Maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 13)
💦
“Kamu jaga diri baik-baik, yah.”
“Iyah. Nenek juga baik-baik di sini, yah. Kalo butuh apa-apa, telfon Ikhwan.”
Miya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Hari minggu ini ia sudah mulai tinggal di panti jompo. Karena kemarin hari sabtu dan memang Ikhwan libur sekolah, jadi Ikhwan langsung mengurusnya kemarin.
“Nanti kalo Ian udah sembuh, suruh sering temenin kamu tidur di rumah, yah.”
“Nek, Ikhwan juga berani di rumah sendirian.”
“Biar gak kesepian.”
Akhirnya Ikhwan hanya menganggukkan kepalanya. Setelah salam perpisahan yang cukup lama itu. Miya akhirnya masuk bersama sang suster yang akan menjaganya. Dan Ikhwan pun dengan ojek online yang sudah dipesannya. Ia akan pergi ke rumah sakit.
💦
Kiya sungguh sulit mempercayainya. Namun mau bagaimana pun, sudah dari kemarin ia menghadapi kenyataan kalau penampilan sahabatnya memang telah berubah. Zahra telah berbeda.
Kiya memang pernah melihat Zahra memakai kerudung. Tapi biasanya digaya-gaya, kekinian dan stylish. Itu pun saat ada acara saja. Tapi sekarang, oh, atau lebih tepatnya dari kemarin, ia mendapati Zahra mengenakan kerudung yang sampai menutupi separuh tubuhnya. Kiya sampai tidak mengakui Zahra kala gadis itu datang ke rumahnya dan minta diantar untuk pergi membeli kerudung.
Dan sekarang di hari minggu yang cerah ini, pagi-pagi sekali, Kiya sudah bertamu di rumah Zahra. Katakan saja kalau ia hendak meminta klarifikasi mengenai perubahan Zahra yang begitu mendadak dan tanpa pemberitahuan apa-apa. Padahal biasanya, kalau ingin melakukan apapun, Zahra selalu curhat padanya. Tapi bahkan kemarin saja Zahra tidak menjelaskan apa-apa. Kiya juga kehilangan kata-kata untuk bertanya.
Kiya duduk bersila di atas ranjang di tengah ruangan itu. Zahra sendiri kini sedang sibuk merapihkan pakaiannya. Memang hari ini ia berniat membersihkan lemarinya dari pakaian yang sudah tidak akan ia kenakan lagi dan menggantinya dengan pakaian yang telah ia beli bersama sang bunda. Tentunya pakaian yang lebih tertutup.
“Ra!”
“Hm?”
“Zahra!”
“Apaan sih, Ki? Lo udah empat kali panggil gue.”
Kiya menghela napas kasar dengan kening berkerut.
“Gue pengen tanya-tanya. Lo nih sibuk banget, sih.”
“Yah tanya tinggal tanya. Yang sibuk kan tangan gue. Sedangkan yang jawab mulut gue.”
Katakan saja kalau Kiya gemas. Dan memang itu yang dirasakannya.
“Tapi kan gak enak kalo gak adep-adepan.”
“Yaudah tungguin. Lagian lo datengnya pagi-pagi banget sih. Jam setengah tujuh loh ini. Dateng ke sekolah aja seringnya pas mepet bunyi bel.”
“Karena rasa penasaran gue ngebuat gue susah tidur dan bangun lebih pagi dari biasanya.”
Zahra menolehkan kepalanya untuk menatap sahabatnya itu. Dan lalu ia terkekeh geli. Akhirnya bukan hanya Zahra yang memiliki perasaan seperti itu.
“Malah ngetawain penderitaan gue.”
“Ya namanya juga sahabat. Kan emang itu kerjaanya.”
Kiya mendengus. Kekesalannya sudah akan mencapai puncak. “Serius, sih.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhwan [SELESAI]
Teen FictionTeenfict-Romance-Religi ⚠BAPER STORY⚠ Namanya Ikhwan. Laki-laki itu berbeda, selalu terlihat sangat sederhana dan tidak banyak gaya seperti remaja zaman sekarang pada umumnya. Aku pikir dia orang yang aneh. Tidak pernah menatap perempuan. Tidak pern...