29. Saling berbagi

52.8K 7.2K 312
                                    

Lihatlah ke bawah untuk membuatmu bersyukur, bukan menghina. Lihatlah ke atas untuk memotivasi dirimu, bukan malah untuk merasa rendah.

💦

Libur sekolah telah datang. Libur dua minggu merupakan waktu yang sebentar bagi beberapa orang, tapi bagi beberapa orang lainnya, libur tersebut terasa terlalu lama. Mari kita beri beberapa orang contohnya. Tidak usah jauh-jauh, bagi Febrian dan Riky, libur dua minggu tidaklah berasa apa-apa. Padahal kerjaan mereka hanya uring-uringan di kamar. Keluar sekedarnya saja. Tapi mungkin, liburan kali ini, akan diisi dengan hal yang bermanfaat. Karena kini, kedua orang itu sudah berkumpul bersama Ikhwan yang sedang membungkusi roti-roti dan lalu dimasukkannya ke dalam keranjang.

Melihat hal itu, Riky pun bertanya, "lo mau dagang keliling, Wan?"

Febrian langsung menautkan alis dan menatap jengah ke arah Riky. "Sembarangan lo, untuk apa punya dua toko kalo masih dagang keliling?!"

Ikhwan hanya tersenyum geli melihat interaksi antar keduanya. Pasalnya, saat Riky bertanya pada Ikhwan, selalu saja Febrian yang menjawab. Tapi memang Febrian sudah tau betul bagaimana sosok Ikhwan.

"Terus itu kenapa ditaroin ke keranjang? Gak ditaro di rak?"

"Palingan mau dibagi-bagiin."

"Ha?" Riky terkejut. "Kenapa dibagiin? Emang jamuran?"

Jangan tanya segemas apa Febrian sekarang. "Eh, dodol, kalo jamuran, ngapain dikasih ke orang?!"

"Ya siapa tau aja sayang kalo dibuang."

"Yaudah, nanti kalo gue ada roti jamuran, gue kasih ke lo."

"Dih, ogah."

"Nah kan, siapa yang mau dikasih roti jamuran?!"

Riky mencibik. Lalu bertanya kembali pada Ikhwan. "Gak rugi apa, Wan?"

"Yang namanya berbagi itu gak bakal bikin kita rugi."

Riky melirik Febrian yang lagi-lagi mewakili Ikhwan berbicara.

"Tapi itu dibikinnya pake duit, masa dibagiin gitu aja?"

Mendengar hal itu, akhirnya Ikhwan membuka suara, "uang masih bisa dicari. Tapi pahala gak bakal bisa kita beli."

Kalau ada yang tidak setuju dengan perkataan Ikhwan, silahkan berhadapan dengan Riky dan Febrian.

Ikhwan pun menutup keranjangnya yang telah diisi berbagai roti hingga memuat kurang lebih seratus lima puluh bungkus. Ia mengangkat keranjang itu dan bertanya pada kedua sahabatnya, "ikut, gak?"

"Kemana?" Riky bertanya sambil ikut berjalan di belakangnya.

"Lampu merah."

"Loh, ngapain?" tanya Riky lagi.

Febrian pun berceletuk, "ngemis."

Sungguh Riky tak percaya perkataan Febrian.

"Bagiin ini ke orang-orang yang butuh."

Mereka keluar dari dalam toko. Di depan toko tersebut ada sebuah mobil yang terparkir. Ikhwan berbalik untuk menatap kedua sahabatnya di belakang. "Ada yang bawa mobil?" tanyanya.

"Gue," kata Febrian, sambil menunjukkan kunci mobilnya.

"Lo punya SIM?" tanya Ikhwan lagi.

"Wah, sembarangan. Gue punya sim A sampe Z."

"Gue getok juga lo," gemas Riky.

"Lo lebih nyebelin, please."

Ikhwan menghela napasnya. "Kalian tuh kalo gak berantem pas ketemu emang kenapa, sih?"

Ikhwan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang