetar di atas nakas samping tempat tidurnya membuat Ikhwan menoleh dan terduduk lalu mengambil benda pipih itu. Nama Febrian tertera di layar. Entah ada apa Febrian menelfonnya. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhwan [SELESAI]
Teen FictionTeenfict-Romance-Religi ⚠BAPER STORY⚠ Namanya Ikhwan. Laki-laki itu berbeda, selalu terlihat sangat sederhana dan tidak banyak gaya seperti remaja zaman sekarang pada umumnya. Aku pikir dia orang yang aneh. Tidak pernah menatap perempuan. Tidak pern...