Selalu kamu yang menjadi isi dalam do'a-ku
💦
“Gara-gara video sama foto-foto yang kesebar, lo viral seketika di sekolah.”
Tidak diingatkan Febrian pun, Ikhwan sudah tau akan hal itu. Ikhwan memilih untuk terus melakukan pemanasan, daripada meladeni Febrian yang tak akan berhenti bicara.
“Padahal udah kelewat dua hari. Tapi masih aja banyak yang gosipin.”
Ikhwan bahkan tak memperdulikan itu. Yang Ikhwan pikirkan sekarang adalah menang dalam pertandingan futsal di classmeeting pada hari pertama ini.
“Feb, daripada ngedumel gak jelas, mending atur strategi biar kelas kita menang,” celetuk Riky.
Febrian mendengus.
Tidak lama setelah itu pun pertandingan telah dimulai. Febrian, Ikhwan dan satu orang lainnya menjadi penyerang, sedangkan Riky bersama satu lainnya menjadi pertahanan.
Ikhwan yang sedang menggiring bola, melirik Febrian, memberi kode untuk berlari mendekati gawang lawan, yang kemudian Ikhwan mengoper bola tersebut pada Febrian dan Febrian pun menendangnya ke arah gawang.
“Arrgghhh.” Dan sayangnya tidak gol karena terkena tiang. Febrian menjambak rambutnya kesal. Ikhwan hanya tertawa.
“Ikhwaaan semangaaatt.”
“Ikhwaaaaann.”
Para cheerleader dadakan itu harusnya memberi semangat untuk kelas, bukan hanya pada Ikhwan. Ini semua karena video dan foto-foto yang tersebar, mungkin semua orang mengira kalau Ikhwan telah berubah. Padahal ia menggendong Zahra pada waktu itu pun karena keadaan mendesak. Atau perlu ditambahkan, Ikhwan juga tidak rela kalau laki-laki lain yang menggendong Zahra.
Lagipula ia tidak menyangka kalau orang-orang akan memvideokan dan memfotonya. Sungguh sangat kurang kerjaan. Tapi itulah yang terjadi. Dan hari ini Zahra tidak masuk sekolah. Karena mungkin kondisinya belum membaik.
Kembali ke pertandingan yang sudah ditiupkannya peluit pertanda istirahat. Ikhwan berjalan ke pinggir lapangan. Febrian berlari kecil untuk berjalan di sisinya. “Padahal tadi sedikit lagi,” gerutunya yang nampak masih kesal karena tendangannya tidak masuk gawang.
“Gak papa. Kita pasti menang,” Ikhwan memang selalu optimis. Dan Febrian mempercayainya.
Setelah mencapai pinggir lapangan, beberapa siswi kelas mereka nampak memghampiri dengan beberapa minuman yang dibawa di dalam plastik. Minuman itu dibagikan ke para pemain, tak terkecuali Ikhwan yang menerimanya dari tangan Aura, sekretaris kelas mereka.
“Makasih,” ucap Ikhwan, yang kemudian meminum airnya.
“Ekhm, lo... ada hubungan apa sama Zahra?”
Ikhwan melirik sosok yang bertanya itu. Lalu ia menyudahi minumnya dan menutup botol tersebut sambil menjawab, “maksudnya?” ya, Ikhwan balik bertanya. Sebenarnya, ia enggan menjawab pertanyaan itu.
“Soal video sama foto yang kesebar.”
“Gue cuma tolong Zahra.”
Gadis itu tersenyum. “Oke, semangat yah. Menangin kelas kita.”
“Kita, huh?”
Aura melirik Febrian yang baru saja berceletuk. “Apasih, Feb?!”
Febrian mengedikkan kedua bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikhwan [SELESAI]
Teen FictionTeenfict-Romance-Religi ⚠BAPER STORY⚠ Namanya Ikhwan. Laki-laki itu berbeda, selalu terlihat sangat sederhana dan tidak banyak gaya seperti remaja zaman sekarang pada umumnya. Aku pikir dia orang yang aneh. Tidak pernah menatap perempuan. Tidak pern...