26. Sabar

51.4K 7K 95
                                        

Jika kamu merasa ter-dzalimi. Jangan membalas! Cukup diam dan berdoa. Allah maha melihat dan mengetahui, biar Ia yang menindaklanjuti.

💦

"Lo duduk sini aja! Jadi penonton syantik."

"Tapi gue pengen main."

"Lo baru sembuh, ih. Sesekali dengerin Teteh Kiya. Duduk manis aja! Gue bakal berjuang demi kelas kita."

Zahra terkekeh melihat semangat yang Kiya kobarkan. Lalu ia pun hanya bisa mengangguk dan menyemangati sahabatnya yang kini sudah berlari menuju lapangan untuk bermain futsal putri.

Zahra menghembuskan napas panjangnya. Ia sandarkan punggungnya pada kepala kursi. Tangannya merogoh saku untuk mengambil ponsel. Ia membuka galeri, melihat potret Ikhwan yang membawanya ketika ia pingsan. Zahra tersenyum. Rasanya ia ingin berterima kasih pada siapapun yang memfoto dan memvideokan kejadian itu. Namun, mengingat apa yang ia lihat beberapa saat lalu, membuat senyuman Zahra memudar.

Ia menghela napas berat, mencoba mengenyahkan sesak di dadanya. Zahra berdiri. Ia ingin pergi ke kantin membeli minuman untuk Kiya.

Zahra berjalan pelan di koridor sekolah yang tidak terlalu sepi. Ia merasa ditatap oleh beberapa orang yang bersisihan dengannya, juga beberapa orang yang ada di koridor yang dilewati. Tapi mungkin itu hanya perasaan Zahra saja atau memang mereka tidak suka dengan Zahra. Entahlah, yang pasti Zahra tidak boleh su'udzon.

"Sendirian terus."

Zahra terlonjak. Ia terkejut karena tiba-tiba seorang lelaki kini sudah berdiri di sebelahnya dengan senyum manis yang menampilkan dereta giginya.

"Maaf," ucapnya, saat tau ia sudah mengejutkan Zahra.

"Ngagetin," kata Zahra, sambil kembali meneruskan jalannya. Laki-laki itu pun berjalan di sisinya.

"Kan udah minta maaf."

"Iyah iyah."

"Lo udah baikan?"

"Alhamdulillah, udah."

Lelaki itu tersenyum. "Mau kemana?" tanyanya.

"Ke kantin."

"Mau makan?"

Zahra menggeleng. "Cuma mau beli minum buat Kiya."

"Emang udah makan?"

Zahra mengangguk. Ia memang sudah sarapan tadi pagi.

"Ekhm.... gue boleh tanya sesuatu, gak?"

Zahra segera menoleh dengan tatapan bertanya. "Kan dari tadi juga udah tanya-tanya," ujarnya.

"Tadi cuma basa-basi."

Zahra tersenyum geli. Jujur sekali laki-laki ini. "Tanya apa?"

"Sedeket apa lo sama Ikhwan?"

Zahra langsung berhenti berjalan. Ia menatap Zaki keheranan. "Kok nanya gitu?"

Ikhwan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang